Runtuhnya Kerajaan Malaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah
tercantum pada judul karangan ini, maka yang akan di jelaskan pada karangan ini
ialah mengenai runtuhnya kota Malaka dan negara Islamnya serta kedatangan
Portugis ke Malaka dan Malaka sebagai salah satu saksi interaksi antara VOC dan
Kerajaan Johor. Sudah terlihat jelas bahwa karangan ini hanyalah tertuju pada
perkembangan Malaka serta berbagai peristiwa yang terjadi pada saat itu saja.
Pada saat keruntuhan
Malaka memang banyaklah hal yang mendasari ataupun mengawalinya. Salah satu
faktor yang menyebabkan keruntuhan Malaka yaitu mengenai serangan yang
dilakukan oleh Portugis untuk melawan Malaka. Pada saat itu Portugis memiliki
semangat perjuangan yang sangatlah tinggi dan memiliki persenjataan yang jauh lebih
sempurna serta terlatih dalam peperangan. Tidak seperti tentara Malaka yang
lebih memilih untuk mundur dan melakukan serangan balasan.
Selain dari pada itu,
Malaka juga merupakan salah satu kota yang menganut agama Islam. Bahkan dalam
perdagangan kebanyakan di dominasi oleh orang-orang Islam. Malaka pada saat itu
juga menjadi pelabuhan Internasional. Banyak pedagang asing menetap di Malaka,
demi kepentingan dagang. Malaka juga sering menjadi sarang permusuhan antar
golongan. Selalu ada sengketa setiap kali Malaka berganti Sultan ataupun
Bendahara. Seringnya terjadi hal seperti itu menyebabkan para kaum Bangsawan
menjadi terpecah-belah, dan akhirnya membentuk kelompok sendiri.
Di sela-sela
perkembangan Malaka, Portugis datang di bawah kepemimpinan Diego Lopez de
Squeira. Kedatangan Portugis ke Malaka dengan Motif utamanya yaitu ekonomi.
Cara awal Portugis untuk bisa menjalankan motif utama tersebut yaitu dengan
cara mengadakan perjanjian-perjanjian dengan para penguasa-penguasa Malaka.
Portugis melakukan perjanjian ini dengan dalih, agar Portugis bisa mendapatkan
izin perdagangan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Malaka juga merupakan
salah satu saksi dari sebuah peristiwa atau konflik yang pernah terjadi di
daerah sekitar selat Malaka. Salah satu dari peristiwa atau konflik tersebut
yaitu konflik antara VOC dengan Kerajaan Johor. Pada waktu itu konflik terjadi
disebabkan karena VOC ingin memonopoli timah. Selain itu, pos VOC yang berada
di Malaka tidak bisa makmur. Hal itu disebabkan karena VOC mengadopsi kebijakan
dagang yang cenderung lebih membantu Batavia sebagai pelabuhan daripada Malaka.
Akhirnya, saya berharap
agar karangan ini dapatlah sedikit membantu pembaca agar bisa lebih tau secara
khusus dan lebih detail tentang hal-hal apa sajakah yang pernah ada dan terjadi
pada Kerajaan Malaka saat itu.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan tugas
atau karangan ini adapun rumusan masalah yang nantinya akan di bahas :
1.
Faktor yang menyebabkan runtuhnya kota Malaka
pada saat itu.
2.
Kemerosotan negara islam yang berada di kota
Malaka.
3.
Kedatangan Portugis ke malaka serta faktor yang
mendorong kedatangannya ke Malaka.
4.
Malaka sebagai salah satu saksi jalur interaksi
perdagangan dan berbagai konflik yang terjadi antara VOC dengan Kerajaan Johor.
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui Faktor yang menyebabkan
runtuhnya kota Malaka pada saat itu.
2.
Kemerosotan negara islam yang berada di kota
Malaka.
3.
Kedatangan Portugis ke malaka serta faktor yang
mendorong kedatangannya ke Malaka.
4.
Malaka sebagai salah satu saksi jalur interaksi
perdagangan dan berbagai konflik yang terjadi antara VOC dengan Kerajaan Johor.
BAB II
PEMBAHASAN
Runtuhnya Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kemudian mencapai puncak kejayaan di
abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka, sebelum ditaklukan oleh Portugal tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.
Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis
yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan
kerajaan ini dapat diketahui melalui Sulalatus Salatindan kronik Cina masa Dinasti Ming. Dari perbandingan dua sumber ini
masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya
dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan
masing-masing raja Malaka.
Pada awalnya Islam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, namun perkembangan berikutnya Islam telah
menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar sultanyang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.
1. Faktor yang menyebabkan runtuhnya kota
Malaka pada saat itu.
Orang-orang Portugis mempunyai semangat perjuangan yang sangat tinggi,
memiliki perlengkapan senjata yang lebih sempurna, dan terlatih dalam
peperangan. Kemenangan-kemenangan yang mereka peroleh dalam peperangan di
pantai barat India melawan orang-orang Gujarat, Kalikut, Persia dan Mesir
mempertebal semangat perjuangan dan keyakinan mereka, bahwa orang-orang
portugis mempunyai kemampuan untuk menghadapi lawan manapun juga. Semangat yang
demikian tidak dimiliki oleh tentara Malaka dalam mempertahankan negaranya.
Sikap mundur sambil menunggu saat yang baik untuk mengadakan serangan balasan,
pada hakikatnya, langkah yang salah dalam ilmu strategi, karena tindakan itu
memberikan kesempatan kepada lawan untuk menduduki tempat yang harus mereka
pertahankan. Untuk merebutnya kembali, tidaklah mudah.
Sultan Mahmud Syah menyingkir ke Pahang, kemudian ke Bintan, dan akhirnya
ke Kampar, setelah yakin bahwa ia tidak mampu membebaskan kembali Malaka dari
kekuasaan orang Portugis. Malaka sepenuhnya jatuh ke dalam kekuasaan asing, ke
tangan orang Portugis. Pemerintahan nasional bertukar dengan pemerintahan
kolonial. Juga melalui Bandar Malaka, kekuasaan kolonial itu melebarkan
sayapnya kejurusan timur menuju wilayah Indonesia, ke jurusan utara menuju
negara-negara di sepanjang laut cina selatan.
Pada waktu bangsa Portugis menduduki malaka pada tahun 1511, mereka lebih
suka pada pedagang-pedagang yang beragama Hindu daripada yang beragama Islam.
Dengan demikian perniagaan Jawa di malaka menderita kerugian, dan oleh karena
itu banyak pedagang Islam yang menyingkir ke Aceh. Pada waktu bangsa Portugis
datang di Indonesia, boleh di bilang bangsa Jawalah yang memegang monopoli
rempah-rempah disana. Berkali-kali benteng malaka mengalami serangan-serangan
yang membahayakan dari bangsa Jawa, Aceh dan Melayu dari Kerajaan Johor. Pada
tahun 1512 misalnya, Demak dan Jepara bersama-sama mengirimkan suatu armada
terdiri dari 100 kapal dan 12.000 orang. Ekspedisi ini yang disiapkan dalam
lima tahun semulanya di tujukan untuk menyerang kesultanan Malaka, akan tetapi
sesudah kota malaka direbut oleh bangsa Portugis serangan itu lalu ditangkis.
Pada tahun 1554 dan 1574 kembali pula bangsa Jawa menyerang Malaka. Pada tahun
1530 suatu armada gabungan Jawa-Makasar-Banda dikalahkan oleh armada Portugis
di Ambon.
2. Kemerosotan negara islam yang berada di
Malaka.
Aktifitas perdagangan
di selat Malaka pada waktu itu didominasi oleh dagang Islam. Mereka hanya
melakukan aktivitas perdagangan pada bandar-bandar perdagangan Islam. Malaka
berkembang menjadi kota pelabuhan internasional. Banyak di antara
pedagang-pedagang besar asing, yang mempunyai perwakilan di kota Malaka,
menetap di situ demi kepentingan dagang. Mereka tidak menjadi warga negara
malaka, tetapi tetap orang asing. Dalam sengketa antara orang-orang Malaka dan
orang Portugis, mereka lebih baik bersikap netral demi keselamatan diri dan
harta miliknya. Satu-satunya ikatan pada malaka ialah ikatan dagang. Pada waktu
itu, pajak yang harus di bayar pedagang asing yang memasukan barang dagangannya
ke pelabuhan Malaka juga sudah sangat tinggi. Orang Malaka yang hanya
menjalankan “dagang timpuh” mendapat keuntungan yang besar sekali, lebih besar
dari pedagang asing yang datang dari jauh, bersusah payah memuat dan membongkar
kapal, mengarungi laut yang penuh bahaya. Di pelabuhan Malaka, mereka dipukul
pajak sangat tinggi, tidak sesuai dengan keuntungan yang mereka peroleh.
Politik pajak yang demikan menumbuhkan rasa acuh tak acuh pada para pedagang.
Seperti telah
disinggung secara sambil lalu, Malaka menjadi sarang permusuhan antar golongan.
Setiap kali ada pergantian sultan atau bendahara, timbul sengketa antar
golongan. Sikap benci membenci mengeram di dalam dada, menetas sebagai
permusuhan. Permusuhan antar golongan pasti melemahkan pemerintahan. Para
bangsawan terpecah belah, dan membentuk kelompoknya masing-masing yang harus
menyokong gerakannya untuk meruntuhkan lawannya. Malaka telah retak dari dalam.
Bendahara baru Paduka Raja dan Sultan Mahmud Syah, sebagai pucuk pimpinan
pemerintahan, tidak mampu memulihkannya kembali.
3. Kedatangan Portugis ke Malaka dan faktor pendorong
kedatangannya.
Kedatangan orang-orang
Portugis di bawah pimpimnan Diego Lopez de Squeira ke malaka atas perintah raja
Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dengan
penguasa-penguasa di malaka. Perjanjian-perjanjian ini di maksudkan untuk
memeperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi
semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya
bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif ekonomi. Ini adalah motif
utama yang mempengaruhi politik Potugal pada waktu itu. Hak inipun terbukti
dari keadaan yang dialami St. Francis Xaverius ketika ia datang di Malaka. Ia
menyangka bahwa setelah kedatangan orang-orang Portugis ke sana, mereka telah
melaksanakan tujuan expansinya, yaitu penyebaran agama. Akan tetapi yang
didapatnya di Malaka yang sebaliknya, yaitu keadaan kemerosotan moral.
Maksud Portugis untuk
menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan melalui selat Malaka atau
berdagang dengan malaka semata-mata. Seperti diketahui orang-orang Gujarat
beramai-ramai datang berdagang ke Malaka. Orang-orang Portugis hendak menguasai
perdagangan antara pelabuhan-pelabuhan di India, yaitu du Gujarat, Benggala dan
Golkonda dan hendak menyalurkan perdagangan ini melalui selat malaka. Sultan
Malaka pada waktu itu ialah Mahmud Syah. Karena usaha orang-orang Portugis
untuk menguasai Malaka maka terjadilah perang dengan Sultan Mahmud Syah dan
rakyatnya.
4. Malaka sebagai salah satu saksi jalur
interaksi perdagangan dan berbagai konflik yang terjadi antara VOC dengan
Kerajaan Johor.
Di Malaysia, usaha VOC
untuk memonopoli timah menyebabkan banyak kesulitan dan kebingungan seperti
halnya yang mereka alami di Sumatera. Pos VOC di Malaka tidak bisa makmur,
sebagian besar karena VOC mengadopsi kebijakan-kebijakan dagang yang cenderung
lebih membantu Batavia sebagai pelabuhan daripada Malaka. Para pedagang Cina
maupun India tidak didukung berdagang di Malaka dan malah diarahkan ke Batavia.
Di ujung selatan Selat Malaka, kerajaan Johor mengambil untung dari nilai
strategisnya bagi Belanda dengan membangun negara perdagngan yang makmur yang
didasarkan pada pelabuhannya di Riau. Pada tahun 1687 dilaporkan bahwa 500-600
kapal dagang terlihat disana, termasuk orang-orang Siam, Cina, Aceh, Perak,
Kedah, Portugis, Inggris, dan lainnya. Pada tahun 1673, jambi menyerang dari
seberang Selat Malaka dan Merampas Riau, membawa 3.500 tahanan. Pada dekade
terakhir abad XVII, Johor ditimpa oleh intrik-intrik penggulingan dinasti
berdarah yang melemahkan politik dan perdagangannya. Namun, pada awal abad
XVIII, Johor tak diragukan lagi merupakan kekuatan malaysia terbesar, yang
membuat VOC merasa wajib mengakomodirnya. Pada saat ini, VOC berada
diambang konflik-konflik yang baru dan mahal di Jawa yang dapat membatasi statusnya
sebagai pengamat yang netral atas konflik di Selat Malaka. Berbagai usaha VOC
mengendalikan mengendalikan timah Malaysia langsung di wilayah sumbernya
menemui kegagalan. Terkadang, kegagalan tersebut memakan korban, seperti di
Perak pada tahun 1651 ketika penguasa lokal membunuh 27 orang Belanda di pos
VOC lokal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita bahas
tadi, dapat kita simpulkan bahwasannya Malaka merupakan salah satu faktor
penting bagi perdagangan dunia saat itu. Terbukti oleh kedatangan orang-orang
Portugis ke Malaka yang pada saat itu dibawah kepemimpinan dari Diego Lopez de
Squeira, yang memiliki tujuan atau motif utama yaitu ekonomi perdagangan. Untuk
mewujudkan hal tersebut sebagai langkah awal kedatangan Portugis ke Malaka,
yaitu dengan cara melakukan dan membuat perjanjian-perjanjian dengan para
penguasa-penguasa Malaka. Pada saat itu Malaka di pimpin oleh Sultan Mahmud
Syah. Malaka banyak mengalami perkembangan. Bukti perkembangan Malaka yaitu
Malaka telah menjadi pelabuhan Internasional. Banyak pedagang-pedagang asing
yang menetap di Malaka untuk sekedar kepentingan dagang saja. Perdagangan pada
waktu itu, juga merupakan satu-satunya ikatan yang ada pada Malaka.
Pada tahun 1511,
setelah bangsa Portugis menduduki Malaka, mereka lebih condong suka terhadap
pedagang-pedagang yang beragama Hindu daripada yang beragama Islam. Walaupun
aktifitas perdagangan di Malaka saat itu di dominasi oleh pedagang Islam. Hal
ini menimbulkan suatu penderitaan kerugian terhadap perniagaan Jawa yang berada
di Malaka. Padahal pada itu bangsa Jawalah yang memegang monopoli rempah-rempah
di Malaka.
Selain daripada itu,
adapun sisi lain keburukan dari kota Malaka pada waktu itu, yaitu Malaka juga
merupakan sarang permusuhan antar golongan. Terbukti setiap ada pergantian
Sultan atau Bendahara, timbul dan terjadi sengketa atau perselisihan antar
golongan. Itu semua yang menjadi cikal bakal adanya sikap saling benci membenci
antar yang satu dengan lainnya. Hal terparah yang ditimbulkan oleh sikap itu
adalah terpecah belahnya para kaum bangsawan. Padahal ini merupakan salah satu
indikator penting kota Malaka saat itu untuk menjadikan Malaka semakin
berkembang.
Lain daripada itu,
Malaka juga memiliki mental yang sangat kecil untuk melakukan pertahanan
terhadap ketahanan wilayahnya. Salah satu faktanya yaitu bahwa Malaka lebih
baik mundur dalam peperangan dan lebih baik menunggu saat yang tepat untuk
melancarkan serangan balasan. Padahal dalam ilmu strategi, tindakan tersebut
memberikan peluang terhadap musuh untuk bisa merebut wilayah yang
dipertahankan.
Semua hal tadi
merupakan inti dari semua fakta dan hal penting yang ada pada Malaka saat itu.
Yang di mulai dari perkembangan kota Malaka kota Malaka hingga penyebab runtuh
dan hancurnya kota Malaka. Yang perlu kita ingat adalah bahwasannya Malaka
merupakan ujung tonggak atau pusat perdagangan yang sangatlah penting dalam
sejarah ekonomi perdagangan pada masa itu.
B. Kritik dan Saran
Mungkin dalam pembuatan
makalah yang kami buat banyak kekurangan dan kesalahan, maka dari itu penulis
bersedia menerima saran maupun kritik demi perbaikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya,
2010. Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Al- Kautsar. Inriyawati Emmy, Sejarah,
Jakarta: Graha Pustaka.
I
MD, Yudayana & I MD, Pages, 1989. Penuntun
Pelajaran Sejarah, Bandung:
Ganeca Exact, cetakan ke dua.
Purwanto
Djoko & Indriyawati Emmy, 2006. Sejarah IPS, Untuk SMA, Jakarta: Graha Pustaka.
Purwito
Edy, 1987. Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia. Solo: Tiga Serangkai.