Sunday 22 October 2017

Makalah Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata


Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT sebagai syahidan, mubasysyiran, dan nadziran bagi segenap manusia. Ajaran Islam ad-Din al-Haq yang dibawanya ke semua dasarnya adalah wahyu Allah SWT dalam Al-Qur’an . Sebagai seorang uswat al-Hasanah beliau SAW adalah penyampai, penafsir, dan penjelas firman-firman Allah dalam Al-Qur’an lewat qaul beliau, fi’liyah beliau, dan taqrir beliau SAW.
Islam adalah Rahmat li al-‘Alamin, di dalam ajaran-ajarannya terkandung nilai-nilai cinta kasih yang telah nyata dicontohkan oleh baginda Muhammad SAW lewat akhlak mulia beliau.  Berikut ini adalah sedikit pembahasan berkaitan dengan realisasi iman dalam kehidupan sosial berdasarkan uswah Rasulullah SAW dalam sunah beliau SAW.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mengapa Cinta sesama muslim adalah sebagian dari kesempurnaan Iman?
2.      Bagaimana Realisasi Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata?

C.    Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas diharapakan dengan penulisan dapat di deskripsikan beberapa poin mengenai ;
1.      Mengapa Cinta sesama muslim adalah sebagian dari kesempurnaan Iman?
2.      Bagaimana Realisasi Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata?
Penulisan ini bertujuan juga sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah Ilmu Hadits dan sebagai pemenuhan satuan alokasi pengajaran (SAP) di STAI Al- Hilal Sigli.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Cinta Sesama Muslim adalah Sebagian dari Kesempurnaan Iman
Cinta adalah sesuatu yang niscaya ada dalam peri kehidupan makhluk berakal seperti manusia baik berbangsa, bernegara, maupun dalam kehidupan beragama. Rasulullah SAW sebagai suri tauladan agung bagi manusia telah menjelaskan tentang betapa pentingnya cinta dan kasih sayang terhadap sesama insan dalam hadits berikut ini:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَِخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه ِ (رواه البخاري ومسلم وأحمد والنسائى)                     
Artinya: “Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Yahya telah menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas r.a berkata bahwa Nabi saw. telah bersabda : “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
Hadis di atas menegaskan bahwa di antara ciri kesempurnaan iman seseorang adalah bahwa ia mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Kecintaan yang dimaksudkan di sini termasuk di dalam rasa bahagia jika melihat sesamanya muslim mendapatkan kebaikan yang ia senangi, dan tidak senang jika sesamanya muslim mendapat kesulitan dan musibah yang ia sendiri membencinya. Ketiadaan sifat seperti itu menurut hadis di atas menunjukkan kurang atau lemahnya tingkat keimanan seseorang.
Hadis di atas tidaklah berarti bahwa seorang mu’min yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya berarti tidak beriman sama sekali. Pernyataan  ُأَحَدُكُمْ يُؤْمِنَ  لا pada hadis di atas mengandung makna “tidak sempurna keimanan seseorang” jika tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, harf nafi لا pada hadis tersebut bermakna ketidaksempurnaan buka ketidakberimanan.
Prinsip tersebut mengantar kita untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara sesama muslim yang dalam hadis lain diibaratkan sebagai satu bangunan.

B.     Hadits Memuliakan Tamu, Tetangga, dan Cara Bertutur Kata
Seperti telah disebutkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Talib K.w. : “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota”. Konsekuensi bagi orang yang mengaku dirinya telah beriman Kepada Allah SWT, adalah keharusan untuk membuktikan keimanannya kepada Allah SWT. Rasulullah menyinggung hal ini dalam hadis berikut:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ  ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ                                                                     
 يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ                  
 (رواه البخارى)                       
Artinya : Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Abu al-Ahwash telah menceritakan kepada kami, dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya; barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menyebutkan tiga di antara sekian banyak ciri dan sekaligus konsekuensi dari pengakuan keimanan seseorang kepada Allah swt. dan hari akhirat. Ciri – cirri orang beriman yang disebutkan dalam hadis di atas, adakalanya terkait dengan hak-hak Allah swt., yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan, seperti diam atau berkata baik, dan adakalanya terkait dengan hak-hak hamba-Nya, seperti tidak menyakiti tetangga dan memuliakan tamu.

1.      Memuliakan Tamu
Yang dimaksud dengan memuliakan tamu adalah memperbaiki pelayanan terhadap mereka sebaik mungkin. Pelayanan yang baik tentu saja dilakukan berdasarkan kemampuan dan tidak memaksakan di luar dari kemampuan. Dalam sejumlah hadis dijelaskan bahwa batas kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam. Pelayanan lebih dari tiga hari tersebut termasuk sedekah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah saw.:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْعَدَوِيِّ أَنَّهُ قَالَ سَمِعَتْ أُذُنَايَ وَأَبْصَرَتْ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ قَالُوا وَمَا جَائِزَتُهُ يَا رَسُولَ                                                                
 اللَّهِ قَالَ يَوْمُهُ وَلَيْلَتُهُ وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْه                                                                                                                          (متفق عـليه)   
                              
Artinya : “Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami, Laits telah menceritakan kepada kami, dari Sa’id bin Abi Sa’id, dari Abi Syuraih al-’Adawiy, berkata, Saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, ia harus menghormati tamunya dalam batas kewajibannya. Sahabat bertanya, “yang manakah yang masuk batas kewajiban itu ya Rasulullah? Nabi menjawab, batas kewajiban memuliakan tamu itu tiga hari tiga malam, sedangkan selebihnya adalah shadaqah.” (Mutafaq Alaih).
Jika ketentuan-ketentuan seperti disebutkan di atas dilaksanakan oleh segenap umat Islam, maka dengan sendirinya terjalin keharmonisan di kalangan umat Islam. Keharmonisan di antara umat Islam merupakan modal utama dalam menciptakan masyarakat yang aman dan damai.
2.      Memuliakan Tetangga
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi SAW. menggambarkan pentingnya memuliakan tetangga sebagai berikut:
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ                                                         
بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُه                                                             
Artinya : Isma’il bin Abi Uways telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Malik telah menceritakan kepadaku, dari Yahya bin Sa’id, ia berkata Abu Bakr bin Muhammad telah mengabarkan kepadaku dari ‘Amrah, dari ‘A’isyah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda:“Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk memuliakan) tetangga sehingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberi keada tetangga hak waris”.(H.R.Bukhori)

3.      Berbicara Baik atau Diam
Orang yang menahan banyak berbicara kecuali dalam hal-hal baik, lebih banyak terhindar dari dosa dan kejelekan, daripada orang yang banyak berbicara tanpa membedakan hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas dibicarakan. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW. bersabda:
َوَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( اَلصَّمْتُ حِكْمَةٌ وَقَلِيلٌ فَاعِلُهُ )  أَخْرَجَهُ اَلْبَيْهَقِيُّ فِي اَلشُّعَبِ بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ وَصَحَّحَ أَنَّهُ مَوْقُوفٌ مِنْ قَوْلِ لُقْمَانَ اَلْحَكِيمِ                                                           

Dari Anas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Diam itu bijaksana namun sedikit orang yang melakukannya. Riwayat Baihaqi dalam kitab Syu’ab dengan sanad lemah dan ia menilainya mauquf pada ucapan Luqman Hakim.
                                                 


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sebagai sosok tauladan umatnya, Rasulullah SAW membuktikan kesempurnaan keimanannya dengan selalu berbuat sesuai dengan apa yang Allah SWT wahyukan pada beliau SAW. Maka tirulah beliau dengan menjalankan sunnahnya, agar sempurna keimanan kita. Dalam sebuah hadist Rasulullah berdo’a : “Ya Allah sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku maka perindahlah perangaiku.”
Cinta Sesama Muslim adalah Sebagian dari Kesempurnaan Iman
Realisasi Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata
a)      Memuliakan Tamu
b)      Memuliakan Tetangga
c)      Berbicara Baik atau Diam

B.     Saran
Diharapkan bagi orang islam Realisasi Iman Dalam Menghadapi Tamu, Tetangga, dan Bertutur Kata, banyak keutamaan ataupun hikmahnya terutama sebagai salah satu syarat kesempurnaan keimanan seorang muslim. Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penbuatan makalah ini kami mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kiranya cukup sekian apa yang dapat kami suguhkan dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih Wassalam .








DAFTAR PUSTAKA


Syafe’i, Rahmat. 2003. Al-Hadis (Aqidah, Akhlak, Sosial, dan hukum). Bandung : CV. PUSTAKA SETIA.
Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar Al Asqalani. 2004. Fathul Baari Syarah Shahih Al Bukhari. Jakarta : PUSTAKA AZZAM

MAKALAH MANUSIA DAN TUGASNYA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH DI BUMI

MANUSIA DAN TUGASNYA SEBAGAI HAMBA 
DAN KHALIFAH DI BUMI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
ALLAH SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari  setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam kehidupan.
Bagi seorang atheis, manusia tak lebih dari fenomena alam seperti makhluk yang lain. Oleh karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka bumi secara alamiah dan akan hilang secara alamiah. Apa yang dialami manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan banyak orang mati, adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil pelajaran atau dihubungkan dengan kejahatan dan dosa, karena dibalik kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan yang mengatur, tidak ada sorga atau neraka, seluruh kehidupan adalah peristiwa alam. Bagi orang atheis fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai bagian dari alam.
Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam yang boleh mengunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu, dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal yang bisa mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin dunia dan manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri oleh agama. Agama adalah urusan individu setiap orang yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain apa lagi oleh negara.
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Manusia Sebagai Khalifatullah
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah. Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat. Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah:
Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh.
Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”
Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan. Makna sederhana dari khalifatullah adalah “pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya: Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu.
“Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”
Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntut ilmu.

B.     Manusia Dalam Prespektif Kekhalifahan
1.      Eksistensi manusia
Istilah eksistensi mempunyai makna yang terkaya dan terdalam, ditemukan dalam bahasa arab. Eksistensi berasala dari akar kata kerja wajada, bentuk kata ini berarti “menemukan” dan turunnya adalah wujud (ada), wijdan (sadar), wajd (nirwana) dan wujd. Dalam bentuk wajd, wujd, dan wijdan berarti “mempunyai milik”, dan mempunyai milik pada akhirnya mengantarkan pada wujud independen, yakni wujud yang tidak tergantung pada yang lain. Mana lain dari istilah wujud (eksisensi) dan suatu keberadaan yang dirasakan, ditemukan dan ditentukan oleh panca indera. Karena itu dapat dikatakan bahwa ada sesuatu yang dapat dirasakan panca indera. Di sisi lain ada juga keberadaan yang tidak dapat diketahui dengan perasaan tapi dengan nalar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa eksisensi manusia berarti keberadaan manusia, artinya segala sesuatu yang ada atau yang muncul yang dapat diemukan atau dirasakan pada diri manusia baik secara fisis maupun metafisis, empiris maupun meta empiris.
Ada pengertian eksistensi manusia oleh Al-Ghazalli didefinisikan sebagai komposisi yang meperlihatkan keberadaan manusia dalam suatu totalitas. Artinya manusia sebagai kenyataan faktual terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu komposisi yang menunjukkan keberadaannya. Eksistensi manusia merupakan perpaduan antara beberapa unsur yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Menurut Ibnu Qoyyim, hakikat diri manusia itu merupakan paduan antara beberpa unsur yang saling berkaitan dan tidak mungkin dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnya. Beberapa unsur yang dimaksud itu adalah ruh, akal dan badan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh M. Qutb bahwa dalam perspektif islam eksistensi manusia yang merupakan paduan antara ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling berkaitan, badan yang bersifat materi tidak bisa dipisahkan dengan akal dan ruh yang bersifat imateri. Masing-masing dari ketiga unsur tersebu memiliki daya aau potensi yang saling mendukung dan melengkapi dalam perjalanan hidup manusia.

2.      Eksistensi Manusia dalam Perspektif Kekhalifahan
Manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk Tuhan yang lainnya dimuka bumi ini. Keistimewaan ini bisa dilihat dari sisi penciptaan fisik maupun personalitas karakternya. Karena keistimewaannya itu, manusia memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda dengan makhluk yang lain.[14]hal ini dapat kita lihat dalam Surat Al-Baqarah ayat 30-33 yang memaparkan proses kejadian manusia dan pengangkatannya sebagai khalifah. Proses kejadian inilah yang dapat memberikan pengertian kedudukan manusia sebagai khallifatullah dalam Alam Semesta. Sebagaimana diungkapkan beberapa penafsir berikut:
a.       Musthafa Al-Maraghi
Menurut Musthfa Al-Maraghi Q.S. Al-Baqarah ayat 30-33 menceritakan tentang kisah kejadian umat manusia. Menurutnya dalam kisah penciptaan Adam yang terdapat dalam ayat tersebut mengandung hikmah dan rahasia yang oleh Allah diungkap dalam bentuk dialok antara Allah dengan malaikat. Ayat ini termasuk ayat Mutasyabihat yang tidak cukup dipahami dari segi dhahirnya ayat saja. Sebab jika demikian berarti Allah mengadakan musyawarah dengan hambanya dalam melakukan penciptaan. Sementara hal ini adalah mustahil bagi Allah. Karena ayat ini kemudian diartikan dengan pemberitaan Allah pada para malaikat tentang penciptaan Khalifah di Bumi yang kemudian para Malaikat mengadakan sanggahan. Berdasarkan tersebut, maka ayat diatas merupakan tamsil atau perumpamaan dari Allah agar mudah dipahami oleh manusia, khususnya mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaannya.
C.    Tugas dan Peranan Manusia Dimuka Bumi
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1.      Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2.      Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yangArtinya :
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat 77 yang berbunyi: Teks lihat “google Al-Qur’an onlines” Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash : 7)
Manusia dengan makhluk Allah lainnya sangat berbeda, apalagi manusia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, salah satunya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk penciptaan, namun kemuliaan manusia bukan terletak pada penciptaannya yang baik, tetapi tergantung pada; apakah dia bisa menjalankan tugas dan peran yang telah digariskan Allah atau tidak, bila tidak, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka dengan segala kesengsaraannya.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya." (95: 4 -- 6). Paling kurang ada tiga tugas dan peran yang harus dimainkan oleh manusia dan sebagai seorang muslim, kita bukan hanya harus mengetahuinya, tetapi menjalankannya dalam kehidupan ini agar kehidupan umat manusia bisa berjalan dengan baik dan menyenangkan.
Beribadah kepada Allah SWT merupakan tugas pokok, bahkan satu-satunya tugas dalam kehidupan manusia sehingga apa pun yang dilakukan oleh manusia dan sebagai apa pun dia, seharusnya dijalani dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang artinya, "Dan Aku tidak menciptakan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku." (51: 56).
Agar segala yang kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah SWT, paling tidak ada tiga kriteria yang harus kita penuhi. Pertama, lakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Keikhlasan merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah SWT dan ini akan berdampak sangat positif bagi manusia yang melaksanakan suatu amal, karena meskipun apa yang harus dilaksanakannya itu berat, ia tidak merasakannya sebagai sesuatu yang berat, apalagi amal yang memang sudah ringan. Sebaliknya, tanpa keikhlasan, amal yang ringan sekalipun akan terasa menjadi berat, apalagi amal yang jelas-jelas berat untuk dilaksanakan, tentu akan menjadi amal yang terasa sangat berat untuk mengamalkannya.
Kedua, lakukan segala sesuatu dengan cara yang benar, bukan membenarkan segala cara, sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Manakala seorang muslim telah menjalankan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah SWT, maka tidak ada penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan ini yang membuat perjalanan hidup manusia menjadi sesuatu yang menyenangkan.
Ketiga, adalah lakukan segala sesuatu dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan ini akan membuat manusia hanya punya satu kepentingan, yakni ridha-Nya. Bila ini yang terjadi, maka upaya menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi kesulitan, terutama kesulitan dari dalam diri para penegaknya, hal ini karena hambatan-hambatan itu seringkali terjadi karena manusia memiliki kepentingan-kepentingan lain yang justru bertentangan dengan ridha Allah SWT.
Nilai-nilai dan segala ketentuan yang berasal dari Allah SWT harus ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini. Untuk menegakkannya, manusia diperankan oleh Allah SWT sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi ini untuk menegakkan syariat-syariat-Nya, Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (2: 30).
Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah, manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan, ini merupakan perkara yang sangat mendasar untuk bisa diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan, tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan, karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia untuk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya. Allah SWT berfirman yang artinya, "Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan." (Shad: 26).
Untuk bisa memperoleh kehidupan yang baik di dunia ini, salah satu yang menjadi penopang utamanya adalah penegakkan hukum secara adil sehingga siapa pun yang bersalah akan dikenai hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya, karenanya hal ini merupakan sesuatu yang sangat ditekankan oleh Allah SWT kepada manusia sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang artinya, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (4: 58).

D.    Makna Dan Peran Kekhalifahan Manusia Di Bumi
Manusia dipilih sebagai khalifatullah, sebagaimana diuraikan diatas, karena kelebihan yang dianugerahkan Allah kepada manusia berupa ilmu pengetahuan, yang tidak diberikan kepada makhluk Allah yang lain termasuk malaikat. Ayat-ayat diatas yang menyampaikan tentang pengajaran Allah kepada manusia memberikan pengertian bahwa untuk dapat menjalankan fungsi dan peran kekhalifahan diperlukan modal atau syarat yaitu ilmu. Hal ini senada dengan pendapat Quraish Shihab bahwa pengetahuan atau potensi yang berupa kemampuan menyebutkan nama-nama itu merupakan sayrat sekaligus modal bagi Adam (Manusia) untuk mengelola bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal, meskipun ia tekun ruku’, sujud dan beribadah kepada Allah sebagaimana yang dilakukan oleh malaikat. Meski malaikat merupakan makhluk yang paling taat, tapi tetapp dinilai sebagai makhluk yang tidak memliki kemampuan untuk menjadi khalifah, karena ia tidak memiliki ilmu atau pengetahuan tentang hal itu.
Dalam beberapa ayat juga disebutkan bahwa manusia memiliki kehidupan ideal dan dari kehidupan ideal itu manusia didorong kepada kehidupan riil agar ia dapat teruji sebagai makhluk fungsional (Q.S. Al-Mulk/67:2). Maksudnya, hidup atau kehidupan riil adalah hidup di bumi sekaligus mati di bumi. Dalam kaitan ini menurut konsepsi Al-Qur’an manusia juga sering disebut sebagai khalifah dalam pengertian kuasa (mandataris, bukan penguasa). Dalam status itulah manusia terkait dengan berbagai hak, kewajiban, serta tanggungjawab, yang semuanya merupakan amanah baginya.
Manusia selaku khalifah memiliki kebebasan berkehendak (free will), suatu kebebasan yang menyebabkan manusia dapat memilih tingkah lakunya sendiri. Manusia dibekali akal yang dengan akal itu manusia mampu membuat pilihan antara yang benar dan yang salah.
Berbeda dengan M. Quraish Shihab ysng mengharuskan memiliki karakter sebagai manusia secara pribadi maupun kelompok, mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah, guna membangun dunia sesuai konsep yang dieepkan Allah. Sehinga khalifah harus memiliki empat sisi karakter yang saling terkait. Keempat sisi tersebut adalah:
a.       Memenuhi tugas yang diberikan Allah.
b.      Menerima ugas tersebut dan melaksakannya dalam kehidupan perorangan maupun kelompok.
c.       Memelihara serta mengelola lingkungan hidup unuk kemanfaatan bersama.
d.      Menjadikan tugas-tugas khalifah sebagai pedoman pelaksanaannya.
M. Kuraish shihab memetakan karakterisik khalifatullah dengan menganalisis tafsir milik Al-Tabrasi dikemukakan didalamnya bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya kata imam digunakan untuk keteladanan, karena ia terambil dari kata yang mengandung arti depan, yang berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata “belakang”.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam, ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi''. (Al-Baqarah:30). Banyak kaum muslimin yang keliru dalam memahami ayat ini, yakni sebagai wakil/pengganti Allah dalam mengurus bumi. Makna khalifah yang benar adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsier
''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)
Allah Ta'ala memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani Adam dan penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala'ul Ala, sebelum mereka diadakan. Maka Allah berfirman, ''Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat''. Maksudnya, Hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu'', ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi'', yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, ''Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi'' (Fathir: 39). Itulah penafsiran khalifah yang benar, bukan pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam merupakan khalifah Allah di bumi dengan berdalihkan firman Allah, ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.''




DAFTAR PUSTAKA

·         Al-Raghib al-Isfahani, Mufradat Gharîb al-Qur’ân, (Mesir: Al-Halabi, 1961),
·         Fakhr al-Din al-Razi, al-Tafsir al-Kabîr, (Mesir: Al-Mathba’ah al-Mishriyyah, 1985), Jilid I,
·         Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989),
·         Ibn Manzur, Lisân al-’Arab, (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1969), Juz X
·         Muhammad Baqir al-Shadr dalam al-Sunan al-Tarîkhiyyat fi al-Qur’ânseperti dikutip M. Quraish Shihab,  Membumikan Al-Qur’an.,
·         Muhammad Rasyid Ridha, Tafsîr al-Manâr, (Beirut: Dar al- Ma’rifah, tth.), Jilid 1,
·         Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an,(Yogyakarta: LSIF, 1992),
·         Syahminan Zaini, Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984),
·         Tobroni dan Samsul Arifin, Islam Pluralisme Budaya dan Politik,(Yogyakarta: SI Press, 1994), 

MODEL-MODEL KONSELING

MODEL-MODEL KONSELING


A.    PENDEKATAN BEHAVIORAL            
Pandangan tentang manusia
Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setipa tingkah laku dapat dipelajari melalui kematangan dan belajar. Tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkahlaku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.
Konsep dasar
Pendekatan behavioral didasarkan pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling. Konseling behavior juga dikenal sebagai modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengubah tingkah laku. Terapi ini berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik. Dalam konseling, konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mampertahankan perilaku yang diinginkan dan membentuk pola tingkah laku dengan memberikan imbalan atau reinforcement muncul setelah tingkah laku dilakukan. Ciri unik dari terapi ini adalah lebih berkonsentrasi pada proses tingkah laku yang teramati dan spesifik, fokus pada tingkah laku kini dan sekarang.
Tujuan konseling
  • Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
  • Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.
  • Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari.
  • Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai.
  • Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku maladaptif dan memperkuat perilaku yang diinginkan.
  • Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konselin dan konselor.
Peran dan fungsi konselor
Konselor berperan aktif, direktif, dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu.
Tahap-tahap konseling
Tingkah laku yang bermasalahdalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Konseling tingkah laku memiliki 4 tahanp yaitu :
1.      Melakukan asesmen (assesment)
Bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini, berhubungan dengan aktivitas nyata, perasaan, dan pokiran konseli. Kanfer dan Saslow terdapat 7 informasi yang dapat digali:
  • Analisis tingkah laku bermasalah yang dialami saat ini (tingkah laku khusus).
  • Analisis situasi didalam masalah konseli terjadi (analisis tingkah laku sebelumnya yang menghubungkan dengan masalah saat ini).
  • Analisis motivasional.
  • Analisis self control.
  • Analisis hubungan sosial.
  • Analisis lingkungan fisik-sosial budaya.
Dalam kegiatan asesment ini konselor melakukan analisis ABC
A   = antecendent (pencetus perilaku).
B   = behavior (perilaku yang dipermasalahkan, seperti: tipe tingkah laku,
   frekuensi tingkah laku, durasi tingkah laku, intensitas tingkah laku).
C   = consequence (akibat perilaku tersebut).
2.      Goal setting (menetapkan)
Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis. Burks dan Engelkes mengemukakan goal setting atas 3 langkah yaitu:
  • Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas tujuan yang diinginkan.
  • Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan situasional tujuan belajar dapat diterima dan diukur.
  • Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan.

3.      Implementasi teknik(technique implementation)
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi yang tepat untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Dalam implementasi teknik konselor membandingkan perubahan tingkah laku antara data dengan data intervensi.
4.      Evaluasi dan pengakhiran (evaluation-termination)
Evalusi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi meliputi :
  • Menguji apa yang konseli lakukan terakhir.
  • Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling bertambah.
  • Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli.
  • Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli.
Teknik-teknik konseling behavior
1.      Penguatan positif (positive reinforcement)
Penguatan positif adalah memberikan penguatan yang menyenangkan (berupa hadiah, pujian dll) setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan, tujuannya agar tingkah laku yang diinginkan akan diulang, meningkat dan menetap.
Prinsip penerapan penguatan positif :
  1. Penguatan positif bergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan.
  2. Penguatan diberikan setelah tingkah laku terbentuk.
  3. Tahap awal, penguatan dilakukan setelah tingkah laku dilakukan. Berangsur hingga tingkah laku terbentuk matang tanpa penguatan kembali.
  4. Tahap awal, penguatan sosial diikuti dengan penguatan berbentuk benda.
Langkah pemberian penguatan :
  1. Mengumpulkan informasi dengan analisis ABC (antecedent, behavior and consequen).
  2. Memilih tingkah laku target yang ingin ditingkatkan.
  3. Menetapkan data awal (baseline) perilaku awal.
  4. Menentukan reinforcement yang bermakna.
  5. Menetapkan jadwal pemberian reinforcement.
  6. Penerapan reinforcement positif.
Hubungan penguatan (reinforcement) dan tingkah laku :
  1. Reinforcement diikuti oleh tingkah laku.
  2. Tingkah laku yang diharapkan harus diberi reinforcement segera setelah ditampilkan.
  3. Reinforcement harus sesuai dan bermakna bagi individu maupun kelompok.
  4. Pujian atau hadiah yang kecil tapi banyak lebih efektif dari pada besar tetapi sedikit.
1.      Kartu berharga (token economy)
Startegi menghindari pemberian reinforcement secara langsung. Tujuanya untuk mengembangkan perilaku adaptif melalui pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan telah menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (corey, 1986,p.185).
Langkah-langkah penerapan token economy :
  1. Membuat analisis ABC
  2. Menetapkan target perilaku yang akan dicapai bersama konseli.
  3. Penetapan besaran harga atau point token yang sesuai dengan perilaku target.
  4. Penetapan saat kapan token diberi kepada konseli.
  5. Memilih reinforcement yang sesuai bersama konseli.
  6. Memilih tipe token yang akan digunakan.
  7. Mengidentifikasi pihak yang terlibat dalam program sekolah.
  8. Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token.
  9. Membuat pedoman pelaksanaan token economy.
  10. Pedoman diberikan kepada konseli dan staf.
  11. Melakukan monitoring.


1.      Pembentukan (shaping).
Pembentukan tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sisematik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Langkah-langkah penerapan shaping :
  1. Membuat analisis ABC
  2. Menetapkan target perilaku yang spesifik yang akan dicapai konseli.
  3. Tentukan bersama jenis reinforcement positif yang akan digunakan.
  4. Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian perilaku dari awal-akhir.
  5. Perencanaan dapat dimodifikasi selama shaping berlangsung.
  6. Penetapan waktu reinforcement pada setiap tahap program.
Penerapan perencanaan shaping:
-          Konseli harus diberitahu sebelun rencana dilaksanakan.
-          Beri penguatan segera pasa awal perilaku.
-          Jangan lanjut tahap selanjutnya sebelum berhasil.
-          Jika belum yakin pada perilaku konseli, dapat digunakan aturan; perpindahan tahap bila sudah benar 6 dari 10 percobaan.
-          Jangan terlalu sering memberi penguatan pada satu tahap, dan tidak memberikan penguatan untuk selanjutnya.
-          Kalau konseli berhenti bekerja, maka konselor dapat berpindah cepat ketahap berikutnya.
-          Cek efektivitas penguatan.
2.      Pembuatan kontrak.
Teknik mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak konseli dengan konselor.
Prinsip dasar kontrak:
  1. Kontrak disertai dengan penguatan.
  2. Reinforcement diberikan dengan segera.
  3. Kontrak harus dinegosiasikan secara terbuka dan bebas serta disepakati antara konseli dengan konselor.
  4. Kontrak harus fair.
  5. Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi, lamanya kontrak).
  6. Kontrak dilaksanakan sesuai dengan program sekolah.
Langkah pembuatan konstrak :
  1. Analisis ABC dengan pilihan tingkah laku yang akan diubah.
  2. Tentukan data awal (baseline data)/ tingkah laku yang akan diubah.
  3. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.
  4. Reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai jadwal.
  5. Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap.
3.      Modeling (penokohan).
Modeling adalah teknik mengubah perilaku lama dengan cara meniru tigkah laku model yang tidak diterima sosial akan memperkuat atau memperlemah tingkah laku bergantung pada tingkah laku model itu dihukum. Kasus yang diterapi modeling adalah penderita fobia, ketergantungan obat-obatan, alkohol, gangguan kepribadian berat psikokis, kesulitan anak adaptasi disekolah, takut sekolah.
Prinsip-prinsip modeling :
  1. Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung atau tidak langsung.
  2. Kecakapan sosial bisa mengamati dan mencontoh model yang ada.
  3. Reaksi emosional yang terganggu bisa dihapuskan dengan mengamati orang lain yang mendekati objek yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukan.
  4. Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.
  5. Status kehormatan model sangat berarti.
  6. Individu mengamati fans nya.
  7. Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.
Macam-macam penokohan :
  • Penokohan nyata (live model) ex: terapis, guru, atau seseorang yang dikagumi, orang tua.
  • Penokohan simbolik (symbolik model) ex: tokoh yang dilihat melalui film, video atau media lainya.
  • Penokohan ganda (multiple model).
Langakah-langkah :
  1. Menetapkan bentuk penokohan.
  2. Pada live model, pilih teman sebaya konseli berdasarkan umur, status ekonomi, penampilan fisik.
  3. Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.
  4. Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli.
  5. Kombinasi modeling dengan aturan, instruksi, behavior rehearsal, dan penguatan.
  6. Saat konseli memperhatikan tokoh berikan penguatan alamiah.
  7. Buat desain pelatihan konseli meniru model secara tepat.
  8. Bila perilaku bersifat kompleks maka modeling dilakukan dari yang paling mudah ke yang lebih sulit.
  9. Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukan pperilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli.
4.      Penghapusan (extinction).
Teknik menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
Langkah-langkah :
  1. Menentukan tingkah laku dengan analisis ABC.
  2. Bila tingkah laku dilakukan sebaiknya guru atau orang tua berpura-pura tidak mengetahu hal tersebut.
  3. Ectinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan teknik penguatan positif.
5.      Pembanjiran( flooding)
Pembanjiran harus dmilakukan dengan hati-hati karena mungkin akan terjadi reaksi emosi sangat tinggi. Tujuanya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulka, dengan menggunakan stimulus yang dikondisikan (condisioning stimulus) yang dimunculkan secara berulang-ulang sehingga terjadi penurunan tanpa memberi penguatan.

Langkah-langkah :
  1. Pencarian stimulus yang memicu gejala.
  2. Menafsirkan bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala membentuk perilaku konseling.
  3. Meminta konseling membayangkan sejelas-jelasnya apa yang dijabarkan tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang dihadapi.
  4. Bergerak semakin dekat dengan ketakutan yang paling ditakuti konseli, meminta konseli agar membayangkan apa yang paling ingin dihindari.
  5. Mengulang prosedur sampai kecemasan tidak muncul lagi dalam diri konseli.
6.      Penjenuhan (satiation).
Teknik membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku sehingga tidak lagi bersedia melakukanya. Menurunkan atau menghindari tingkah laku yang tidak diinginkan dengan memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga individu merasa puas dan tidak akanmelakukan tingkah laku yang tidak diinginkanya lagi.
7.      Hukuman (punishment)
Efek samping emosional pemberian hukuman :
  • Tingkah laku yang diinginkan hanya ditekankan saat ada hukuman.
  • Jika tingkah laku alternatif tidak muncul, konseli akan menarik diri.
  • Pengaruh hukuman bisa jadi digeneralisasikan pada tingkah laku lain yang berhubungan dengan tingkah laku yang dihukum.
8.      Terapi aversi
Teknik yang bertujuan untuk meredakan gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculanya.
Beberapa point penting yang harus diperhatikan :
  • Hukuman jangan sering digunakan meskipun konseli menginginkanya.
  • Bila menggunaka hukuman perumusan tingkah laku alternatif harus spesifik dan jelas.
  • Hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan konseli merasa ditolak sebagai pribadi.
  • Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif diasosiasikan dengan tingkah laku maladaptif spesifik.
9.      Disensitisasi sistematis
Di gunakan untuk menghapus rasa cemas dan tingkah laku menghindar. Melatih konseli santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau divisualisasi.
Langkah-langkah terapi ini adalah  :
  • Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.
  • Menyusun tingkat kecemasan.
  • Membuat daftar situasi yang memunculkan kecemasan.
  • Melatih relaksasi konseli.
  • Pelaksanaan desentralisasi konseli dalam santai dan mata tertutup.
  • Meminta konseli untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan dalam hidupnya.
  • Dilakukan terus menerus hingga muncul rasa kecemasan dan dihentikan.
  • Dilakukan relaksasi kembali hingga konseli santai.
  • Terapi selesai jika konseli mampu tetap santai ketika membayangkan situasi yang membuatnya tegang dan gelisah.
Cocok untuk kasus fobia, takut ujian, impotensi, friditas, kecemasan neurotik, kekuatan yang digeneralisasikan

Pandangan tentang manusia
Pendekatan psikoanalis dikembangkan oleh Sigmund Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsiousness motivation), dorongan (drive) biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual selama 6 th pertama kehidupan (Corey,1986, p.12). insting merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan freud. Insting yang ada bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.
Manusia memiliki insting mati (death instincts) dan insting hidup (life instincts). Insting mati (death instincts) berhubungan dengan dorongan agresif, menusia memanifestasikan insting mati (death instincts) melalui tingkah laku seperti keinginan bawah sadar untuk mati atau untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain. Sedangkan insting hidup (life instints) untuk mempertahankan hidup, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.

Konsep dasar
Pendekatan psikoanalisis memiliki ciri : menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari implus-implus genetik (insting), pengaruh energi hidup (libido), pengaruh pengalaman dini, dan pengaruh irasional dan sumber ketidaksadaran perilaku. Manusia memiliki gambaran jiwa yang dianalogikan seperti gunung es. Consciousness (kesadaran) berisikan ide-ide atau hal-hal yang disadari, subconsciousness (pra-kesadaran) berisi ide-ide atau hal-hal yang tidak disadari yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran, dan unconsciouseness (ketidaksadaran) mernupakan bagian besar dari gambaran jiwa manusia yang terdiri dari perilaku dimasa lalu yang ditekan dan dilupakan dialam bawah sadar.

Struktur kepribadian psikoanalisis
Teori psikoanalisis melihat kepribadian terbagi menjadi 3 sistem utama yaitu id, ego dam super-ego :
  1. Id, bersifat warisan genetik dan bawaan sejak lahir. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, karena menyediakan dorongan menuju pengaejaran keinginan pribadi.
  1. Ego, dilihat dari sebagai satu-satunya unsur rasional dalam struktur kepribadian manusia. Bekerja dengan melakukan kontak dengan dunia realitas, karena kontak dengan realitas ego menjadi pengontrol utama dalam kesadaran, menyediakan pemikiran dan perencanaan realistis dan logis, dan akan sanggup meredam pikiran dan keinginan irasional dari id.
  1. Super-ego merepresentasikan suara hati, beroperasi berdasarkan prinsip realisme moral. Super-ego mempresentasikan kode moral pribadi, didasarkan pada persepsi seseorang mengenai moralitas dan nilai masyarakat. Sehingga super-ego akan memberikan rasa bangga dan cinta-diri, dan hukuman seperti rasa bersalah atau rendah diri bagi manusia atau individu.
Jika ego gagal dalam menyalurkan kehendak id maka akan timbul hukuman berupa kecemasan, yang dibagi menjadi 3 yaitu :
  • Kecemasan realitas, dirasakan karena adanya ancaman yang nyata atau ancaman yang diperkirakan akan dihadapi dilingkungan. Contoh, cemas meninggalkan kendaraan yang baru dibeli ditempat yang sunyi.
  • Kecemasan moral, kecamasan yang dihasilkan dari hati nurani. Contoh, cemas akan gagal dalam menghadapi ujian.
  • Kecemasan neurotik, kecemasan yang muncul karena rasa bimbang, tidak ada yang mengontrol tingkah lakunya, bersifat tidak sadar.

Perkembangan kepribadian psikoanalisis
1.      Fase oral (0-1 th)
Kenikmatan dan kepuasan bersumber dari mulutnya, melalui menghisap dan menggigit. Orang terdekat adalah ibu. Masalah yang timbul jika gagal dalam fase ini adalah ketidakpercayaan kepada orang lain, menolak cinta dari orang lain, ketidakmampuan membentuk hubungan yang intim.
2.      Fase anal (1-3 th)
Pusat kenikmatan terletak pada daerah anus yaitu melalui menahan dan melepaskan terutama saat buang air besar. Tugas perkembangan pada masa ini adalah kemandirian, menerima kekuatan personal dan belajar mengekspresikan perasaan negatif seperti marah dan agresif.
3.      Fase phallic (3-5 th)
Pusat kepuasan pada daerah kelamin. Fase pembentukan identitas seksual. Cara orangtua merespon secara verbal dan non-verbal terhadap keinginan seksual anak memiliki pengaruh pada pembentukan identitas seksual dan perasaan yang dikembangkan.


4.      Fase laten (5-12 th)
Lebih berminat ke sekolah, teman bermain, olah raga dan berbagai aktivitas baru. Karena masa ini perkembangan terjadi pada aspek motorik dan kognitif.
5.      Fase ganital (>12 th )
Masa puber bagi perkembangan anak. Mulai membangun pertemanan, terlibat pada aktivitas seni dan olah raga serta mempersiapkan karir.

Mekanisme pertahanan ego
-          Represi, yaitu upaya untuk menyembunyikan dan memendam semua memori, perasaan dan pikiran sederhana sedalam mungkin kedalam diri karena kemunculanya akan menimbulkan rasa sakit dan takut.
-          Rasionalisasi, yaitu upaya untuk mengjustifikasi atau menyediakan penjelasan paling masuk akal untuk membuat perilaku yang  tidak diinginkan jadi terlihat masuk akal dan diterima secara sosial.
-          Regresi, yaitu upaya untuk kembali ke bentuk perilaku sebelumnya.
-          Identifikasi, yaitu upaya meniru seseorang atau sesuatu karena memberinya kepuasan atau kompetensi tertentu.
-          Displacement, yaitu gerak menjauh dari satu objek untuk mendekati objek lain yang kurang begitu mengancam atau menghasilkan kecemasan.
-          Overcompensation, yaitu keterampilan perilaku yang mencerminkan kabalikan dari perasaan yang direpresikan.

Tujuan konseling
Membuat kesadaran (conscious) hal-hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Hal-hal yang terdapat pada ketidaksaran (unconscious) dibawa kelevel kesadaran (conscious). Ketika hal-hal yang telah ditekan kedalam ketidaksadarandimunculkan kembali, maka maslaah tersebut dapat diatasi secara lebih rasional dengan menggunakan berbaga



Teknik-teknik konseling psikoanalisis
1.      Teknik analisis kepribadian (case histories)
  • Dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitif (libido) terhadap ego dan bagaimana super-ego menahan dorongan tersebut.
  • Memastikan  ego dapat mempertahankan keseimbangan dorongan id dan super-ego.
  • Kemudian dicari penyebab jika ego tidak dapat mempertahankan keseimbangan tersebut.
  • Pendekatan sejarah kasus, guna melihat fase perkembangan yang terhambat.
2.      Hipnotis (hipnosis)
  • Tujuanya untuk mengeksplorasi dan memahami faktor ketidaksadaran penyebab utama masalah.
  • Konseli diajak melakukan katarsis dengan memverbalisasikan konflik yang telah ditekan kealam tak sadar.
  • Hasil tidak bertahan lama karena setelah sadar penyebab masalah tetap ada dan mengganggu.
3.      Asosiasi bebas (free asspciation)
  • Meminta konseli berbaring rileks.
  • Kemudian diminta mengasosiasikan (mengikuti) kata-kata yang diucapkan sendiri atau konselor, dengan menggunakan kata pertama kali muncul dalam ingatanya tanpa memperdulikan konsekuensi.
  • Id diminta berbicara, ego dan super-ego diam.
4.      Analisis resistensi
  • Resistensi dapat berbentuk tingkah laku yang memiliki komitmen pada pertemuan konseling, tidak menepati janji, menolak mengingat mimpi, menghalangi pikiran saat asosiasi bebas dan lainya. Analisis kondisi ini akan membantu konseli berhasil dalam terapi.
5.      Analisis tranferensi
  • Konseli akan menstransfer perasaan tentang orang yang penting dalam dirinya kepada konselor.
  • Konselor mendorong tranferensi dan menginterpretasikan perasaan positif dan negatif yang diekspresikan.
  • Pelepasan berupa terapeutis, katarsis emosional.
6.      Interpretasi
  • Konselor membantu konseli memahami peristiwa dari masa lalu dan sekarang.
  • Interpretasi menyangkut penjelasan dan analisis berbagai pikiran, perasaan dan tindakan konseli.
  • Konselor harus tepat mimilih waktu untuk menggunakan interpretasi sehingga konseli siap menerima dan mendapat insight.
Teori psikoanalisis melihat klien sebagvai individu yang lemah dan penuh ketidakpastian sehingga memerlukan bantuan besar untuk merekonstruksi kepribadian yang normal. Konselor disini berfungsi sebagai memfasilitasi atau mengarahkan penstrukturan ulang tersebut. Klien akan didorong untuk berbicara bebas, mengutarakan ketidaknyamanan, mebicarakan kesulitan dan menceritakan peristiwa yang dirasa memalukan. Konselor akan menyediakan interpretasi setepat mungkin dan berusaha meningkatkan pemahaman klien mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Diharapkan prosedur ini dapat mengungkapkan alam bawah sadar dan membantu klien mencapai kemampuan mengatasi secara realistik keinginan klien.

Pandangan tentang manusia
Secara khusus pendekatan REBT berasumsikan bahwa individu memiliki karakteristik sbb :
  • Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir rasional dan irasional.
  • Pikiran irasional berasal dari proses belajar irasional yang didapat dari orang tua dan budayanya.
  • Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui simbol dan bahasa.
  • Individu memilki potensi untuk mengubah arah hidup personal dan sosialnya.
  • Perasaan dan pemikiran yang negatif dapat diorganisasikan sehingga menjadi logis dan rasional.

Teori ABC
Teori ABC merupakan teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang pendekatan REBT, kemudian ditambahkan D dan E untuk mengakomodasikan perubahan dan hasil yang diinginkan dari perubahan tsb. Selanjutnya, ditambahkan Gyang diletakan keawal untuk memberikan konteks pada kepribadian individu :
G
(goals) atau tujuan-tujuan, yaitu tujuan fundamental
A
(activating events in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan individu.
B
(beliefs) atau keyakinan baik rasional maupun irasional.
C
(consequences) atau konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku.
D
(disputing irrational belief) atau melakukan desputi pikiran irasional.
E
(effective new philosophy of life)atau mengembangkan filosofi hidup yang efektif.
F
(further action/new feeling) atau aksi yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru yang dikembangkan.
FTGEllis menegaskan bahwa irrasional thinking (berfikir irasional) menjadi masalah bagi individu karena :
  • Menghambat individu dalam mencapai tujuan, menciptakan emosi yang ekstrim yang mengakibatkan stres dan menghambat mobilitas dan mengarahkan pada tingkah laku yang menyakitkan diri.
  • Menyalahkan kenyataan (salah menginterpretasikan kejadian yang terjadi atau tidak didukung oleh bukti yang kuat).
  • Mengandung cara yang tidak logis dalam mengevaluasi diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Tujuan konseling
Tujuan utama konseling REBT  adalah membantu individu menyadari bahawa mereka dapat hidup dengan lebih irasional dan lebih produktif. Ellis dan Benard mendeskripsikan beberapa sub tujuan yang sesuai dengan nilai dasar pendekatan REBT, yaitu :
  1. Memiliki minat diri
  2. Memiliki minat sosial
  3. Memiliki pengarahan diri
  4. Toleransi
  5. Fleksibel
  6. Memiliki penerimaan
  7. Dapat menerima ketidakpastian
  8. Dapat menerima diri sendiri
  9. Dapat mengambil resiko
  10. Memiliki harapan yang realitas
  11. Memiliki toleransi terhadap frustasi yang tinggi
  12. Memiliki tanggung jawab pribadi

Peran dan fungsi konselor
  • Aktif-direktif, mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama pada awal konseling.
  • Mengkonfrontasikan pikiran irasional konseli secara langsung.
  • Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri.
  • Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irrasional.
  • Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi.
  • Bersifat didaktif.
Sebagai seorang konselor harus memiliki keterampilan untuk membangun hubungan konseling, yaitu sebagai berikut :
  • Empati
  • Menghargai
  • Ketulusan
  • Kekongkritan
  • Konfrontasi
Teknik-teknik konseling
§  Teknik kognitif
§  Dipute kognitif
Untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation, socratic dialogue, vicarious experience, dan berbagai ekspresi verbal lainya.
§  Analisis rasional
Tekhnik untuk mengajarkan konseli bagaimana membuka dan mendebat ke yakinan irasional.
  • Dispute standard ganda
Mengajarkan konseli melihat dirinya memiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
  • Skala katastropi
Membuat proporsi tentang peristiwa-peristiwa yang menyakitkan.
  • Devil’s advocate atau rational role reversal
Meminta konseli untuk memainkan peran yang memiiki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan rasional yang diverbalisasikan.
  • Membuat frame ulang
Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame berfikir konseli.
§  Teknik imageri
§  Dispute imajinasi
Setelah melakukan dispute secara verbal, konselor, meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya telah berubah.
  • Kartu kontrol emosional (the emosional control card/ECC)
Alat yang dapat membantu konseli menguatkan dan meluaskan praktik REBT. ECC digunakan untuk memperkuat proses belajar, secara lebih khusus perasaan marah, kritik, kecemasan, dan depresi.

  • Proyeksi waktu
Meminta konseli memvisualisasikan kejadian yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi.
  • Teknik melebih-lebihkan
Meminta konseli membayangkan kejadian yang  menyakitkan atau kejadian yang menakutkan, kemudian melebih-lebihkan sampai pada taraf yang paling tinggi.
§  Teknik behavioral
§  Dispute tingkah laku
Memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabkan berfikirnya irasional dan melawan keyakinan tersebut.
  • Bermain peran.
Dengan bantuan konselor, konseli melakukan role play tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang rasional.
  • Peran rasional terbalik
Meminta konseli memainka peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran menjasi konseli yang irasional.
  • Pengalaman langsung
Dilakukan melalui perencanaan dan penerapan keterampilan mengatasi masalah yang telah dipelajari sebelumnya.
  • Menyerang rasa malu
Melakukan konfrontasi terhadap ketakutan untuk malu dengan secara sengaja bertingkah laku yang melakukan dan mengundang ketidaksetujuan lingkungan sekitar.
  • Pekerjaan rumah
Untuk mengontrol tingkah laku irasional menjadi rasional.

Pandangan tentang manusia
Menurut Glesser, setiap individu memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan hadir sepanjang rentang kehidupan dan harus dipenuhi, dan individu mengalami permasalahan psikologis karena individu terhambat dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya seperti cinta, kekuasaan, kesenangan dan kebebasan. Keterhambatan pemenuhan kebutuhan psikologis pada dasarnya karena penyangkalan terhadap realitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.

Konsep dasar
Terapi Realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang. Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan lebih ditekankan dalam pendekatan ini.
Dalam pendekatan realitas, penerimaan terhadap realita dapat dicapai dengan melakukan sesuatu yang realistis (reality), bertanggungjawab (responsibility) dan benar (right) yang dikenal dengan konsep 3R yaitu :
  1. Responsibility (tanggung jawab) adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus merugikan orang lain.
  2. Reality (kenyataan) adalah yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhanya.
  3. Right (kebenaran) merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan.
Ciri-ciri konseling realitas
  1. Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat.
  2. Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme.
  3. Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.
  4. Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari berbagai problema yang dihadapi oleh konseli.
  5. Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
  6. Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada individu yang mengalami kegagalan. Tetapi yang ada sebagai ganti hukuman adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan dalam perilaku nyata.
  7. Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku nyata.

Tahap-tahap konseling
Tahap 1 : konselor menunjukan keterlibatan dengan konseli (be friend).
Tahap 2 : fokus pada perilaku sekarang.
Tahap 3 : mengeksplorasi total behavior konseli.
Tahap 4 : konseli menilai diri sendiri atau melakukan evaluasi.
Tahap 5 : merencanakan tindakan yang bertanggung jawab.
Tahap 6 : membuat komitmen.
Tahap 7 : tidak menerima permintaan maaf atau alasan konseli.
Tahap 8 : tindak lanjut.
Tujuan konseling
  • Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
  • Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
  • Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  • Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

Tekhnik-tekhnik dalam konseling realitas :
  • Melakukan permainan peran dengan konseli.
  • Menggunakan humor.
  • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
  • Tidak menerima alasan-alasan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab.
  • Berperan sebagai model dan guru.
  • Menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan konseling.
  • Melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup yang efektif.
  • Mengkonfrontasikan tingkah laku konselin yang tidak realitas.
  • Memberikan pekerjaan rumah untuk dilakasakan konseli pada waktu antara pertemuan satu dengan lainya.
  • Meminta konseli membacakan artikel atau bacaan tertentu yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.
  • Membuat kesepakatan sebagai kontrak antara konselor dan konseli.
  • Memberikan  tekanan tentang pentingnya tanggung jawab konseli dalam membuat pilihan perilakunya dalam mencapai keinginanya.
  • Debat konstruktif
  • Dukungan terhadap pelaksanaan rencana konseli.
  • Pengungkapan diri konselor dalam proses konseling.

Peran dan fungsi konselor
Peran konselor dalam pendekatan yaitu melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktif, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Konselor sebagai fasilitator agar bisa melihat tingkah lakunya sendiri secara realitas.
Konsep dasar
Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial-humanistik yaitu:
1.      Kesadaran diri.
Manusia memiliki kesanggupan menyadari diri sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seseorang maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada individu tersebut.
2.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi dasar kepribadian manusia.
3.      Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidupnya dan menciptakan nilai-nilai yang akan memeberikan makna bagi kehidupanya. Manuasia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu acara yang bermakna, sebab manusia adlaah makhluk yang rasional.
Pada dasarnya konseling eksistensial-humaniastik merupakan suatu pendekatan terhadap konseling dan terapi alih-alih suatu model teoritis tetap. Konseling ini menekankan pada kondisi inti manusia. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individual. Menurut pendekatan humanistik-eksistensial, dimensi dasar dari kondisi manusia mencakup :
  1. Kapasitas kesadaran diri.
  2. Kebebasan serta tanggung jawab.
  3. Menciptakan identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang lain.
  4. Usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran.
  5. Kecemasan sebagai suatu kondisi hidup.
  6. Kesadaran akan datangnya maut serta ketidaksadaran.

Tujuan
  1. Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
  2. Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi membantu konseli menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
  3. Membantu konseli agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Teknik-teknik
Dalam pendekatan konseling eksistensial-humanistik tidak terdapat teknik khusus untuk menangani konseli, namun dalam pendekatan ini bisa menggunakan teknik-teknik dari berbagai pendekatan yang ada sesuai dengan masalah yang dihadapi klien. Yang paling dipedulikan oleh konselor ekstensial adalah memahami dunia subyektif klien agar konselor dapat menolong untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru. Menitik beratkan masalah pada situasi hidup klient yang sekarang bukan menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu.

Dalil-dalil
-          «  Dalil 1 : Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berfikir dan memilih yang khas manusia.
-          «  Dalil 2 : kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalma arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka ia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
-          «  Dalil 3 : keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatanya, tetapi pada saat yang sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan ornag lain serta dengan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan alam menyebabkan kesepian, mengalami alienasi,keterasingan dan depersonalisasi.
-          «  Dalil 4 : pencarian makna
Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuanganya untuk merasakan arti dan maksud hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas pribadi.
-          «  Dalil 5 : kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
-          «  Dalil 6 : kesadaran atas kematian dan non-ada
Kesadaran akan kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna dalam hidup.
-          «  Dalil 7 :perjuangan untuk aktualisasi diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri; yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu.

Makalah Sewa Menyewa

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. serta sholawat dan salam kepada junjungan kita N abi besar...