MODEL-MODEL KONSELING
Pandangan tentang manusia
Pendekatan behavioral
berpandangan bahwa setipa tingkah laku dapat dipelajari melalui kematangan dan
belajar. Tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia
dipandang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur
serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkahlaku baru atau dapat
mempengaruhi perilaku orang lain.
Konsep dasar
Pendekatan behavioral
didasarkan pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang
sistematik dan terstruktur dalam konseling. Konseling behavior juga dikenal
sebagai modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan untuk
mengubah tingkah laku. Terapi ini berfokus pada perilaku yang tampak dan
spesifik. Dalam konseling, konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi
perilaku yang maladaptif, memperkuat serta mampertahankan perilaku yang
diinginkan dan membentuk pola tingkah laku dengan memberikan imbalan atau
reinforcement muncul setelah tingkah laku dilakukan. Ciri unik dari terapi ini
adalah lebih berkonsentrasi pada proses tingkah laku yang teramati dan
spesifik, fokus pada tingkah laku kini dan sekarang.
Tujuan konseling
- Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.
- Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.
- Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum
dipelajari.
- Membantu konseli membuang respons-respons yang lama
yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang
baru yang lebih sehat dan sesuai.
- Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi
perilaku maladaptif dan memperkuat perilaku yang diinginkan.
- Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya
pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konselin dan konselor.
Peran dan fungsi konselor
Konselor berperan aktif,
direktif, dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari
persoalan individu.
Tahap-tahap konseling
Tingkah laku yang
bermasalahdalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan
(excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Konseling tingkah laku
memiliki 4 tahanp yaitu :
1. Melakukan
asesmen (assesment)
Bertujuan untuk menentukan
apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini, berhubungan dengan aktivitas nyata,
perasaan, dan pokiran konseli. Kanfer dan Saslow terdapat 7 informasi yang
dapat digali:
- Analisis tingkah laku bermasalah yang dialami saat ini
(tingkah laku khusus).
- Analisis situasi didalam masalah konseli terjadi
(analisis tingkah laku sebelumnya yang menghubungkan dengan masalah saat
ini).
- Analisis motivasional.
- Analisis self control.
- Analisis hubungan sosial.
- Analisis lingkungan fisik-sosial budaya.
Dalam kegiatan asesment ini
konselor melakukan analisis ABC
A = antecendent (pencetus perilaku).
B = behavior (perilaku yang dipermasalahkan, seperti: tipe tingkah
laku,
frekuensi tingkah laku, durasi tingkah laku,
intensitas tingkah laku).
C = consequence (akibat perilaku tersebut).
2.
Goal setting (menetapkan)
Konselor dan konseli
menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan
informasi yang telah disusun dan dianalisis. Burks dan Engelkes mengemukakan
goal setting atas 3 langkah yaitu:
- Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas tujuan
yang diinginkan.
- Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan
hambatan situasional tujuan belajar dapat diterima dan diukur.
- Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun
tujuan menjadi susunan yang berurutan.
3.
Implementasi
teknik(technique implementation)
Setelah tujuan konseling
dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi yang tepat untuk mencapai
perubahan yang diinginkan. Dalam implementasi teknik konselor membandingkan
perubahan tingkah laku antara data dengan data intervensi.
4.
Evaluasi dan pengakhiran
(evaluation-termination)
Evalusi dibuat atas dasar
apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang
digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi
meliputi :
- Menguji apa yang konseli lakukan terakhir.
- Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling bertambah.
- Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam
konseling ke tingkah laku konseli.
- Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus
tingkah laku konseli.
Teknik-teknik konseling behavior
1. Penguatan
positif (positive reinforcement)
Penguatan positif adalah
memberikan penguatan yang menyenangkan (berupa hadiah, pujian dll) setelah
tingkah laku yang diinginkan ditampilkan, tujuannya agar tingkah laku yang
diinginkan akan diulang, meningkat dan menetap.
Prinsip penerapan penguatan positif :
- Penguatan positif bergantung pada penampilan tingkah
laku yang diinginkan.
- Penguatan diberikan setelah tingkah laku terbentuk.
- Tahap awal, penguatan dilakukan setelah tingkah laku
dilakukan. Berangsur hingga tingkah laku terbentuk matang tanpa penguatan
kembali.
- Tahap awal, penguatan sosial diikuti dengan penguatan
berbentuk benda.
Langkah pemberian penguatan :
- Mengumpulkan informasi dengan analisis ABC (antecedent,
behavior and consequen).
- Memilih tingkah laku target yang ingin ditingkatkan.
- Menetapkan data awal (baseline) perilaku awal.
- Menentukan reinforcement yang bermakna.
- Menetapkan jadwal pemberian reinforcement.
- Penerapan reinforcement positif.
Hubungan penguatan (reinforcement) dan tingkah laku :
- Reinforcement
diikuti oleh tingkah laku.
- Tingkah
laku yang diharapkan harus diberi reinforcement segera setelah
ditampilkan.
- Reinforcement
harus sesuai dan bermakna bagi individu maupun kelompok.
- Pujian
atau hadiah yang kecil tapi banyak lebih efektif dari pada besar tetapi
sedikit.
1. Kartu
berharga (token economy)
Startegi menghindari
pemberian reinforcement secara langsung. Tujuanya untuk mengembangkan perilaku
adaptif melalui pemberian reinforcement dengan token. Ketika tingkah laku yang
diinginkan telah menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (corey,
1986,p.185).
Langkah-langkah penerapan token economy :
- Membuat analisis ABC
- Menetapkan target perilaku yang akan dicapai bersama
konseli.
- Penetapan besaran harga atau point token yang sesuai
dengan perilaku target.
- Penetapan saat kapan token diberi kepada konseli.
- Memilih reinforcement yang sesuai bersama konseli.
- Memilih tipe token yang akan digunakan.
- Mengidentifikasi pihak yang terlibat dalam program
sekolah.
- Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token.
- Membuat pedoman pelaksanaan token economy.
- Pedoman diberikan kepada konseli dan staf.
- Melakukan monitoring.
1. Pembentukan
(shaping).
Pembentukan tingkah laku
baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara
sisematik dan langsung setiap kali tingkah laku ditampilkan. Langkah-langkah
penerapan shaping :
- Membuat analisis ABC
- Menetapkan target perilaku yang spesifik yang akan
dicapai konseli.
- Tentukan bersama jenis reinforcement positif yang akan
digunakan.
- Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian
perilaku dari awal-akhir.
- Perencanaan dapat dimodifikasi selama shaping
berlangsung.
- Penetapan waktu reinforcement pada setiap tahap
program.
Penerapan perencanaan shaping:
-
Konseli harus diberitahu
sebelun rencana dilaksanakan.
-
Beri penguatan segera pasa
awal perilaku.
-
Jangan lanjut tahap
selanjutnya sebelum berhasil.
-
Jika belum yakin pada
perilaku konseli, dapat digunakan aturan; perpindahan tahap bila sudah benar 6
dari 10 percobaan.
-
Jangan terlalu sering
memberi penguatan pada satu tahap, dan tidak memberikan penguatan untuk
selanjutnya.
-
Kalau konseli berhenti
bekerja, maka konselor dapat berpindah cepat ketahap berikutnya.
-
Cek efektivitas penguatan.
2.
Pembuatan kontrak.
Teknik mengatur kondisi
sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak
konseli dengan konselor.
Prinsip dasar kontrak:
- Kontrak disertai dengan penguatan.
- Reinforcement diberikan dengan segera.
- Kontrak harus dinegosiasikan secara terbuka dan bebas
serta disepakati antara konseli dengan konselor.
- Kontrak harus fair.
- Kontrak harus jelas (target tingkah laku, frekuensi,
lamanya kontrak).
- Kontrak dilaksanakan sesuai dengan program sekolah.
Langkah pembuatan konstrak :
- Analisis ABC dengan pilihan tingkah laku yang akan
diubah.
- Tentukan data awal (baseline data)/ tingkah laku yang
akan diubah.
- Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.
- Reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan
ditampilkan sesuai jadwal.
- Berikan penguatan setiap saat tingkah laku yang
ditampilkan menetap.
3.
Modeling (penokohan).
Modeling adalah teknik
mengubah perilaku lama dengan cara meniru tigkah laku model yang tidak diterima
sosial akan memperkuat atau memperlemah tingkah laku bergantung pada tingkah
laku model itu dihukum. Kasus yang diterapi modeling adalah penderita fobia,
ketergantungan obat-obatan, alkohol, gangguan kepribadian berat psikokis,
kesulitan anak adaptasi disekolah, takut sekolah.
Prinsip-prinsip modeling :
- Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung atau
tidak langsung.
- Kecakapan sosial bisa mengamati dan mencontoh model
yang ada.
- Reaksi emosional yang terganggu bisa dihapuskan dengan
mengamati orang lain yang mendekati objek yang ditakuti tanpa mengalami
akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukan.
- Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas
model yang dikenai hukuman.
- Status kehormatan model sangat berarti.
- Individu mengamati fans nya.
- Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik
dasar modifikasi perilaku.
Macam-macam penokohan :
- Penokohan nyata (live model) ex: terapis, guru, atau
seseorang yang dikagumi, orang tua.
- Penokohan simbolik (symbolik model) ex: tokoh yang
dilihat melalui film, video atau media lainya.
- Penokohan ganda (multiple model).
Langakah-langkah :
- Menetapkan bentuk penokohan.
- Pada live model, pilih teman sebaya konseli berdasarkan
umur, status ekonomi, penampilan fisik.
- Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.
- Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai
dengan tingkat perilaku konseli.
- Kombinasi modeling dengan aturan, instruksi, behavior
rehearsal, dan penguatan.
- Saat konseli memperhatikan tokoh berikan penguatan
alamiah.
- Buat desain pelatihan konseli meniru model secara
tepat.
- Bila perilaku bersifat kompleks maka modeling dilakukan
dari yang paling mudah ke yang lebih sulit.
- Melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukan pperilaku
yang menimbulkan rasa takut bagi konseli.
4.
Penghapusan (extinction).
Teknik menghentikan
reinforcement pada tingkah laku yang sebelumnya diberi reinforcement.
Langkah-langkah :
- Menentukan tingkah laku dengan analisis ABC.
- Bila tingkah laku dilakukan sebaiknya guru atau orang
tua berpura-pura tidak mengetahu hal tersebut.
- Ectinction akan lebih kuat bila dikombinasikan dengan
teknik penguatan positif.
5.
Pembanjiran( flooding)
Pembanjiran harus
dmilakukan dengan hati-hati karena mungkin akan terjadi reaksi emosi sangat
tinggi. Tujuanya untuk menurunkan tingkat rasa takut yang ditimbulka, dengan
menggunakan stimulus yang dikondisikan (condisioning stimulus) yang dimunculkan
secara berulang-ulang sehingga terjadi penurunan tanpa memberi penguatan.
Langkah-langkah :
- Pencarian stimulus yang memicu gejala.
- Menafsirkan bagaimana gejala-gejala berkaitan dan
bagaimana gejala membentuk perilaku konseling.
- Meminta konseling membayangkan sejelas-jelasnya apa
yang dijabarkan tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang
dihadapi.
- Bergerak semakin dekat dengan ketakutan yang paling
ditakuti konseli, meminta konseli agar membayangkan apa yang paling ingin
dihindari.
- Mengulang prosedur sampai kecemasan tidak muncul lagi
dalam diri konseli.
6.
Penjenuhan (satiation).
Teknik membuat diri jenuh
terhadap suatu tingkah laku sehingga tidak lagi bersedia melakukanya.
Menurunkan atau menghindari tingkah laku yang tidak diinginkan dengan
memberikan reinforcement yang semakin banyak dan terus menerus, sehingga
individu merasa puas dan tidak akanmelakukan tingkah laku yang tidak
diinginkanya lagi.
7.
Hukuman (punishment)
Efek samping emosional
pemberian hukuman :
- Tingkah laku yang diinginkan hanya ditekankan saat ada
hukuman.
- Jika tingkah laku alternatif tidak muncul, konseli akan
menarik diri.
- Pengaruh hukuman bisa jadi digeneralisasikan pada
tingkah laku lain yang berhubungan dengan tingkah laku yang dihukum.
8.
Terapi aversi
Teknik yang bertujuan untuk
meredakan gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah
laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang
tidak diinginkan terhambat kemunculanya.
Beberapa point penting yang harus diperhatikan :
- Hukuman jangan sering digunakan meskipun konseli
menginginkanya.
- Bila menggunaka hukuman perumusan tingkah laku
alternatif harus spesifik dan jelas.
- Hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak
mengakibatkan konseli merasa ditolak sebagai pribadi.
- Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif
diasosiasikan dengan tingkah laku maladaptif spesifik.
9.
Disensitisasi sistematis
Di gunakan untuk menghapus rasa
cemas dan tingkah laku menghindar. Melatih konseli santai dan mengasosiasikan
keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau
divisualisasi.
Langkah-langkah terapi ini adalah :
- Analisis tingkah laku yang membangkitkan kecemasan.
- Menyusun tingkat kecemasan.
- Membuat daftar situasi yang memunculkan kecemasan.
- Melatih relaksasi konseli.
- Pelaksanaan desentralisasi konseli dalam santai dan
mata tertutup.
- Meminta konseli untuk membayangkan sesuatu yang
menyenangkan dalam hidupnya.
- Dilakukan terus menerus hingga muncul rasa kecemasan
dan dihentikan.
- Dilakukan relaksasi kembali hingga konseli santai.
- Terapi selesai jika konseli mampu tetap santai ketika
membayangkan situasi yang membuatnya tegang dan gelisah.
Cocok untuk kasus fobia,
takut ujian, impotensi, friditas, kecemasan neurotik, kekuatan yang
digeneralisasikan
Pandangan tentang manusia
Pendekatan psikoanalis
dikembangkan oleh Sigmund Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan
irasional, motivasi bawah sadar (unconsiousness motivation), dorongan (drive)
biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual selama 6 th pertama kehidupan
(Corey,1986, p.12). insting merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan
freud. Insting yang ada bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu dan
manusia, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas.
Manusia memiliki insting
mati (death instincts) dan insting hidup (life instincts).
Insting mati (death instincts) berhubungan dengan dorongan agresif,
menusia memanifestasikan insting mati (death instincts) melalui tingkah
laku seperti keinginan bawah sadar untuk mati atau untuk menyakiti diri sendiri
atau orang lain. Sedangkan insting hidup (life instints) untuk
mempertahankan hidup, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan
kreativitas.
Konsep dasar
Pendekatan psikoanalisis
memiliki ciri : menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan
psikoseksual), pengaruh dari implus-implus genetik (insting), pengaruh energi
hidup (libido), pengaruh pengalaman dini, dan pengaruh irasional dan sumber
ketidaksadaran perilaku. Manusia memiliki gambaran jiwa yang dianalogikan
seperti gunung es. Consciousness (kesadaran) berisikan ide-ide
atau hal-hal yang disadari, subconsciousness (pra-kesadaran)
berisi ide-ide atau hal-hal yang tidak disadari yang sewaktu-waktu dapat
dipanggil ke kesadaran, dan unconsciouseness (ketidaksadaran)
mernupakan bagian besar dari gambaran jiwa manusia yang terdiri dari perilaku
dimasa lalu yang ditekan dan dilupakan dialam bawah sadar.
Struktur kepribadian psikoanalisis
Teori psikoanalisis melihat kepribadian terbagi menjadi 3
sistem utama yaitu id, ego dam super-ego :
- Id, bersifat warisan genetik dan bawaan sejak lahir. Id
bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, karena menyediakan dorongan menuju
pengaejaran keinginan pribadi.
- Ego, dilihat dari sebagai satu-satunya unsur rasional
dalam struktur kepribadian manusia. Bekerja dengan melakukan kontak dengan
dunia realitas, karena kontak dengan realitas ego menjadi pengontrol utama
dalam kesadaran, menyediakan pemikiran dan perencanaan realistis dan
logis, dan akan sanggup meredam pikiran dan keinginan irasional dari id.
- Super-ego merepresentasikan suara hati, beroperasi
berdasarkan prinsip realisme moral. Super-ego mempresentasikan kode moral
pribadi, didasarkan pada persepsi seseorang mengenai moralitas dan nilai
masyarakat. Sehingga super-ego akan memberikan rasa bangga dan cinta-diri,
dan hukuman seperti rasa bersalah atau rendah diri bagi manusia atau individu.
Jika ego gagal dalam menyalurkan kehendak id maka akan
timbul hukuman berupa kecemasan, yang dibagi menjadi 3 yaitu :
- Kecemasan realitas, dirasakan karena adanya ancaman
yang nyata atau ancaman yang diperkirakan akan dihadapi dilingkungan.
Contoh, cemas meninggalkan kendaraan yang baru dibeli ditempat yang sunyi.
- Kecemasan moral, kecamasan yang dihasilkan dari hati
nurani. Contoh, cemas akan gagal dalam menghadapi ujian.
- Kecemasan neurotik, kecemasan yang muncul karena rasa
bimbang, tidak ada yang mengontrol tingkah lakunya, bersifat tidak sadar.
Perkembangan kepribadian psikoanalisis
1.
Fase oral (0-1 th)
Kenikmatan dan kepuasan bersumber dari
mulutnya, melalui menghisap dan menggigit. Orang terdekat adalah ibu. Masalah
yang timbul jika gagal dalam fase ini adalah ketidakpercayaan kepada orang
lain, menolak cinta dari orang lain, ketidakmampuan membentuk hubungan yang
intim.
2.
Fase anal (1-3 th)
Pusat kenikmatan terletak pada daerah anus
yaitu melalui menahan dan melepaskan terutama saat buang air besar. Tugas
perkembangan pada masa ini adalah kemandirian, menerima kekuatan personal dan
belajar mengekspresikan perasaan negatif seperti marah dan agresif.
3.
Fase phallic (3-5 th)
Pusat kepuasan pada daerah kelamin. Fase
pembentukan identitas seksual. Cara orangtua merespon secara verbal dan
non-verbal terhadap keinginan seksual anak memiliki pengaruh pada pembentukan
identitas seksual dan perasaan yang dikembangkan.
4.
Fase laten (5-12 th)
Lebih berminat ke sekolah, teman bermain,
olah raga dan berbagai aktivitas baru. Karena masa ini perkembangan terjadi
pada aspek motorik dan kognitif.
5.
Fase ganital (>12 th )
Masa puber bagi perkembangan anak. Mulai
membangun pertemanan, terlibat pada aktivitas seni dan olah raga serta
mempersiapkan karir.
Mekanisme pertahanan ego
-
Represi, yaitu upaya untuk
menyembunyikan dan memendam semua memori, perasaan dan pikiran sederhana
sedalam mungkin kedalam diri karena kemunculanya akan menimbulkan rasa sakit
dan takut.
-
Rasionalisasi, yaitu upaya
untuk mengjustifikasi atau menyediakan penjelasan paling masuk akal untuk
membuat perilaku yang tidak diinginkan jadi terlihat masuk akal dan
diterima secara sosial.
-
Regresi, yaitu upaya untuk
kembali ke bentuk perilaku sebelumnya.
-
Identifikasi, yaitu upaya
meniru seseorang atau sesuatu karena memberinya kepuasan atau kompetensi
tertentu.
-
Displacement, yaitu gerak
menjauh dari satu objek untuk mendekati objek lain yang kurang begitu mengancam
atau menghasilkan kecemasan.
-
Overcompensation, yaitu
keterampilan perilaku yang mencerminkan kabalikan dari perasaan yang
direpresikan.
Tujuan konseling
Membuat kesadaran (conscious)
hal-hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Hal-hal yang terdapat
pada ketidaksaran (unconscious) dibawa kelevel kesadaran (conscious). Ketika
hal-hal yang telah ditekan kedalam ketidaksadarandimunculkan kembali, maka
maslaah tersebut dapat diatasi secara lebih rasional dengan menggunakan berbaga
Teknik-teknik konseling psikoanalisis
1. Teknik
analisis kepribadian (case histories)
- Dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan
primitif (libido) terhadap ego dan bagaimana super-ego menahan dorongan
tersebut.
- Memastikan ego dapat mempertahankan keseimbangan
dorongan id dan super-ego.
- Kemudian dicari penyebab jika ego tidak dapat
mempertahankan keseimbangan tersebut.
- Pendekatan sejarah kasus, guna melihat fase
perkembangan yang terhambat.
2.
Hipnotis (hipnosis)
- Tujuanya untuk mengeksplorasi dan memahami faktor
ketidaksadaran penyebab utama masalah.
- Konseli diajak melakukan katarsis dengan
memverbalisasikan konflik yang telah ditekan kealam tak sadar.
- Hasil tidak bertahan lama karena setelah sadar penyebab
masalah tetap ada dan mengganggu.
3.
Asosiasi bebas (free
asspciation)
- Meminta konseli berbaring rileks.
- Kemudian diminta mengasosiasikan (mengikuti) kata-kata
yang diucapkan sendiri atau konselor, dengan menggunakan kata pertama kali
muncul dalam ingatanya tanpa memperdulikan konsekuensi.
- Id diminta berbicara, ego dan super-ego diam.
4.
Analisis resistensi
- Resistensi dapat berbentuk tingkah laku yang memiliki
komitmen pada pertemuan konseling, tidak menepati janji, menolak mengingat
mimpi, menghalangi pikiran saat asosiasi bebas dan lainya. Analisis
kondisi ini akan membantu konseli berhasil dalam terapi.
5.
Analisis tranferensi
- Konseli akan menstransfer perasaan tentang orang yang
penting dalam dirinya kepada konselor.
- Konselor mendorong tranferensi dan menginterpretasikan
perasaan positif dan negatif yang diekspresikan.
- Pelepasan berupa terapeutis, katarsis emosional.
6.
Interpretasi
- Konselor membantu konseli memahami peristiwa dari masa
lalu dan sekarang.
- Interpretasi menyangkut penjelasan dan analisis
berbagai pikiran, perasaan dan tindakan konseli.
- Konselor harus tepat mimilih waktu untuk menggunakan
interpretasi sehingga konseli siap menerima dan mendapat insight.
Teori psikoanalisis melihat
klien sebagvai individu yang lemah dan penuh ketidakpastian sehingga memerlukan
bantuan besar untuk merekonstruksi kepribadian yang normal. Konselor disini
berfungsi sebagai memfasilitasi atau mengarahkan penstrukturan ulang tersebut.
Klien akan didorong untuk berbicara bebas, mengutarakan ketidaknyamanan,
mebicarakan kesulitan dan menceritakan peristiwa yang dirasa memalukan.
Konselor akan menyediakan interpretasi setepat mungkin dan berusaha
meningkatkan pemahaman klien mengenai apa yang terjadi pada dirinya. Diharapkan
prosedur ini dapat mengungkapkan alam bawah sadar dan membantu klien mencapai
kemampuan mengatasi secara realistik keinginan klien.
Pandangan tentang manusia
Secara khusus pendekatan
REBT berasumsikan bahwa individu memiliki karakteristik sbb :
- Individu memiliki potensi yang unik untuk berfikir
rasional dan irasional.
- Pikiran irasional berasal dari proses belajar irasional
yang didapat dari orang tua dan budayanya.
- Manusia adalah makhluk verbal dan berfikir melalui
simbol dan bahasa.
- Individu memilki potensi untuk mengubah arah hidup
personal dan sosialnya.
- Perasaan dan pemikiran yang negatif dapat
diorganisasikan sehingga menjadi logis dan rasional.
Teori ABC
Teori ABC merupakan teori
tentang kepribadian individu dari sudut pandang pendekatan REBT, kemudian
ditambahkan D dan E untuk mengakomodasikan perubahan dan hasil yang diinginkan
dari perubahan tsb. Selanjutnya, ditambahkan Gyang diletakan keawal untuk
memberikan konteks pada kepribadian individu :
G
|
(goals) atau tujuan-tujuan, yaitu tujuan
fundamental
|
A
|
(activating events in a person’s life) atau
kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan individu.
|
B
|
(beliefs) atau keyakinan baik rasional
maupun irasional.
|
C
|
(consequences) atau konsekuensi baik
emosional maupun tingkah laku.
|
D
|
(disputing irrational belief) atau
melakukan desputi pikiran irasional.
|
E
|
(effective new philosophy of life)atau
mengembangkan filosofi hidup yang efektif.
|
F
|
(further action/new feeling) atau aksi yang
akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru yang dikembangkan.
|
FTGEllis menegaskan bahwa
irrasional thinking (berfikir irasional) menjadi masalah bagi individu karena :
- Menghambat individu dalam mencapai tujuan, menciptakan
emosi yang ekstrim yang mengakibatkan stres dan menghambat mobilitas dan
mengarahkan pada tingkah laku yang menyakitkan diri.
- Menyalahkan kenyataan (salah menginterpretasikan
kejadian yang terjadi atau tidak didukung oleh bukti yang kuat).
- Mengandung cara yang tidak logis dalam mengevaluasi
diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Tujuan konseling
Tujuan utama konseling
REBT adalah membantu individu menyadari bahawa mereka dapat hidup dengan
lebih irasional dan lebih produktif. Ellis dan Benard mendeskripsikan beberapa
sub tujuan yang sesuai dengan nilai dasar pendekatan REBT, yaitu :
- Memiliki minat diri
- Memiliki minat sosial
- Memiliki pengarahan diri
- Toleransi
- Fleksibel
- Memiliki penerimaan
- Dapat menerima ketidakpastian
- Dapat menerima diri sendiri
- Dapat mengambil resiko
- Memiliki harapan yang realitas
- Memiliki toleransi terhadap frustasi yang tinggi
- Memiliki tanggung jawab pribadi
Peran dan fungsi konselor
- Aktif-direktif, mengambil peran lebih banyak untuk
memberikan penjelasan terutama pada awal konseling.
- Mengkonfrontasikan pikiran irasional konseli secara
langsung.
- Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli
untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri.
- Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irrasional.
- Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan
kekuatan berpikir bukan emosi.
- Bersifat didaktif.
Sebagai seorang konselor
harus memiliki keterampilan untuk membangun hubungan konseling, yaitu sebagai
berikut :
- Empati
- Menghargai
- Ketulusan
- Kekongkritan
- Konfrontasi
Teknik-teknik konseling
§ Teknik
kognitif
§ Dipute
kognitif
Untuk mengubah keyakinan
irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentation,
socratic dialogue, vicarious experience, dan berbagai ekspresi verbal lainya.
§ Analisis
rasional
Tekhnik untuk mengajarkan
konseli bagaimana membuka dan mendebat ke yakinan irasional.
Mengajarkan konseli melihat
dirinya memiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
Membuat proporsi tentang
peristiwa-peristiwa yang menyakitkan.
- Devil’s advocate atau rational role reversal
Meminta konseli untuk
memainkan peran yang memiiki keyakinan rasional sementara konselor memainkan
peran menjadi konseli yang irasional. Konseli melawan keyakinan irasional
konselor dengan keyakinan rasional yang diverbalisasikan.
Mengevaluasi kembali
hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame berfikir
konseli.
§ Teknik
imageri
§ Dispute
imajinasi
Setelah melakukan dispute
secara verbal, konselor, meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali
pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah emosinya telah berubah.
- Kartu kontrol emosional (the emosional control
card/ECC)
Alat yang dapat membantu
konseli menguatkan dan meluaskan praktik REBT. ECC digunakan untuk memperkuat
proses belajar, secara lebih khusus perasaan marah, kritik, kecemasan, dan
depresi.
Meminta konseli
memvisualisasikan kejadian yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi.
Meminta konseli
membayangkan kejadian yang menyakitkan atau kejadian yang menakutkan,
kemudian melebih-lebihkan sampai pada taraf yang paling tinggi.
§ Teknik
behavioral
§ Dispute
tingkah laku
Memberikan kesempatan
kepada konseli untuk mengalami kejadian yang menyebabkan berfikirnya irasional
dan melawan keyakinan tersebut.
Dengan bantuan konselor,
konseli melakukan role play tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang
rasional.
Meminta konseli memainka
peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan peran
menjasi konseli yang irasional.
Dilakukan melalui perencanaan
dan penerapan keterampilan mengatasi masalah yang telah dipelajari sebelumnya.
Melakukan konfrontasi
terhadap ketakutan untuk malu dengan secara sengaja bertingkah laku yang
melakukan dan mengundang ketidaksetujuan lingkungan sekitar.
Untuk mengontrol tingkah
laku irasional menjadi rasional.
Pandangan tentang manusia
Menurut Glesser, setiap
individu memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan hadir sepanjang
rentang kehidupan dan harus dipenuhi, dan individu mengalami permasalahan
psikologis karena individu terhambat dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya
seperti cinta, kekuasaan, kesenangan dan kebebasan. Keterhambatan pemenuhan
kebutuhan psikologis pada dasarnya karena penyangkalan terhadap realitas, yaitu
kecenderungan seseorang untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan.
Konsep dasar
Terapi Realitas lebih
menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh
mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana
konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang. Pertimbangan
nilai dan tanggung jawab moral ditekankan lebih ditekankan dalam pendekatan
ini.
Dalam pendekatan realitas,
penerimaan terhadap realita dapat dicapai dengan melakukan sesuatu yang
realistis (reality), bertanggungjawab
(responsibility) dan benar (right) yang dikenal dengan konsep 3R
yaitu :
- Responsibility (tanggung jawab)
adalah kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus merugikan
orang lain.
- Reality (kenyataan)
adalah yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi
kebutuhanya.
- Right (kebenaran)
merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga
tingkah laku dapat diperbandingkan.
Ciri-ciri konseling realitas
- Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap
individu, tetapi yang ada adalah perilaku tidak bertanggungjawab tetapi
masih dalam taraf mental yang sehat.
- Berfokus pada perilaku nyata guna mencapai tujuan yang
akan datang penuh optimisme.
- Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus
pada perilaku yang sekarang yang mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis
dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi diterima
apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga.
- Tidak menegaskan transfer dalam rangka usaha mencari
kesuksesan. Konselor dalam memberikan pertolongan mencarikan
alternatif-alternatif yang dapat diwujudkan dalam perilaku nyata dari
berbagai problema yang dihadapi oleh konseli.
- Menekankan aspek kesadaran dari konseli yang harus
dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan
oleh konseli . Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan
konseli adalah sesuatu yang bernilai dan bermakna dan disadarinya.
- Menghapuskan adanya hukuman yang diberikan kepada
individu yang mengalami kegagalan. Tetapi yang ada sebagai ganti hukuman
adalah menanamkan disiplin yang disadari maknanya dan dapat diwujudkan
dalam perilaku nyata.
- Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat
berguna bagi dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku
nyata.
Tahap-tahap konseling
Tahap 1 : konselor
menunjukan keterlibatan dengan konseli (be friend).
Tahap 2 : fokus pada
perilaku sekarang.
Tahap 3 : mengeksplorasi
total behavior konseli.
Tahap 4 : konseli menilai
diri sendiri atau melakukan evaluasi.
Tahap 5 : merencanakan
tindakan yang bertanggung jawab.
Tahap 6 : membuat komitmen.
Tahap 7 : tidak menerima
permintaan maaf atau alasan konseli.
Tahap 8 : tindak lanjut.
Tujuan konseling
- Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri,
supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
- Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta
memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya
dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
- Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
- Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan
pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan
menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya
sendiri.
Terapi ditekankan pada
disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
Tekhnik-tekhnik dalam konseling realitas :
- Melakukan permainan peran dengan konseli.
- Menggunakan humor.
- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
- Tidak menerima alasan-alasan tingkah laku yang tidak
bertanggung jawab.
- Berperan sebagai model dan guru.
- Menentukan struktur dan batasan-batasan pertemuan
konseling.
- Melibatkan diri dalam perjuangan konseli mencari hidup
yang efektif.
- Mengkonfrontasikan tingkah laku konselin yang tidak
realitas.
- Memberikan pekerjaan rumah untuk dilakasakan konseli
pada waktu antara pertemuan satu dengan lainya.
- Meminta konseli membacakan artikel atau bacaan tertentu
yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.
- Membuat kesepakatan sebagai kontrak antara konselor dan
konseli.
- Memberikan tekanan tentang pentingnya tanggung
jawab konseli dalam membuat pilihan perilakunya dalam mencapai
keinginanya.
- Debat konstruktif
- Dukungan terhadap pelaksanaan rencana konseli.
- Pengungkapan diri konselor dalam proses konseling.
Peran dan fungsi konselor
Peran konselor dalam
pendekatan yaitu melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan
didaktif, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja
mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Konselor sebagai
fasilitator agar bisa melihat tingkah lakunya sendiri secara realitas.
Konsep dasar
Psikologi
eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Ada beberapa konsep
utama dari pendekatan eksistensial-humanistik yaitu:
1.
Kesadaran diri.
Manusia
memiliki kesanggupan menyadari diri sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat
kesadaran diri seseorang maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada individu
tersebut.
2.
Kebebasan, tanggung jawab,
dan kecemasan.
Kesadaran
akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi dasar
kepribadian manusia.
3.
Penciptaan makna
Manusia
itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidupnya dan
menciptakan nilai-nilai yang akan memeberikan makna bagi kehidupanya. Manuasia
memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu acara yang
bermakna, sebab manusia adlaah makhluk yang rasional.
Pada
dasarnya konseling eksistensial-humaniastik merupakan suatu pendekatan terhadap
konseling dan terapi alih-alih suatu model teoritis tetap. Konseling ini
menekankan pada kondisi inti manusia. Perkembangan kepribadian yang normal
berlandaskan keunikan masing-masing individual. Menurut pendekatan
humanistik-eksistensial, dimensi dasar dari kondisi manusia mencakup :
- Kapasitas kesadaran diri.
- Kebebasan serta tanggung jawab.
- Menciptakan identitas dirinya dan
menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang lain.
- Usaha pencarian makna, tujuan,
nilai dan sasaran.
- Kecemasan sebagai suatu kondisi
hidup.
- Kesadaran akan datangnya maut
serta ketidaksadaran.
Tujuan
- Menyajikan kondisi-kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus penghambat-penghambat
aktualisasi potensi pribadi membantu konseli menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
- Membantu konseli agar bebas dan
bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Teknik-teknik
Dalam pendekatan konseling
eksistensial-humanistik tidak terdapat teknik khusus untuk menangani konseli,
namun dalam pendekatan ini bisa menggunakan teknik-teknik dari berbagai
pendekatan yang ada sesuai dengan masalah yang dihadapi klien. Yang paling
dipedulikan oleh konselor ekstensial adalah memahami dunia subyektif klien agar
konselor dapat menolong untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan
baru. Menitik beratkan masalah pada situasi hidup klient yang sekarang bukan
menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu.
Dalil-dalil
-
« Dalil 1 : Kesadaran
diri
Manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya mampu melampaui
situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-aktivitas berfikir dan
memilih yang khas manusia.
-
« Dalil 2 : kebebasan
dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang
menentukan diri, dalma arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih diantara
alternatif-alternatif. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka ia harus
bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri.
-
« Dalil 3 : keterpusatan
dan kebutuhan akan orang lain
Setiap individu memiliki
kebutuhan untuk memelihara keunikan dan keterpusatanya, tetapi pada saat yang
sama ia memiliki kebutuhan untuk keluar dari dirinya sendiri dan untuk
berhubungan dengan ornag lain serta dengan alam. Kegagalan dalam berhubungan
dengan orang lain dan alam menyebabkan kesepian, mengalami
alienasi,keterasingan dan depersonalisasi.
-
« Dalil 4 : pencarian
makna
Salah satu karakteristik
yang khas pada manusia adalah perjuanganya untuk merasakan arti dan maksud
hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas
pribadi.
-
« Dalil 5 : kecemasan
sebagai syarat hidup
Kecemasan adalah suatu
karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak perlu merupakan sesuatu yang
patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk
pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk
memilih.
-
« Dalil 6 : kesadaran
atas kematian dan non-ada
Kesadaran akan kematian
adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna dalam hidup.
-
« Dalil 7 :perjuangan
untuk aktualisasi diri
Manusia berjuang untuk
aktualisasi diri; yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu.