Saturday 31 December 2016

Post Modernisme dan Neomodernisme



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Kata Pengantar
Sejak masa klasik, dinamika pemikiran dan gerakan islam selalu dipengaruhi oleh konfigurasi politik penguasa. Artinya ada pemikiran dan gerakan menjadi ”mazhab” penguasa dan sebaliknya, ada yang dilarang bahkan dibrangkus dengan menjaga “stabilitas”. Mengamati dinamika pemikiran dan gerakan islam di Indonesia sangat menarik karena ada sejumlah paradoks dan gesekan yang cukup tajam terutama pasca reformasi sehingga dengan bergulirnya era reformasi membutuhkan pembacaan ulang terhadap pemikiran dan gerakan islam indonesia, karena berbagai pemikiran dan gerakan islam yang pada mulanya terbungkan oleh kekuatan orde baru kembali muncul dan berusaha membangkitkan kembali romantisme masa lalu.
Pemahaman islam literal dan gejala fundamentalisme islam cenderung menafikkan plruralisme pemahaman keagamaan dan pruralisme agama.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Pengertian Post modernisme dan Neomodernisme?
b.      Apa itu Islam liberal?
c.       Apa itu Islam Kultural dan Islam Struktural?
d.      Apa itu Post Radionalisme Islam?
e.       Apa Pengertian Jihad dan Terorisme?

C.    Tujuan Makalah
a.       Untuk Mengetahui Post modernisme dan Neomodernisme
b.      Untuk Mengetahui Islam liberal
c.       Untuk Mengetahui Islam Kultural dan Islam Struktural
d.      Untuk Mengetahui Post Radionalisme Islam
e.       Untuk Mengetahui Apa Pengertian Jihad dan Terorisme




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Post Modernisme dan Neomodernisme
1.      Post modernism
Setelah modernism tampil dalam sejarah sebagai kekuatan progresif yang menjanjikan pembebasan manusia dari belenggu keterbelakangan dan irrasionalitas. Akan tetapi dalam beberapa decade terakhir ini, “proyek” modernism yang demikian hebat itu diggugat oleh sebuah gerakan yang kemudian diikenal dengan “post modernisme” dan dinilai gagal mencapai sasarannya.
Sebagai gerakan cultural-intelektual, postmodernisme sendiri sudah muncul pada tahun 1960 an, yang bermula dari bidang seni arsitektur dan kemudian merambah ke dalam bidang-bidang lain, baik itu sastra, ilmu social, gaya hidup, filsafat, bahkan juga agama. Gerakan Postmodernisme ini lahir di Eropa dan menjalar ke Amerika, serta keseluruh dunia bagai luapan air yang tak terbendung.
Post modernisme demikian cepat merambah pada semua bidang kehidupan, termasuk bidang keagamaan. Sesuai watak epistemologis postmodernisme yang ingin merangkul berbagai macam narasi yang ada, maka agama dalam perspektik postmodernisme dicoba diangkat, baik sebagai bagian dari kecenderungan sejarah kontemporer, maupun sebagai bagian dari legitimasi epistemologis dalam mencari kebenaran setelah sekian lama menjadi kebenaran yang terlupakan dalam paradigm pemikiran modern sebagai kecenderungan sejarah, postmodernisme telah melupakan dimensi yang teramat penting dalam kehidupan manusia, yakni dimensi spiritual. Oleh karena itu untuk keluar dari lingkaran krisis tersebut, manusia mencoba kembali kepada hikmah spiritual yang terdapat dalam semua agama yang otentik.

2.      Neomodernisme
Istilah “modern” berasal dari bahasa latin “modo”, yang berarti yang kini “just now”. Meskipun istilah ini sudah muncul pada akhir abad ke-5, yang digunakan untuk membedakan keadaan orang Kristen dan orang Romawi dari masa pagan yang telah lewat. Namun istilah ini kemudian lebih digunakan untuk menunjuk periode sejarah setelah abad pertengahan, yakni dari tahun 1450 sampai sekarang ini.
Dari istilah – istilah “modern”, sebagaimana yang telah disebutkan diatas itulah, lahir istilah-istilah lain, seperti : “modernisme”, modernitas dan modernisasi. Meskipun istilah itu mempunyai arti yang berbeda-beda , karena berasal dari akar kata yang sama, maka pengertian yang dikandungnya tidak bisa lepas dari kakar kata yang dimaksud yaitu “modern”.
Istilah “modernism” misalnya, oleh Ahmed, dengan merujuk pada Oxford English Dictionary, didefinisikan sebagai “pandangan atau metode modern, khususnya kecenderungan untuk menyesuaikan tradisi, dalam masalah agama,agar harmonis dengan pemikiran modern. Modernism diartikan sebagai fase terkini sejarah dunia yang ditandai dengan percaya pada sains, perencanaan, sekularisme, dan kemajuan. Keinginan untuk simetri dan tertib, keinginan akan keseimbangan dan otoritas, juga menjadi karakternya. Periode ini ditandai oleh keyakinannya terhadap masa depan, sebuah keyakinan bahwa utopia bisa dicapai, bahwa ada sebuah tata dunia yang mungkin. Mesin, proyek industry besar, besi, baja dan listrik, semuanya dianggap dapat digunakan manusia untuk mencapai tujuan ini. Gerakan menuju industrialisasi, dan kepercayaan pada yang fisik, membentuk ideology yang menekankan materialism sebagai pola hidup. Sementara modernitas dipahami sebagai efek dari modernisasi.
Di Indonesia, modernisasi direspon positif oleh Norcholis Majid, menurut dia modernisasi indetik atau hampir identik dengan rasionalisasi. Modernisasi melibatkan proses pemeriksaan secara seksama pemikiran serta pola aksi lama yang tidak rasional, dan menggantikannya dengann pemikiran dan pola aksi baru yang rasional.

B.     Islam liberal
Pengertia mengena islam liberal sebagai arus baru gerakan islam diindonesia mengacu pada penelitian yang dirumusa oleh nurkhalik ridwan mengenai islam libera rogresif. Menurut ridwa, islam lbera bisa dirumukan dengan dua hal.
1.      Klompok pembaru muslim yang memsahkan masalah publiks sebagai hal yang perlu dimusawarahkan denga komutas bangsa sementara masalah praktik ritual diserahkan pada masing-masing pihak.
2.      Islam liberal progresif yang berporos pada pandangan bahwa syari’ah masih perlu ditafsir ulang, yang perlu dibedakan islam sebagai din yang univesal dalam cita-cita etik dan moralnya.
3.      Konteks politik, yaitu naiknya neorevivalisme, dan fundamentalisme dalam kontestansi pemikiran dan politik yang berhasil melepaskan diri dari jerat marginalisme dan melibatkan diri kedalam pusaran pergulatan politik demokrasi.
4.      Konteks kultural yaitu derasnya arus pemikiran lewat berbagai media.
Islam secara lughawi bermakna pasrah, tunduk, kepada Tuhan (Allah) dan terikat dengan hukum-hukum yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Islam tidak bebas. Tetapi disamping Islam tunduk kepada Allah AWT, Islam sebenarnya membebaskan manusia atau makhluk lainnya. Bisa disimpulkan Islam itu “bebas” dan “tidak bebas”.
Kemunculan istilah Islam liberal ini, menurut Luthfi, mulai dipopulerkan tahun 1950 an. Tapi mulai berkembang pesat terutama di Indonesia tahun 1980 an yaitu oleh tokoh utama dan sumber rujukan “utama” komunitas atau jaringan Islam liberal, Nur Cholis Majid. Meski Nur Cholis sendiri menyatakan tidak pernah menggunakan istilah Islam liberal untuk menegmbangkan gagasan pemikiran Islamnya.
Karena itu Islam liberal sebenarnya tidak beda dengan gagasan-gagasan Islam yang dikembangkan oleh Nur Cholis Majid an kelompoknya yaitu kelompok islam yang tidak setuju dengan pemberlakuan syariat Islam (secara formal oleh negara). Kelompok yang getol perjuangan sekularisasi, emansipasi wanita, menyamarkan agama Islam dengan agama lain (pluralism theologis), memperjuangkan demokrasi Barat dan sejenisnya.
Selanjuttnya Luthfi menjelaskan tentang agenda-agenda Islam liberal “ saya melihat paling tidak ada empat agenda utama yang menjadi paying bagi persoalan-persoalan yang dibahas oleh para pembaharu dan intelektual islam selama ini. Yakni agenda politik, agenda toleransi agama, agenda emansipasi wanita dan agenda kebebasan berekspresi. Kaum muslimin dituntut melihat keemat agenda ini dari perspektif mereka sendiri, dan bukan dari perspektif masa silam yang lebih banyak memunculkan kontradiksi ketimbang penyelesaian yang lebih baik.
Islam liberal juga “mendewakan modernitas” jika terjadi konflik antara ajaran Islam dan pencapaian modernitas, maka yang harus dilakukan menurut mereka bukanlah menolak modernitas, tetapi menafsirkan kembali ajaran tersebut. Disinilah inti dari sikap dan doktrin “ Islam Liberal” kata Luthfi.

C.    Islam Kultural dan Islam Struktural
1.      Islam Kultural
Kata kultural yang berada dibelakang kata islam berasal dari bahasa ingris, culture yang berarti kesopanan, kebudayaan dan pemeliharaan. Teori lain mengtakan bahwa kata culture ini berasal dari bahasa latin cultura yang artinya memelihara atau megerjakan, mengolah.
Dari beberapa teori definisi kebudayaan tersebut diatas, dapat diketahui bahwa kebudayaan adalah sega bentuk hasil kreativitas manusia dengan menggunakan segala daya dan kemampuan yang dimilikinya dalam rangka mewujudkan kehidupannya yang sejahtera.
Dengan diketahui bersama, bahwa dalam agama islam antara agama dan kebudayaan sungguhpun sumbernya berbeda, tapi saling mempengaruhi. Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi dengan perantara malaikat jibril untuk menjadi pedoman bagi manusia dalam mencapai kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan ukhuwawi. Sedangkan kebudayaan ialah semua produk aktivitas intelektual manusia untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup duniawi.
Munculnya Islam cultural agak mudah dimengerti apabila kita memperhatikan ruang lingkup ajaran Islam yang tidak hanya mencakup masalah keagamaan seperti teologi, ibadah dan akhlak, melainkan jugga mencakup masalah keduniaan seperti masalah perekonomian, pertahanan keamanan dan lain-lain. Jika pada aspek keagamaan peran Allah dan Rasul lah yang dominan. Pada aspek keduniaan peran manusialah yang paling dominan.
Dalam pengalamannya di lapangan, Islam cultural mengalami pengembangan pengertian dari apa yang dikemukakan di atas. Islam cultural selanjutnya muncul dalam bentuk sikap yang lebih menunjukkan inklusissivitas.  Yaitu sikap yang tidak mempermasalahkan bentuk atau symbol dari suatu pengamalan agama, tetapi yang lebih penting tujuan dan missi dari pengamalan teersebut. Dalam hubungannya ini kita menjumpai ajaran tentang dzikir ini terkadang mewujud dalam menyebut nama Allah sekian ratus kali dengan menggunakan alat semacam tasbih, ada yang menggunakan batu, ada yang dengan memasang tulisan kaligarafi pada dinding rumah dan sebagainya.
2.      Islam Struktural
Struktur adalah sebuah gambaran yang mendasar dan kadang tidak berwujud, yang mencakup pengenalan, observasi, sifat dasar, dan stabilitas dari pola-pola dan hubungan antar banyak satuan terkecil di dalamnya. Dari istilah – istilah “struktural”, sebagaimana yang telah disebutkan diatas itulah, lahir istilah lain, seperti :  strukturalisme.
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap strukturalisme merupakan suatu gerakan pemikiran filsafat yang mempunyai pokok pikiran bahwa semua masyarakat dan kebudayaan mempunyai suatu struktur yang sama dan tetap.
Ciri khas strukturalisme ialah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual obyek melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat instrinsiknya yang tidak terikat oleh waktu dan penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui pendidikan. Strukturalisme menyingkapkan dan melukiskan struktur inti dari suatu obyek (hirarkinya, kaitan timbal balik antara unsur-unsur pada setiap tingkat) (Bagus, 1996: 1040)
Gagasan-gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi interdisipliner tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-ilmu alam. Akan tetapi introduksi metode struktural dalam bermacam bidang pengetahuan menimbulkan upaya yang sia-sia untuk mengangkat strukturalisme pada status sistem filosofis. (Bagus, 1996: 1040).
D.    Post Tradisionalisme Islam
Sebenarnya sulit untuk merumuskan definisi yang bisa menjelaskan seluruh kompleksitas post tradisionalisme. Marzuki Wahid mendefinisikan post tradisionalisme adalah suatu gerakan melompat tradisi yang tidak lain adalah upaya pembaharuan tradisi yang tidak lain adalah upaya pembaharuan tradisi secara terus-menerus dalam rangka berdialog dengan modernitas sehingga menghasilkan tradisi baru (new tradition) yang sama sekali berbeda dengan tradisi sebelumnya.
Sebagai gerakan yang berhasrat untuk melahirkan tradisi baru post tradisionalisme merupakan gerakan yang lahir dengan poroses yang panjang dan berakar pada pemikir-pemikir pencerahan tempo dulu. Dari geneologi intelektual inilah, post tradisionalisme islam melewati fase-fase awal pembentukan hingga perumusan metodologi dan praksis sosisl politik. Fase pertama merupakan fase pembentukan dan pengkayaan ide baik dalam pemikiran maupun aksi politik. Pada fase ini muncul beberapa perdebatan gagasan seperti nasionalisme, pribumisasi, sekularisas, feminisme dan hak asasi manusia (al-huquq al-insaniyah al-asasiyah), dan sebagainya.
Sedangkan perumusan metodologi post tradisionalisme Islam menghasilkan paradigm baru pemikiran Islam yang dirumuskan sebagai kritik nalar (naqd al-aql) maupun telaah kontemporer (qira’ah muashirah) terhadap tradisi.Muhammad Abid Al-Jabiri, Muhammad Arkoun, dan Nashir Hamid Abu Zaid merupakan sederet nama yang berusaha melakukan rekontruksi metodologis bagi post tradisionalisme.
Sebagai gerakan, post tradisionalisme Islam di Indonesia kemudian menjadi kontruksi intelektualisme yang berpijak dari dinamika budaya likal Indonesia dan bukan tekanan dari luar yang berinteraksi secara terbuka dengan berbagai jenis kelompok masyarakat seperti buruh, petani, LSM, dan gerakan feminism yang kemudian membawa gerakan ini tidak hanya bersinggungan dengan tradisi Islam, tetapi juga pemikiran-pemikiran kontemporer baik dari tradisi liberal, radikal, sosialis Marxia, Post Strukturalis, dan Post Modernis juga gerakan feminism dan civil society (Ahmad Baso 2001).
Post tradisionalisme Islam berpandangan bahwa sesungguhnya tidak mungkin melakukan rekontruksi pemikiran dan kebudayaan dari ruang sejarah yang kosong, artinya betapapun kita teramat bersemangat untuk melampaui Zaman yang sering disebut sebagai kemunduran umat Islam, kita mesti mengaku bahwa khazanah pemikiran dan kebudayaan yang kita miliki adalah kekayaan yang sangat berharga untuk dikembangkan sebagai entry point merumuskan tradisi baru.
Perlu diketahui, pengertian post tradisionalisme Islam tentang tradisi berbeda dengan pemahaman kaum Neomodernisme Islam yang membaca tradisi melalui optic Al-qur’an dan Hadits yang diadakan transenden, turun dari langit, lengkap dan mencakup segala hal. Singkatnya bukan sebagai bagian dari dinamika sejarah yang berubah-ubah. Dalam pengertian inilah kita diperkenalkan dengan kenyataan tradisi Islam yang historis yang sifatnya membumi.
Berkaitan dengan upaya merekontruksi tradisi sebagai mana ditunjukkan Zuhairi Miswari (2001) post tradisionalisme Islam terbagi kedalam tiga sayap (aliran). Pertama, sayap eklektis (al-qiraah al-intiqaiyah). Sayap ini menghendaki adanya kolaborasi antara orisinalitas (al-ashalah) dan modernitas (al-mu’asharah) dalam rangka membangun “teori analisis tradisi” juga menyingkap rasionalitas dan irrasionalitas dalam tradisi.
Kedua, sayap revolusioner (al-qira’ah at-tatswiriyah), sayap ini berkehendak untuk mengajukan proyek pemikiran baru yang mencerminkan revolusi dan liberalisasi pemikiran keagamaan. Sayap kedua ini sebagaimana diwakili Hasan Hanafi mengusulkan tiga cara dalam tradisi dan pembaharuan yaitu menganalisi pembentukan dan latar belakang tradisi dan mencermati bagaimana tradisi tersebut berlawanan dengan kemaslahatan umum.
Adapun sayap ketiga adalah sayap dekontruktif (al-qiraah al-tafkiyah). Sayap ini berusaha membongkar tradisi secara komperehensif sehingga menyentuh ranah metodologis. Sayap ini mengkaji tradisi berdasarkan epistemology modern seperti post struktualisme dan post modernism.

E.     Jihad dan Terorisme
Jihad adalah prinsip utama dalam akidah Islam, istilah itu sendiri secara harfiah berarti berusaha keras, tekun bekerja, berjuang, mempertahankan. Dalam banyak hal, jihad berarti etika kerja yang kuat secara spiritual dan material di dalam Islam. Kesalehan, pengetahuan, kesehatan, keindahan, kebenaran, dan keadilan tidaklah dimungkinkan tanpa jihad, yaitu tanpa kerja keras berkesinambungan dan tekun. Oleh karena itu, membersihkan diri dari kesombongan dan kerendahan, menuntut ilmu, menyembuhkan orang yang sakit, memberi makan kaum papa, menegakkan kebenaran dan keadilan, bahkan dengan resiko pribadi yang besar, semuanya adalah bentuk Jihad.
Al-qur’an menunjukkan istiah jihad untuk merujuk pada tindakan keras untuk mewujudkan tujuan Tuhan di muka bumi ini, yang mencakup semua aktivitas diatas. Nabi Muhammad berulang-ulang mengajarkan bahwa bentuk jihad terbesar adalah memerangi hasrat rendah manusia atau menyampaikan kebenaran di hadapan kekuasaan yang menindas dan menderita sebagai konsekuensi berbicara seperti itu. Dengan logika yang sama, berusaha sekuat tenaga dan bekerja keras dalam perang, asalkan perang tersebut adil dan baik, juga termasuk jihad.
Namun, tak bisa ditolak juga bahwa khususnya di era modern, pernyataan-pernyataan dan perilaku muslim telah menjadi konsep kian membeingungkan dan bahkan kacau balau. Jihad, khususnya seperti terpotret di media barat dan sebagaimana dimanfaatkan oleh para teroris, acap kali dikait-kaitkan dengan ide perang suci terhadap kaum kafir yang disebar luaskan atas nama Tuhan, dan sering kali disamakan dengan citra paling vulgar mengenai intoleransi agama. Yang terburuk, isu terorisme telah merusak reputasi agama terbesar kedua di dunia ini.





BAB III
KESIMPULAN

A.    Kesimpulan
Dari  pembahasan  diatas dapat disimpulkan bahwa dengan berjalannya waktu dan perkembangnya zaman, islam pun mengalami perkembangan dengan munculnya gerakan – gerakan seperti Post Modernisme dan Neo Modernisme Islam, Islam Liberal, Islam Kultural, Post Tradionalisme Islam, menunjukkan adanya perkembangan  keberagaman dalam pemikiran para cendekiawan muslim baik yang tradisonal maupun modern/ kontemporer. Inilah dinamika dalam Islam yang harus disikapi dengan inklusif dan bijaksana.
Wajib taat kepada pemerintah dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah Ta’ala. Tidak boleh memberontak atau membangkang meskipun mereka tidak berhukum dengan hukum Allah, sebab kafirnya seseorang karena tidak berhukum dengan hukum Allah perlu adanya syarat-syarat yang terpenuhi (syuruth at-takfir) dan terangkatnya penghalang (intifaul mawani’). Selama syarat-syarat itu belum terpenuhi dan penghalang-penghalangnya belum terangkat maka hukum asalnya ia adalah muslim. Jika ia seorang penguasa, berlaku baginya hak-hak seorang penguasa muslim.
Dan perlu juga dicatat, bahwa para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak ada satupun yang mempersoalkan dasar negara pemimpin tersebut, apakah dasarnya Islam atau sekuler. Tetapi yang menjadi ukuran apakah pemimpinnya muslim atau kafir, baik muslim yang adil dan bertakwa atau yang zalim dan fasik, tetap wajib menaatinya dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah.

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat. Kekurangan pastilah ada karena manusia tempatnya salah, dan segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan, guna memperbaikan pembuatan makalah dikemudian hari untuk menjadi yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami pada khusunya dan bagi khalayak pada umumnya. Amien...Amin...Amin Ya Robbal ‘alamin...



DAFTAR PUSTAKA


Jamil, M. Muhsin, MA. Membongkar Mitos Menegakkan Nalar Pergulatan Islam Liberal Versus Islam Literal. Semarang : Pustaka Belajar. 2005
Abdullah, M. Yatmin MA. Studi Islam Kontemporer. Jakarta : Sinar Grafika Offset. 2006
Nata, Abuddin, MA. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2001

MAKALAH TEORI ROMANA

MAKALAH TEORI ROMANA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawatan maternitas sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam berbagai tindakan keperawatan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, post partum dan perawatan bayi baru lahir. Sebagai perannya sebagai perawat profesional, perawat maternitas perlu mengembangkan ilmu dan kiat keperawatan yang salah satunya adalah harus dapat mengintegrasikan model konseptual khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas.
Salah satu model konseptual keperawatan yang mendasari keperawatan meternitas adalah Maternal Role Attainment-Becoming a Mother yang dikembangkan oleh Ramona T. Mercer. Fokus utama dari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi dan lingkungannya, Digunakan untuk mengidentifikasi tujuan bayi, memberikan bantuan terhadap bayi dengan pendidikan dan dukungan, memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu untuk melakukan perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan bayi dan lingkungannya.
Konsep teori Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir terutama pada kondisi psikososial dan emosional bayi baru lahir masih sering terabaikan. Model konseptual Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu. Respon perkembangan bayi baru lahir yang berinteraksi dengan perkembangan identitas peran ibu dapat diamati dari pola perilaku bayi.
Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk menyusun dan mengaplikasikan format pengkajian bayi baru lahir dengan pendekatan model konseptual Mercer.




B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Konsep teori Ramona Mercer ini dapat diaplikasikan dalam perawatan bayi baru lahir terutama pada kondisi psikososial dan emosional bayi baru lahir?
2.      Apakah Model konseptual Ramona Mercer memandang bahwa sifat bayi berdampak pada identitas peran ibu ?
3.      Bagaimana Konsep - konsep utama Ramona Mercer dalam mengembangkan model konseptualnya.

C.    Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui tentang Teori Ramona Marcer.
2.      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Kebidanan.
3.      Untuk mengetahui bagaimana Konsep - konsep utama Ramona Mercer dalam mengembangkan model konseptualnya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Ramona Marcer
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
1.      Efek Stress Anterpartum
Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tujuan asuhan yang di berikan adalah  memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:
1)      Hubungan Interpersonal
2)      Peran keluarga
3)      Stress anterpartum
4)      Dukungan social
5)      Rasa percaya diri
6)      Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagaimana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.

2.      Pencapaian Peran Ibu
Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum.
 yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah:
a.       Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.
b.      Ibu memerlukan sosialisasi
c.       Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
d.      Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan - kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.

·         Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Mercer:
a.       Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, dimana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajri segala sesuatu yang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b.      Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan kondisi system social.
c.       Informal
Dimana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya
d.      Personal
Merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.

·         Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut:
a.       Faktor ibu
1.      Umur ibu pada saat melahirkan
2.      Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3.      Stress social
4.      Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5.      Dukungan social
6.      Konsep diri
7.      Sifat pribadi
8.      Sikap terhadap membesarkan anak
9.      Status kesehatan ibu.
b.      Faktor bayi
1.      Temperament
2.      Kesehatan bayi
c.       Faktor-faktor lainnya
1.      Latar belakang etnik
2.      Status pekawinan
3.      Status ekonomi
·         Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung:
a.       Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b.      Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri
c.       Physical support
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana
d.      Appraisal support
Ini memungkinkan individu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkan oleh Mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.

B.     Konsep Utama dan Definisi
Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan model konseptualnya. Konsep-konsep tersebut adalah :
a)      Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) adalah suatu proses pengembangan dan interaksional dimana setiap saat ketika ibu menyentuh bayinya akan menciptakan kemampuan mengasuh dan merawat termasuk membentuk peran dan menunjukkan kepuasan dan kesenangan menikmati perannya tersebut. Maternal identity menunjukkan internalisasi diri dari ibu.
b)      Persepsi terhadap kelahiran bayi adalah persepsi setiap wanita dalam menunjukkan persepsi pengalamannya selama melahirkan bayinya.
c)      Self esteem digambarkan sebagai persepsi individu dalam menggambarkan dirinya sendiri. Konsep diri adalah seluruh persepsi individu terhadap kepuasan diri, penerimaan diri, harga diri dan kesesuaian antara diri dan ideal dirinya.
d)     Fleksibilitas dikemukaan untuk menunjukkan bahwa peran ibu tidaklah kaku. Fleksibilitas perilaku pengasuhan anak meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan. Ibu yang lebih tua berpotensi untuk mengalami kekakuan pada bayinya dan untuk menyesuaikan pada setiap situasi.
e)      Childrearing attitude adalah perilaku ibu atau kepercayaan mengenai pengasuhan anak.
f)       Status kesehatan didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap prioritas kesehatannya, pandangan terhadap kesehatan, kesehatan saat ini, resistensi atau kemungkinan untuk sakit, hal yang dikhawatirkan dalam kesehatan, orientasi sakit dan memutuskan peran sakit. Kecemasan digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi yang penuh stress seperti adanya bahaya atau ancaman. Depresi ditunjukkan dengan adanya beberapa gejala tekanan yang ditunjukkan dari perilaku ibu.
g)   Role strain-role conflict (konflik peran) didefinisikan sebagai konflik dan kesulitan yang dirasakan oleh wanita dalam penyesuaiannya terhadap tugas peran ibu.
gratification-satisfaction digambarkan sebagai kepuasan, kenikmatan, umpan balik dan kebanggaan yang diekspresikan oleh wanita dalam berinteraksi dengan bayinya dan dalam memenuhi tugas rutinnya sebagai seorang ibu.
h)      Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang digambarkan sebagai proses dalam mempertahankan komitmen sikap dan emosi yang telah terbentuk.
i)        Infant temperament dikaitkan dengan apakah bayi sulit mengirimkan untuk membaca isyarat, arahan pada perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan dari ibu.
j)        Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang disebabkan oleh permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi proses kasih sayang (attachment). Karaktersitik bayi (infant characterize) meliputi temperamen bayi, penampilan dan status kesehatan.
k)      Isyarat-isayarat bayi (infant cues) adalah perilaku bayi yang menunjukkan respon terhadap ibunya.
l)        Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang terdiri atas subsistem-individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibu-ayah, ibu-janin/bayi, ayah-janin/bayi) yang bersama dalam satu sistem. Fungsi keluarga (family functioning) adalah pandangan individu terhadap aktivitas dan hubungan antara kelurga dan sub sistem serta unit sosial yang tinggal dalam rumah
m)    Ayah atau pasangan intim (father or intimate partnert) berkontribusi pada proses pencapaian peran ibu yang pada pelaksanaannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Interaksi ayah membantu mengurangi tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran ibu. Stress terbentuk dari persepsi positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.
n)      Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang diterima, puas dengan bantuan tersebut dan orang-orang disekitarnya selalu siap untuk membantu. Terdapat empat area dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional, informasi, fisik dan penilaian.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori Ramona Mercer lebih menekan pada stress ante partum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran ibu, dimana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap. Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal). Peran bidan yang di harapkan oleh Mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.

B.     Saran
Konsep kebidanan adalah ilmu penting bagi seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya. Bidan seharusnya mengerti dan memahami konsep- konsep awal perkembangannya kebidanan serta peran fungsi bidan.
Adapun saran yang penulis berikan adalah :
1.      Diharapkan para pembaca makalah ini dapat memberikan saran dan praktik dalam pembuatan makalah ini.
2.      Hendaknya pembaca dapat mengambil hikmah dari isi makalah ini sebagai salah satu acuan alternatif  dalam pembuatan makalah. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu kritik dan saran para pembaca, akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini  bermanfaat, khususnya  bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA

·         http://merry-creations.blogspot.co.id/2012/02/teori-ramona-t-mercer.html
·         http://putriak.blogspot.co.id/2014/05/makalah-konsep-kebidanan-teori-ramona-t.html
·         Asrinah, shinta, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta;  Graha Ilmu



Thursday 29 December 2016

LP BIMBINGAN KONSELING

LAPORAN BIMBINGAN KONSELING


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan pengertian konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan dan konseling merupakan layanan dalam sekolah yang bertujuan untuk membentuk dan memantapkan pribadi-pribadi yang baik pada siswa, juga membantu proses perkembangan siswa dengan segala macam hambatannya. Dalam suatu sekolah dengan sekolah yang lainnya mempunyai cara yang berbeda dalam memberikan pelayanan ini, entah itu dalam hal fasilitas, teknik maupun yang lainnya. Observasi ini bertujuan untuk mencari tahu tentang bagaimana pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMPN 5 Mutiara.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem  layanan bimbingan dan konseling di SMPN 5 Mutiara?
2.      Bagaimana pelaksanaan keenam bidang bimbingan bimbingan dan konseling di SMPN 5 Mutiara?

1.3  Tujuan 
1.      Mengetahui dan memahami bagaimana sistem  layanan bimbingan dan konseling di SMPN 5 Mutiara.
2.      Mengetahui dan memahami bagaimana pelaksanaan keenam bidang bimbingan dan konseling di SMPN 5 Mutiara.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Profil Sekolah dan Profil BK di Sekolah
2.1.1        Profil SMPN 5 Mutiara
Profil Gambaran Umum
a.       Nama               : SMPN 5 Mutiara
b.      Alamat                        : Jl. Beureunuen – Kembang Tanjong Dayah Adan
c.       Kabupaten       : Pidie
d.      Provinsi           : Aceh
e.       Status              : Negeri

2.1.2        Visi dan Misi Sekolah
a.       Visi Sekolah
“ Menciptakan Siswa Cerdas Dan Bertaqwa Serta Berakhlak yang Mulia.”
b.      Misi Sekolah
§  Mempersiapkan dan Melaksanakan Pembelajaran yang Efektife, Inovasi, Integratife, Aplikatife dan Islami.
§  Mengembangkan Bakat dan Minat Siswa dalam Berfikir dan Berbuat Kreatif dan Rasional
§  Menanamkan Nilai Imtek dan Imtaq dalam Proses Pembelajaran
§  Membiasakan Perilaku Islami dalam Kehidupan Sehari-hari.

2.2  Profil BK Di SMPN 5 Mutiara
2.2.1        Guru BK        : Novi Sunasti
Di dalam ruang bimbingan dan konseling SMPN 5 Mutiara terdapat ruang konseling individu, ruang arsip dan juga ruang diskusi kelompok.

2.3  Dasar Pengembangan Dan Penyusunan Program
2.3.1        Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan pengertian konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Bimbingan dan Konseling mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaanya yaitu terletak pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, sama-sama diterapkan dalam program persekolahan dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu diselenggarakan. Sedangkan perbedaannya terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang menyelenggarakan. Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan kegiatan pengumpilan data tentang siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan. Sedangkan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara konselor dan klien. Dilihat dari segi tenaga yang menyelenggarakan, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah, dan orang-orang dewasa lainnya kepada individu yang memerlukannya. Sedangkan konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga yang telah terdidik dan terlatih. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa konseling itu merupakan bentuk khusus dari bimbingan.

2.3.2        Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling
·         Latar Belakang Psikologis
Dalam proses pendidikan disekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Hal tersebut merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subjek didik dan dapat menimbulkan berbagai masalah.Timbulnya masalah-masalah psikologis menuntut adanya upaya pemecahan melalui layanan bimbingan dan konseling.
·         Latar Belakang Sosial
Derasnya perubahan sosial dan makin kompleksnya keadaan masyarakat akan meningkatkan derajat rasa tidak aman bagiremaja dan pemuda. Kehidupan yang terlalu berorientasi pada kemajuan dalam bidang material telah menelantarkan supraempiris manusia sehingga terjadi pemiskinan ruhaniyah dalam dirinya. Kondisi ini sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi yang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman seperti perasaan cemas, stress, perasaan terasing serta sering terjadi penyimpangan moral dalam sistem nilai. Atas dasar keadaan tersebut sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan harus bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
·         Latar Belakang Pedagogis
Pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan pengajaran, akan tetapi juga diberikan layanan-layanan untuk mengembangkan kepribadian mereka, yaitu melalui adanya layanan bimbinga dan konseling.

2.3.3        Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Dalam menyelenggarakan layanan BK di sekolah hendaknya mengacu pada asas-asas bimbingan dan konseling. Asas-asas BK merupakan ketentuan-ketentuan yang harus di terapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas-asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik dapat diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan, sebaliknya apabila asas-asa itu diabaikan sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu akan berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling. Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani.

2.3.4        Fungsi Bimbingan dan Konseling
·         Fungsi Pemahaman
Denganfungsi ini memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan peningkatan perkembangan dari kehidupan konseli memahami berbagai hal yang essensial berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien. Pemahaman yang paling perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri konseli beserta permasalahannya oleh konseli sendiri dan oleh pihak-pihak lain yang membantu klien, termasuk juga pemahaman tentang lingkungan diri klien.
·         Fungsi Pencegahan
Layanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan untuk menyingkirkan berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangan individu, pencegahan tidak sekedar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis. Oleh karena itu fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas yang sangat penting.
·         Fungsi Pengentasan
Walaupun fungsi pemahaman dan pencegahan telah dilakukan, namun mungkin saja konseli masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Individu yang mengalami masalah akan merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya dan akan datang pada konselor dengan tujuan untuk dientaskannya masalah tersebut. Disinilah fungsi pengentasan itu berperan.
·         Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para konseli dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap.
2.3.5        Bidang Bimbingan
·         Bidang Kehidupan Pribadi
Yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
·         Bidang Kehidupan Sosial
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
·         Bidang Kegiatan Belajar
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah dan belajar secara mandiri.

·         Bidang Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pemantapan Karir
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
·         Bidang Kehidupan Berkeluarga
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam merencanakan kehidupan keluarga dan keragaman persoalan persiapan membentuk keluarga.
·         Bidang Kehidupan Keberagaman
Bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk memantapkan diri dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2.4  Aktivitas Guru BK di Sekolah
Bimbingan dan Konseling di SMPN 5 Mutiara belum ada struktur organisasinya. Bimbingan dan konseling disini hanya terdiri dari satu guru BK.
Asas keahlian merupakan usaha bimbingan dan konseling dilakukan secara teratur, sistematik dan dengan menggunakan prosedur, teknik serta alat yang memadai. Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling dan selanjutnya keberhasilan bimbingan dan konseling akan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Dengan penerapan asas keahlian ini akan menunjukkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional yang diselenggarakan oleh tenaga ahli khusus dididik untuk melaksanakan pekerjaan itu. Inti dari asas keahlian ini adalah bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan khusus tentang bimbingan dan konseling agar usaha pelayanan ini dapat berjalan sebagaimana mestinya dan mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Apabila seorang konselor atau guru BK berasal dari latar belakang pendidikan yang bukan jurusan bimbingan dan konseling, maka guru tersebut tentunya harus segera menyesuaikan dan berusaha untuk mendalami tentang bimbingan dan konseling agar bisa setara dengan mereka yang berlatar belakang pendidikan dari bimbingan dan konseling. Seperti narasumber yang saya wawancarai merupakan guru BK yang berasal dari lulusan prodi psikologi pendidikan. Beliau mengatakan bahwa untuk pertama kali harus mengajar bimbingan dan konseling Beliau mengalami kesulitan dan hambatan. Mungkin karena masih kurang pengetahuan dan belum terbiasa, walaupun menurut beliau psikologi dan bimbingan dan konseling mempunyai kaitan dan bahkan bimbingan dan konseling merupakan bagian dari psikologi. Secara kejiwaan, psikologi lebih mendalami daripada bimbingan dan konseling. Untuk itu beliau terus belajar dan banyak bertanya dan berdiskusi dengan sesama guru BK yang lebih ahli agar bisa mengejar pengetahuan yang belum beliau kuasai dan bisa menjadi tenaga yang benar-benar ahli.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat enam bidang layanan, yaitu bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, belajar karier, bidang berkeluarga dan bidang keberagamaan. Masing-masing bidang ini mempunyai cara tersendiri untuk memaksimalkan bidang layanan tersebut. Pelaksanan ke enam bidang layanan ini di SMPN 5 Mutiara dilakukan melalui materi saat jam bimbingan dan konseling di kelas dan memalui konsultasi atau konseling di ruang BK.
Saat masih menggunakan kurikulum KTSP, semua kelas mendapat jam pelajaran bimbingan dan konseling. Jam di pembelajaran di kelas ini dimanfaatkan guru BK untuk mengenali siswa-siswinya dan mengajak mereka untuk bisa akrab dan sering pergi ke ruang BK ketika mengalami kesulitan atau butuh konsultasi. Selain itu kegiatan inti dari pembelajaran di kelas ini adalah memberikan materi tentang layanan bimbingan dan konseling. Materi yang diberikan menggunakan panduan rencana pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru bimbingan dan konseling. Materi yang diberikan berupa beberapa topik permasalahan yang di setiap topik ini mengandung beberapa jenis bidang layanan, jenis layanan dan fungsi layanan bimbingan dan konseling. Seperti yang saya baca dari contoh RPP di kelas X selama satu semester terdapat delapan topik permasalahan, yaitu sebagai berikut:
·         Orientasi Sekolah. Pada topik permasalahan ini mengandung bidang bimbingan pribadi dan bidang bimbingan belajar. Jenis layanannya adalah layanan orientasi dan merupakan fungsi layanan pemahaman. Pada topik permasalahan ini siswa akan diberi materi tentang pengenalan sekolah seperti pengenalan tentang fasilitas sekolah, struktur organisasi sekolah, guru dan karyawan beserta tugas dan wewenangnya, serta visi dan misi sekolah. Topik orientasi sekolah ini biasanya dilaksanakan atau diberikan pada saat awal ajaran baru.
·         Hak dan Kewajiban Siswa. Tata tertib sekolah. Bidang bimbingan yang terkandung dalam topik ini adalah bidang bimbingan pribadi, sosial dan belajar. Merupakan jenis layanan informasi dan merupakan fungsi pemahaman. Disini siswa akan diberi materi tentang hak dan kewajibannya sebagai warga sekolah dan bagaimana mereka harus mematuhi tata tertib dengan segala konsekuensinya.
·         Pemahaman Diri. Bidang bimbingan yang terkandung di dalamnya adalah bidang bimbingan pribadi. Termasuk jenis layanan informasi dan merupakan fungsi pemahaman. Disini materi yang diberikan adalah tentang bagaimana mengenal dan memahami karakteristik diri sendiri. Topik permasalahan ini hanya berorientasi pada bidang bimbingan pribadi. Siswa akan diberi arahan untuk mengenali diri dengan bakat yang mereka punyai dan memahami kelebihan dan kekurangan apa yang mereka miliki.
·         Konsep Diri. Bidang bimbingan yang terkandung di dalamnya adalah bidang bimbingan pribadi dan sosial. Jenis layanan informasi dan merupakan fungsi pemahaman. Pada topik ini siswa akan diberi materi tentang pengertian konsep diri dan apa saja unsur-unsur dari konsep diri, apa saja konsep diri yang positif dan apa saja konsep diri yang negatif.  
·         Nilai-Nilai Kehidupan. Bidang bimbingan yang terkandung di dalamnya adalah bidang bimbingan pribadi, sosial dan karir. Merupakan jenis layanan informasi dan fungsi layanan pemahaman dan pencegahan. Disini siswa akan diberi materi tentang nilai-nilai kehidupan, bagaimana bersosialisasi dengan nilai-nilai kehidupan dan bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kehidupan. 
·         Eksplorasi Dan Potensi Dasar. Bidang layanan yang terkandung dalam topik ini adalah bidang bimbingan pribadi dan belajar. Jenis layanan informasi dan merupakan fungsi layanan pemahaman. Pada topik ini siswa akan diberi materi tentang paradigma belajar yang benar, bagaimana mengenali potensi dasar untuk belajar dan cara menyusun rencana pengembangan potensi dasar. 
·         Evaluasi Diri Setiap Waktu. Bidang bimbingan yang terkandung di dalamnya adalah bidang bimbingan pribadi, sosial dan belajar. Jenis layanan konten dan merupakan fungsi pemahaman, pencegahan dan pengentasan. Pada topik ini siswa diberi materi tentang cara mengevaluasi prestasi pada semester sebalumnya, mengevaluasi sikap dan perilakunya selama ini, mengevaluasi kegiatannya dalam beribadah dan menyusun rencana dan strategi pengembangan dirinya. 
·         Psikologi Remaja. Bidang bimbingan yang ada di dalamnya adalah bidang bimbingan pribadi dan sosial, jenis layanan informasi dan merupakan fungsi layanan pemahaman, pencegahan dan pengentasan. Pada topik ini siswa akan diberi materi tentang mengenali ciri-ciri perkembangan remaja, tugas-tugas perkembangan remaja, dan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi remaja. Dari kedelapan topik permasalahan tersebut, bidang bimbingan pribadi selalu terkandung di dalamnya, hal ini berarti bahwa bidang bimbingan pribadi merupakan bidang bimbingan yang paling penting bagi siswa dan bidang bimbingan yang paling ditonjolkan.
Materi tersebut diberikan agar siswa mempunyai pengetahuan dan gambaran mengenai bidang layanan bimbingan dan konseling, sehingga nanti ketika mereka mengalami kesulitan mereka bisa berkonsultasi langsung dengan guru BK. Jadi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di dalam kelas berupa materi yang didalamnya mengandung bidang-bidang bimbingan dan layanan-layanan bimbingan, serta dijelaskan pula fungsi bimbingan dan konseling apa yang terdapat dalam materi tersebut.






BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Layanan bimbingan dan konseling di SMPN 5 Mutiara dilaksanakan melalui dua cara, yaitu melalui pembelajaran/materi yang diberikan pada jam pelajaran bimbingan dan konseling, dan melalui konsultasi/layanan bimbingan melalui ruang BK. Dalam pemberian materi, guru BK menggunakan RPP yang dibuat sendiri sebagai acuan. Setiap materi/dalam BK disebut topik permasalahan. Di dalamnya mengandung enam bidang bimbingan dan disebutkan termasuk dalam fungsi bimbingan dan konseling yang mana.
Setiap hari pasti ada siswa yang ke ruang BK, entah itu ingin konsultasi atau karena ada masalah. Rata-rata ada 3-4 siswa yang datang. Hal yang dikonsultasikan siswa juga beragam, dimulai dari masalah pribadi sampai masalah keberagamaan. Semua bidang bimbingan hampir pernah dikonsultasikan. Yang paling sering adalah di bidang karier, terutama untuk kelas XII. Paling jarang yang di konsultasikan adalah bidang kehidupan berkeluarga.
Perubahan kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013 membuat layanan bimbingan dan konseling mengalami hambatan dan tidak bisa memberikan layanan secara maksimal, karena pada kurikulum 2013 tidak ada lagi jam untuk BK. Pelayanan hanya melalui konsultasi di ruang BK serta keterdekatan antara siswa dan guru BK juga menjadi terhambat. 

3.2  Saran
3.2.1        Saran untuk Guru Pembimbing
·         Mengadakan sosialisasi tentang bimbingan dan konseling setelah jam sekolah selesai atau di hari libur beberapa kali.
3.2.2        Saran untuk Guru Mata Pelajaran
·         Lebih perhatian kepada siswa.
·         Ikut mencari tahu apakah ada masalah yang sedang dihadapi siswa apa bilaada siswa yang tidak masuk tanpa alasan


DAFTAR PUSTAKA


Erman Amti&Marjohan. 1992/1993. Bimbingan dan Konseling. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktirat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
W.S. Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
Sukardi Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta


Makalah Sewa Menyewa

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. serta sholawat dan salam kepada junjungan kita N abi besar...