Tuesday 27 December 2016

Makalah Hipertiroidisme


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR         .............................................................................       i
DAFTAR ISI             .........................................................................................       ii

BAB I       PENDAHULUAN          .................................................................       1
1.1  Latar belakang                        .................................................................       1
1.2  Rumusan Masalah       .................................................................       1
1.3  Tujuan Penulisan         .................................................................       2

BAB II      PEMBAHASAN             .................................................................       3
2.1  Pengertian Hipertiroidisme     ……………….............................       3
2.2  Etiologi Hipertiroidisme         .....................................................       3
2.3  Patofisiologi Hipertiroidisme  .....................................................       4
2.4  Manifestasi Klinis Hipertiroidisme     .........................................       5
2.5  Komplikasi Hipertiroidisme    .....................................................       6
2.6  Pemeriksaan Diagonistik Hipertiroidisme       .............................       7
2.7  Penatalaksanaan Hipertiroidisme        .........................................       9
2.8  Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertiroidisme................      10
2.9  WOC Hipertiroidisme             .....................................................       14

BAB III    PENUTUP           .............................................................................       15
3.1  Kesimpulan     .............................................................................       15
3.2  Saran               .............................................................................       15
                 
DAFTAR PUSTAKA          .............................................................................       16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
            Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiridepan trakea, mensekresi tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikalsitonin, suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsiu. Sekresitiroid terutama diatur oleh hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
            Hormon yang paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalahtiroksin, Akan tetapi, juga disekresi triiodotironin dalam jumlah sedang. Fungsi kedua hormonini secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Jika terjadi gangguan pada kelenjar tiroid ini dapat menimbulkan kekurangan atau kelebihan produk yang dihasilkan yang akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan seperti penyakit) sehingga dapat menggagu pertumbuhan dan perkembangan serta proses metabolisme tubuh. Dengan demikian alangkah baiknya jika kita mengetahui hal tersebut agar dapat memahami fenomena-fenomena yang terjadi dan dapat mengetahui asuhan keperawatan apa saja yang dapat diberikan utuk klien dengan gangguan kelenjar tiroid tersebut.
1.2         Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian hipertiroidisme?
2.      Apa saja etiologi hipertiroidisme?
3.      Bagaimana patofisiologi dari hipertiroidisme?
4.      Bagaimana manifestasi klinis dari hipertiroidisme?
5.      Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada hipertiroidisme?
6.      Pemeriksaan diagnostik apa saja yang dilakukan pada hipertiroidisme?
7.      Bagaimana penatalaksanaan dari hipertiroidisme?
8.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme?
9.      Bagaimana WOC dari hipertiroidisme?
1.3         Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian hipertiroidisme.
2.      Untuk mengetahui etiologi dari hipertiroidisme.
3.      Untuk mengetahui patofisiologi dari hipertiroidisme.
4.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipertiroidisme.
5.      Untuk mengetahui komplikasi yang bisa terjadi pada hipertiroidisme.
6.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari hipertiroidisme.
7.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipertiroidisme.
8.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme.
9.      Untuk mengetahui WOC dari hipertiroidisme.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Hipertiroidisme
                      Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosismerupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadianpada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun.
                      Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsikelenjar tiroid hipofisis, atau hipotalamus. Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadappengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan.
                      Kesimpulan menurut kelompok, Hipertiroidisme merupakan suatu keadaan dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid belebihan.
2.2     Etiologi Hipertiroidisme
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1.      Penyebab Utama 
a.       Penyakit Grave
b.      Toxic multinodular goitre
c.       ’’Solitary toxic adenoma’’

2.      Penyebab Lain
a.       Tiroiditis
b.      Penyakit troboblastis
c.       Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d.      Pemakaian yodium yang berlebihan
e.       Kanker pituitari
f.       Obat-obatan seperti Amiodarone
2.3     Patofisiologi Hipertiroidisme
     Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
     Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
     Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot  ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

2.4     Manifestasi Klinis Hipertiroidisme
1.      Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskulerperifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2.      Sistem pernafasan
Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3.      Sistem perkemihanRetensi cairan, menurunnya output urin.
4.      Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5.      Sistem musculoskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6.      Sistem integument
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7.      Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8.      Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9.      Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.
10.  Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.

2.5     Komplikasi Hipertiroidisme
1.      Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karenapenumpukancairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2.      Penyakit jantungTerutama kardioditis dan gagal jantung.
Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
3.      Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral.Beta blokers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4.      Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasanhormon tiroiddalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, danapabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

2.6     Pemeriksaan Diagnostik Hipertiroidisme
1.      Pemeriksaan laboratorium
a.       Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 –250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI unit)T3serum mengukur kandungan T3bebas dan terikat, atau total T3total, dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar T3dan T4serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama, namun kadar T4tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4lebih besar daripada kadar T3.
b.      Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 SI unit)Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4serum dengan teknik radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif.T4terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3terikat lebih longgar. T4normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
c.       Indeks T4bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI unit)
d.      T3RU, meningkat (N: 24 – 34 %)
2.      TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3dan T4tidak dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.
3.      Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titerantiglobulin antibodi tinggi (N: titer < 1 : 100).
4.      Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit graves.
5.      Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran padatiroid dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam kelenjar tiroid.Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaansederhana dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
6.      Test penunjang lainnya
a.       CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjartiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis yangdiberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
b.      USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.
7.      EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan TG.


2.7         Penatalaksanaan Hipertiroidisme
1.      Terapi Umum
a.       Obat antitiroid Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan.
            Contoh obatnya: propil tio urasil(PTU), karbimazol,-Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi. Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkanhanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.
2.    Farmakoterapi
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a.       Carbimazole (karbimasol) Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid.Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan padafungsi hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yangtidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi
b.      serta demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual, muntah, dan sakit pada perutsebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada bagian putih mata, kuku, dan kulit.
c.       Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason) Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti peradangan.Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid (thyroiditis).
d.      Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil) Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejalaparkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di dalampengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan denyut jantungyang meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harusberhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yangcepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali permenit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol, atenolol, ataupun verapamil.

3.      Terapi Lain
            Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi bekatul. Para ahlimenemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh kita. Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati diabetes melitus, hipertensi, asma, kolesterol dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

2.8         Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertiroidisme
A.    Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif . berikut yang harus di kaji:
1.        Riwayat pengalaman perubahan status emosional atau mental
2.        Mengalami sakit dada atau palpitasi
3.        Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
4.        Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
5.        Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
6.        Perubahan asupan makanan dan berat badan
7.        Perubahan eliminasi feses, frekuensi serta banyaknya.
8.        Intoleransi terhadap cuaca panas
9.        Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas sehari- hari
10.    Perubahan menstruasi atau libido
11.    Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek sampingnya
Data Objektif. Berikut hal yang harus dikaji :
1.         Status mental : perhatian pendek, emosi labil, tremor dan hiperkinesia
2.         Perubahan kardiovaskular : tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolic menurun, takikardia walaupun istirahat, distritmia dan murmur
3.         Perubahan pada kulit : hangat, kemerahan, dan basah
4.         Perubahan pada rambut : halus dan tipis
5.         Perubahan pada mata : lid lag, glove lag, diplopia, dan penglihatan kabur
6.         Perubahan nutrisi atau metabolic : berat badan menurun, nafsu makan bertambah, serta kolesterol dan trigliserida serum menurun
7.         Perubahan muskuleskeletal : otot lemah, tonus otot kurang, dan sulit berdiri dari posisi duduk
Hasil pemeriksaan diagnostic yang harus di kaji adalah peningkatan t3 dan t4 serum dan penurunan TSH serum.

B.     Diagnosis Keperawatan
Berikut diagnosis keperawat yang mungkin timbul :
1.        Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan dan pengecilan otot (perubahan metabolisme )
2.        Penurunan curah jantung yang brhubungan dengan distrimia (kegiatan simpatis meningkat )
3.        Ketidak efektipan koping yang berhubungan dengan emosi labil dan perhatian yang pendek
4.        Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan metabolisme tubuh .
5.        Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh dan kegelisahan
6.        Perubahan sensoris (penglihatan ) yang berhubungan denga gangguan fungsi saraf optic dan otot ekstraokular (edema)
7.        Deficit pengetahuan yang berhubungan denga kurang informasi tentang sifat penyakit, uji diagnostic, dan pengobatan
8.        Kepercayaan diri terganggu akibat perubahan pada penampilan, selera makan yang berlebihan dan penurunan berat badan
Berikut hasil yang di harapkan :
1.    Menunjukkan pengendalian intoleran terhadap aktivitas dan menigkatkan kegiatan secara bertahap dalam 2- 3 bulan
2.    Menunjukkan tanda- tand perfusi jaringan yang baik dan curah jantung adekuat : status mental normal : tidak ada edema; denyut jangtung 20/ menit ; dan bunyi pernapasan yang normal
3.    Menunjukkan koping yang efektif. Menilai sendiri rasa cemas pada skala 0-5, dengan tidak merasa cemas dan 5 merasa sangat cemas
4.    Mengunkapkan 3 cara yang efektif untuk menanagani perasaan
5.    Berat badan tidak berkurang dan berat badan kembali kepada berat badan sebelum sakit
6.    Tidak mengeluh saki mata dan diplopia
7.    Pola tidur kembali pada sebelum ia sakit dan bias istirahat di siang hari
8.    Dapat menjelaskan sifat penyakit, pengobatan yang ada, serta efek samping dari pengobatab tersebut
9.    Merasa percaya diri pada dirinya sendiri

C.    Intervensi Keperawatan
1.      Istirahat yang cukup
a.       Lingkungan yang tenang dan nyaman
b.      Massase ringan pada punggung sebelum tidur malam
c.       Jelaskan pada pasien mengenai pentingnya untuk berbaring tengang walaupun ia tidak bias tidur
2.      Mempertahankan atau meningkatkan toleransi terhadap kegiatan
a.       Istirahat di antara kegiatan
b.      Hentikan kegiatan apabila merasa lelah
3.      Mempertahankan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan.
a.       Mengkonsumsi makanan yang tinggi protei dan tinggi kalori
b.      Pantau asupan nutrisi
c.       Timbang berat badan setiap hari
d.      Pantau asupan dan haluaran setiap 8 jam
4.      Mempertahankan perawatan yang baik pada mata
a.       Lakukan pengkajian visual setiap sif
b.      Terapkan tindakan yang bias membantu perawatan mata
·         Pakai kaca mata gelap
·         Tinggikan bagian kepala tempat tidur
·         Teteskan air mata buatan kepada kedua mata
·         Tutup kedua kelopak mata dengan plester pada waktu tetentu
·         Segera laporkan keluhan pasien
5.      Bantu pasien untuk melakukan koping yang efektif untuknya, misalnya music, meditasi distraksi dan messase pada punggung.
6.      Penyuluhan kesehatan. Berikut hal yang harus di jelaskan kepada pasien dan keluarganya :
a.       Sifat penyakit dan bagaimana hipertiroidisme mengakibatkan tanda dan gejala
b.      Pengobatan, tindakan dan pembedahan
c.       Hasil yang di harapkan dari pengobatan, tindakan, dan pembedahan serta efek sampingnya
d.      Obat yang digunakan pasien : dosis, cara pemberia, serta efek samping
e.       Pasien dengan endemic goiter dan memakai iodium suplemen perlu di beri informasi bahwaia memerlukan pemeriksaan medis secara teratur untuk mengetahui secara dini timbulnya hipertiroidisme akibat iodium
f.       Kewaspadaan radiasi pada pasien yang memakai pengobatan RAI

D.    Evaluasi
1.      Mengungkapkan adaya peningkatan tenanga; dapat melaksanakan aktivitas hidup sehari- hari tanpa merasa lelah
2.      Kecepatan nadi di bawah 80/menit saat istirahat
3.      Mengunkapkan toleransi dapat di toleransi (skala 1-5)
4.      Temperature 37,2 c atau kurang dari itu
5.      Dapat menjelaskan dosis serta efek samping obat yang di pakainya
6.      Berat badan bertambah per minggu sebanya 0,5 kg atau mempertahankan berat badan sebelum ia sakit
7.      Tidak ada keluhan tentang matanya
8.      Dapat tidur dan istirahat.


BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
            Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Penyebab dari hipertiroidisme yaitu adanya gangguan homeostatic yang  disebabkan oleh produksi TSH yang berlebihan atau adanya perubahan autonomic kelenjar tiroid menjadi hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Ada banyak gejala pada penderita penyakit ini yakni gemetar, palpitasi, gelisah, penurunan berat badan yang drastis, nafsu makan meningkat, emosional, dsb.
            Setelah dilakukan askep diharapkan klien mampu mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy, menunjukkan berat badan stabil, mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus, ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi, melaporkan pemahaman tentang penyakitnya, Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.

3.2         Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan penyakit hipertiroidisme serta pengobatan dan penatalaksanaannya. Serta dapat dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher dan organisme-organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada virus.




DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Mansjoer Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media Aesculapius
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.



No comments:

Post a Comment

Makalah Sewa Menyewa

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. serta sholawat dan salam kepada junjungan kita N abi besar...