Makalah Hipertiroidisme
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
2.1
Pengertian Hipertiroidisme ………………............................. 3
2.2
Etiologi
Hipertiroidisme ..................................................... 3
2.3
Patofisiologi Hipertiroidisme ..................................................... 4
2.4
Manifestasi Klinis Hipertiroidisme ......................................... 5
2.5
Komplikasi Hipertiroidisme ..................................................... 6
2.6
Pemeriksaan Diagonistik Hipertiroidisme ............................. 7
2.7
Penatalaksanaan Hipertiroidisme ......................................... 9
2.8
Asuhan Keperawatan Pada Penderita
Hipertiroidisme................ 10
2.9 WOC Hipertiroidisme ..................................................... 14
BAB III PENUTUP ............................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelenjar
tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiridepan trakea,
mensekresi tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai efek
nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikalsitonin,
suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsiu. Sekresitiroid terutama
diatur oleh hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior.
Hormon
yang paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalahtiroksin, Akan tetapi,
juga disekresi triiodotironin dalam jumlah sedang. Fungsi kedua hormonini
secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerja. Jika terjadi gangguan pada kelenjar tiroid ini
dapat menimbulkan kekurangan atau kelebihan produk yang dihasilkan yang akan
mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan seperti penyakit) sehingga dapat
menggagu pertumbuhan dan perkembangan serta proses metabolisme tubuh. Dengan
demikian alangkah baiknya jika kita mengetahui hal tersebut agar dapat memahami
fenomena-fenomena yang terjadi dan dapat mengetahui asuhan keperawatan apa saja
yang dapat diberikan utuk klien dengan gangguan kelenjar tiroid tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian hipertiroidisme?
2. Apa
saja etiologi hipertiroidisme?
3. Bagaimana
patofisiologi dari hipertiroidisme?
4. Bagaimana
manifestasi klinis dari hipertiroidisme?
5. Apa
saja komplikasi yang bisa terjadi pada hipertiroidisme?
6. Pemeriksaan
diagnostik apa saja yang dilakukan pada hipertiroidisme?
7. Bagaimana
penatalaksanaan dari hipertiroidisme?
8. Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme?
9. Bagaimana
WOC dari hipertiroidisme?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian hipertiroidisme.
2. Untuk
mengetahui etiologi dari hipertiroidisme.
3. Untuk
mengetahui patofisiologi dari hipertiroidisme.
4. Untuk
mengetahui manifestasi klinis dari hipertiroidisme.
5. Untuk
mengetahui komplikasi yang bisa terjadi pada hipertiroidisme.
6. Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostik dari hipertiroidisme.
7. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari hipertiroidisme.
8. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme.
9. Untuk
mengetahui WOC dari hipertiroidisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertiroidisme
Hipertiroidisme
adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosismerupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh
peningkatan hormon tiroid. Angka kejadianpada hipertiroid lebih banyak pada
wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun.
Hipertiroidisme
adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat
terjadi akibat disfungsikelenjar tiroid hipofisis, atau hipotalamus.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan
terhadappengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan.
Kesimpulan
menurut kelompok, Hipertiroidisme merupakan suatu keadaan dimana didapatkan
kelebihan hormon tiroid yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon
tiroid belebihan.
2.2 Etiologi Hipertiroidisme
Hipertiroidisme
dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH
yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme
akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH
dan TRH yang berlebihan.
1.
Penyebab Utama
a.
Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2.
Penyebab Lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit
troboblastis
c. Ambilan hormone
tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian
yodium yang berlebihan
e. Kanker
pituitari
f. Obat-obatan
seperti Amiodarone
2.3 Patofisiologi Hipertiroidisme
Penyebab
hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada
hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan
reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat.
Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni
selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga
menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada
hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa
dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami
kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola
mata terdesak keluar.
2.4 Manifestasi Klinis Hipertiroidisme
1. Sistem
kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output,
peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskulerperifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole
meningkat 10-15 mmHg, palpitasi,
disritmia,
kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem
pernafasan
Cepat dan dalam,
bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem
perkemihanRetensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem
gastrointestinal
Meningkatnya
peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare,
peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid,
peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. Sistem
musculoskeletal
Keseimbangan protein
negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6. Sistem
integument
Berkeringat yang
berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut
lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem
endokrin
Biasanya terjadi
pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem
saraf
Meningkatnya refleks
tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan,
curiga tegang dan emosional.
9. Sistem
reproduksi
Amenorahea, anovulasi,
mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana
bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena
adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata.
Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak
menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam
menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau
kelainan kornea.
2.5 Komplikasi Hipertiroidisme
1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola
mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karenapenumpukancairan pada
rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan
penyakit graves.
2. Penyakit
jantungTerutama kardioditis dan gagal jantung.
Tekanan yang berat pada
jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat
fatal (aritmia) dan syok.
3. Stroma
tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut
pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, derilium dehidrasi dan
iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga
penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan
tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak
tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral.Beta blokers diberikan untuk
menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4. Krisis
tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat
berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama
pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasanhormon tiroiddalam jumlah yang sangat
besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, danapabila
tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Hipertiroidisme
1. Pemeriksaan
laboratorium
a. Serum
T3, terjadi peningkatan (N: 70 –250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI unit)T3serum
mengukur kandungan T3bebas dan terikat, atau total T3total, dalam serum.
Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar
T3dan T4serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama, namun kadar
T4tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya
hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4lebih besar daripada kadar
T3.
b. Serum
T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 SI unit)Tes yang paling
sering dilakukan adalah penentuan T4serum dengan teknik radioimmunoassay atau
peningkatan kompetitif.T4terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3terikat
lebih longgar. T4normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah
protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
c. Indeks
T4bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI unit)
d. T3RU,
meningkat (N: 24 – 34 %)
2. TRH
Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes
Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis
dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3dan T4tidak dapat dianalisa. Pasien
diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah
penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar
TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan
TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat
temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.
3. Tiroid
antibodi antiglobulin antibodi, titerantiglobulin antibodi tinggi (N: titer
< 1 : 100).
4. Tirotropin
reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit graves.
5. Ambilan
Iodium Radioaktif
Tes
ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium
oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau radionuklida lainnya dengan
dosis tracer, dan pengukuran padatiroid dilakukan dengan alat pencacah
skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi serta menghitung sinar
gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam kelenjar tiroid.Tes ini
mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam
kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan
iodium-radioaktif merupakan pemeriksaansederhana dan memberikan hasil yang
dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam
proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
6. Test
penunjang lainnya
a. CT
Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh
kelenjartiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis
yangdiberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
b. USG,
untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau
nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid
pada tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan
kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun
kemungkinannya lebih kecil.
7. EKG,
untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial fibrilasi dan
perubahan gelombang P dan TG.
2.7
Penatalaksanaan
Hipertiroidisme
1.
Terapi Umum
a.
Obat antitiroid Biasanya diberikan
sekitar 18-24 bulan.
Contoh
obatnya: propil tio urasil(PTU), karbimazol,-Pemberian
yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien yang
hipertiroidnya kambuh setelah operasi. Cara ini dipilih untuk pasien yang
pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkanhanya dengan bantuan
obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk
pasien yang
alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan
dalam waktu 1 tahun.
2. Farmakoterapi
Obat-obat antitiroid
selain yang disebutkan di atas adalah:
a. Carbimazole
(karbimasol) Berkhasiat
dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi
bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik untuk
penyakit hipertiroid.Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi
sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan padafungsi
hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yangtidak
sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi
b. serta
demam. Sedangkan
ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual, muntah, dan sakit pada
perutsebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada bagian putih mata, kuku,
dan kulit.
c. Kalmethasone
(mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan
obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti
peradangan.Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar
tiroid (thyroiditis).
d. Artane
(dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat
ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi
gejala-gejalaparkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar
dan sebagainya. Di dalampengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk
mengobati tangan gemetar dan denyut jantungyang meningkat. Namun penggunaan
obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harusberhati-hati, bahkan
sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yangcepat
(takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120
kali permenit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol,
atenolol, ataupun verapamil.
3. Terapi
Lain
Adapun
pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi bekatul. Para
ahlimenemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang
berkhasiat untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh kita. Selain hipertiroid,
vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati diabetes melitus, hipertensi, asma, kolesterol dan
gangguan aliran
pembuluh darah jantung (coronair
insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat
meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi
darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.
2.8
Asuhan Keperawatan
Pada Penderita Hipertiroidisme
A. Pengkajian Keperawatan
Data
Subjektif . berikut yang harus di kaji:
1.
Riwayat pengalaman perubahan status
emosional atau mental
2.
Mengalami sakit dada atau palpitasi
3.
Mengalami dispnea ketika melakukan
aktivitas atau istirahat
4.
Riwayat perubahan pada kuku, rambut,
kulit, dan banyak keringat
5.
Mengeluh gangguan penglihatan dan
mata cepat lelah
6.
Perubahan asupan makanan dan berat
badan
7.
Perubahan eliminasi feses, frekuensi
serta banyaknya.
8.
Intoleransi terhadap cuaca panas
9.
Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu
melakukan semua aktivitas sehari- hari
10.
Perubahan menstruasi atau libido
11.
Pengetahuan tentang sifat penyakit,
pengobatan, serta efek sampingnya
Data
Objektif. Berikut hal yang harus dikaji :
1.
Status mental : perhatian pendek,
emosi labil, tremor dan hiperkinesia
2.
Perubahan kardiovaskular : tekanan
darah sistolik meningkat, tekanan diastolic menurun, takikardia walaupun
istirahat, distritmia dan murmur
3.
Perubahan pada kulit : hangat,
kemerahan, dan basah
4.
Perubahan pada rambut : halus dan
tipis
5.
Perubahan pada mata : lid lag, glove
lag, diplopia, dan penglihatan kabur
6.
Perubahan nutrisi atau metabolic :
berat badan menurun, nafsu makan bertambah, serta kolesterol dan trigliserida
serum menurun
7.
Perubahan muskuleskeletal : otot
lemah, tonus otot kurang, dan sulit berdiri dari posisi duduk
Hasil
pemeriksaan diagnostic yang harus di kaji adalah peningkatan t3 dan t4 serum
dan penurunan TSH serum.
B. Diagnosis Keperawatan
Berikut
diagnosis keperawat yang mungkin timbul :
1.
Intoleran aktivitas yang berhubungan
dengan kelemahan dan pengecilan otot (perubahan metabolisme )
2.
Penurunan curah jantung yang
brhubungan dengan distrimia (kegiatan simpatis meningkat )
3.
Ketidak efektipan koping yang
berhubungan dengan emosi labil dan perhatian yang pendek
4.
Perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan metabolisme tubuh
.
5.
Gangguan pola tidur yang berhubungan
dengan peningkatan metabolisme tubuh dan kegelisahan
6.
Perubahan sensoris (penglihatan )
yang berhubungan denga gangguan fungsi saraf optic dan otot ekstraokular
(edema)
7.
Deficit pengetahuan yang berhubungan
denga kurang informasi tentang sifat penyakit, uji diagnostic, dan pengobatan
8.
Kepercayaan diri terganggu akibat
perubahan pada penampilan, selera makan yang berlebihan dan penurunan berat
badan
Berikut
hasil yang di harapkan :
1.
Menunjukkan pengendalian intoleran
terhadap aktivitas dan menigkatkan kegiatan secara bertahap dalam 2- 3 bulan
2.
Menunjukkan tanda- tand perfusi
jaringan yang baik dan curah jantung adekuat : status mental normal : tidak ada
edema; denyut jangtung 20/ menit ; dan bunyi pernapasan yang normal
3.
Menunjukkan koping yang efektif.
Menilai sendiri rasa cemas pada skala 0-5, dengan tidak merasa cemas dan 5
merasa sangat cemas
4.
Mengunkapkan 3 cara yang efektif
untuk menanagani perasaan
5.
Berat badan tidak berkurang dan
berat badan kembali kepada berat badan sebelum sakit
6.
Tidak mengeluh saki mata dan
diplopia
7.
Pola tidur kembali pada sebelum ia
sakit dan bias istirahat di siang hari
8.
Dapat menjelaskan sifat penyakit,
pengobatan yang ada, serta efek samping dari pengobatab tersebut
9.
Merasa percaya diri pada dirinya
sendiri
C. Intervensi Keperawatan
1.
Istirahat yang cukup
a.
Lingkungan yang tenang dan nyaman
b.
Massase ringan pada punggung sebelum
tidur malam
c.
Jelaskan pada pasien mengenai
pentingnya untuk berbaring tengang walaupun ia tidak bias tidur
2.
Mempertahankan atau meningkatkan
toleransi terhadap kegiatan
a.
Istirahat di antara kegiatan
b.
Hentikan kegiatan apabila merasa
lelah
3.
Mempertahankan nutrisi yang adekuat
sesuai dengan kebutuhan.
a.
Mengkonsumsi makanan yang tinggi
protei dan tinggi kalori
b.
Pantau asupan nutrisi
c.
Timbang berat badan setiap hari
d.
Pantau asupan dan haluaran setiap 8
jam
4.
Mempertahankan perawatan yang baik
pada mata
a.
Lakukan pengkajian visual setiap sif
b.
Terapkan tindakan yang bias membantu
perawatan mata
·
Pakai kaca mata gelap
·
Tinggikan bagian kepala tempat tidur
·
Teteskan air mata buatan kepada
kedua mata
·
Tutup kedua kelopak mata dengan
plester pada waktu tetentu
·
Segera laporkan keluhan pasien
5.
Bantu pasien untuk melakukan koping
yang efektif untuknya, misalnya music, meditasi distraksi dan messase pada
punggung.
6.
Penyuluhan kesehatan. Berikut hal
yang harus di jelaskan kepada pasien dan keluarganya :
a.
Sifat penyakit dan bagaimana
hipertiroidisme mengakibatkan tanda dan gejala
b.
Pengobatan, tindakan dan pembedahan
c.
Hasil yang di harapkan dari
pengobatan, tindakan, dan pembedahan serta efek sampingnya
d.
Obat yang digunakan pasien : dosis,
cara pemberia, serta efek samping
e.
Pasien dengan endemic goiter dan
memakai iodium suplemen perlu di beri informasi bahwaia memerlukan pemeriksaan
medis secara teratur untuk mengetahui secara dini timbulnya hipertiroidisme
akibat iodium
f.
Kewaspadaan radiasi pada pasien yang
memakai pengobatan RAI
D. Evaluasi
1.
Mengungkapkan adaya peningkatan
tenanga; dapat melaksanakan aktivitas hidup sehari- hari tanpa merasa lelah
2.
Kecepatan nadi di bawah 80/menit
saat istirahat
3.
Mengunkapkan toleransi dapat di
toleransi (skala 1-5)
4.
Temperature 37,2 c atau kurang dari
itu
5.
Dapat menjelaskan dosis serta efek
samping obat yang di pakainya
6.
Berat badan bertambah per minggu
sebanya 0,5 kg atau mempertahankan berat badan sebelum ia sakit
7.
Tidak ada keluhan tentang matanya
8. Dapat tidur
dan istirahat.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Hipertiroidisme
(Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon
tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi
yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Penyebab dari
hipertiroidisme yaitu adanya gangguan homeostatic
yang disebabkan oleh produksi TSH yang berlebihan atau adanya perubahan
autonomic kelenjar tiroid menjadi hiperfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Ada banyak gejala pada penderita penyakit ini yakni
gemetar, palpitasi, gelisah, penurunan berat badan yang drastis, nafsu makan
meningkat, emosional, dsb.
Setelah dilakukan askep diharapkan
klien mampu mempertahankan curah jantung yang
adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, mengungkapkan secara verbal tentang
peningkatan tingkat energy, menunjukkan berat badan stabil, mempertahankan
kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus, ansietas berkurang sampai
tingkat dapat diatasi, melaporkan pemahaman tentang penyakitnya, Mempertahankan
orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan
faktor penyebab.
3.2
Saran
Dengan dibuatnya makalah ini,
diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama
pemahaman yang berhubungan dengan penyakit hipertiroidisme serta pengobatan dan
penatalaksanaannya. Serta dapat dihindarkan dengan cara tidak
stress, tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak
mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena dapat terjadi radiasi pada leher
dan organisme-organisme dapat menyebabkan infeksi karena ada virus.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E,J, 2000, Buku Saku
Patofisiologi, EGC, Jakarta
Barbara, C. Long.1996. Perawatan
Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi.
Jakarta : EGC
Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana
Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
Arief,
M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,
ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Mansjoer Arif,dkk.2001. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media Aesculapius
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa
Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa
Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment