KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa pula kami panjatkan syukur
kami kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami dari alam kebodohan
menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tak lupa
pula kami berterimakasih kepada pembimbing kami yang telah memberikan ilmu
dalam mata kuliah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang “Komunikasi
dan Konseling pada Ibu Bersalin (Masa Natal)” Kami selaku penyusun
makalah ini berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
dalam perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sangat sempurna
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Sigli, 29 Juli 2016
Penyusun,
Kelompok
IV
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR
ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A.
Latar belakang ................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 2
A. Komunikasi
dan Konseling pada Ibu Bersalin (Masa Natal)...... 2
1. Pengertian
Komunikasi.......................................................... 2
2. Pengertian
Konseling............................................................. 4
3. Pengertian Persalinan............................................................. 4
4. Tujuan Komunikasi
Persalinan.............................................. 5
5. Tanda-Tanda
Persalinan......................................................... 5
6. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan......................................... 5
7. Beberapa Hal yang dialami
Ibu Bersalin............................... 6
8. Langkah Pemberian
Konseling Kebidanan
dalam
Persalinan.................................................................... 7
9. Tahap Persalinan.................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................. 12
B. Saran ............................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kadang-kadang apa yang kita inginkan
orang lain tahu maksud kita, tetapi pada kenyataannya tidak semua atau orang
yang kita harapkan mengerti. Contohnya: seorang ibu hamil 5 bulan dan
kehamilannya merupakan yang pertama, ia mencoba meminta sesuatu dengan
mengatakan pada suaminya “saya mau mangga”. Dibayangan sang ibu adalah suaminya
akan membelikan mangga muda dan ia akan memakan dengan nikmatnya.
Sang ibu berpikir bahwa suaminya
akan mengerti dengan mangga yang diinginkannya dan tidak perlu diberitahu
mangga yang bagaimana yang harus dibeli sang suami. Kemudian sang suami
membelikan mangga dan menyerahkannya. Ibu marah karena suaminya tidak
membelikan mangga yang diinginkannya dan mengatakan suami tidak perhatian. Kemudian
Suami berpikir apakah saya salah membelikan mangga ya!! Melihat
kejadian di atas, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sering mempersepsikan
apa yang kita inginkan pasti orang lain juga sama persepsinya.
Begitu juga jika kita berhadapan
dengan pasien maka yang perlu kita tanyakan apakah yang dimaksud pasien sama
dengan yang kita pikirkan. Karena persepsi yang salah dapat menyebabkan
seseorang menjadi tegang, tidak suka, tidak nyaman dan tidak puas. Untuk itu
perlunya kita memahami persepsi agar orang menjadi senang, bahagia dan
puas. Dengan demikian, maka menjadi keharusan adanya media yang
menjebatani hal tersebut, yaitu komunikasi. Dalam dunia kebidanan dikenal
dengan Komunikasi dan Konseling Kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi dan Konseling pada
ibu bersalin (masa natal)
Adalah Suatu
proses mengatasi hambatan persalinan pada ibu hamil melalui komunikasi dan
untuk memenuhi kebutuhan piskologis fisiologis dalam menghadapi
persalinanibu hamil bersalin.
Melihat berbagai bentuk
kecemasan yang muncul pada ibu yang akan melahirkan dan juga pada suami yang
menunggunya maka orientassi pelayanan bukan hanya ditujukan pada sang ibu juga
sekaligus kegiatan-kegiatan kepada sang suami. Ibu di tuntun untuk melakukan
kegiatan yang menunjang proses pelontaran/ kelahiran bayi. Dalam kelahiran
normal ada dua faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: Status resiko kehamilan
dan kemajuan persalinan dan pelahiran.
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi sebagai kata benda (noun),
communnication, berarti : (1) pertukaran
simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi; (2) proses pertukaran antara
individu melalui sistem simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan
gagasan; dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart,
1983).
Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa pakar :
1.
William Albig : komunikasi adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. (Communication is the prosses of transmitting meoninfull symbols between
individuals buku public opinion).
2.
Wilbur Schram : dalam uraiannya “How Communication Work” mengatakan
komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu kata communio atau common.
Bilamana kita mengadakan komunikasi itu berarti membagikan informasi …. agar si
penerima maupun si pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. (communication comes from latin, communio =
common when we communication are the sender tuned together for a particular
message). Jadi esensi komunikan adalah menemukan dan memadukan si penerima
dan si pengirim.
3.
Onong Uchyana Effendy : dalam bukunya komunikasi
: teori dan praktik mengatakan, komunikasi hakekatnya adalah proses penyimpanan
pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan.
4.
Bennard Berelson dan Gary A. Steinner (1964:527)
mendefinisikan komunikasi : ”communication:
the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of
symbol…” (komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang
biasanya disebut komunikasi).
Dari beberapa pengertian diatas ada dua nilai : (1) informasi, berupa
lambang, gambaran –> jadi stimulans; (2) persuasy, proses pemindahan, hendak
mencapai satu sasaran sedangkan : pesan atau message adalah wujud dan proses
pengoperannya.
Secara ontologis kebenaran yang hakiki, komunikasi adalah perhubungan
atau proses pemindahan dan pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau
lambang-lambang apakah itu bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat.
Secara aksiologis, komunikasi adalah proses pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Secara aksiologis, komunikasi adalah proses pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Komunikator (stimulus) memberikan
rangsangan kepada komunikan. Sikap, ide, pemahaman, suatu pesan dapat
dimengerti baik komunikator dan komunikan. Secara epictomologis,
komunikasi bertujuan merubah tingkah laku, merubah pola pikir, atau sikap orang
lain. Untuk dapat membangun kebersamaan : mencapai ide yang sama demi satu
tujuan yang sama.
Paradigma Lasswell (Haroid D. Laswell) Untuk memahami komunikasi
dengan menjawab pertanyaan :
·
Who says
what in which channel yo whom with what effect ?
·
Siapa (mengatakan? komunikator, pengirim atau
sumber)
·
Apa message : pesan, ide, gagasan)
·
Dengan saluran mana? (media channel dan sarana)
·
Kepada siapa (komunikan, penerima, alamat)
·
Dengan hasil/dampak apa? (effect hasil komunikasi)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Komunikasi adalah : seni
penyampaian informasi (peran, message,
ide,sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang
dikehendaki komunikator. Jadi proses penyampaian informasi berdaya guna bagi
komunikator maupun komunikan.
2.
Pengertian Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan
jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari :
2002).
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu
keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam
kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang
mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara
tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan
objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan
tegang. ( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).
Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk
wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha
bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan
konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun
perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.
3. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) (JNPK-KR DepKes
RI, 2008; 37).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban terdorong
keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2008; 100).
4. Tujuan Komunikasi Persalinan
1)
Untuk kesejahtran ibu dan agar proses kelahiran
dapat berjalan lancar.
2)
Melakukan komunikasi agar klien lebih tenang
dalam persalinan
3)
Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
pasien.
4)
Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan
fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat
berjalan dengan semestinya.
5. Tanda-Tanda Persalinan
1)
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih
kuat sering dan teratur.
2)
Keluarnya lendir bercampur darah yang lebih
banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3)
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4)
Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar,
pembukaan telah ada dan setresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
5)
Lightening atau settling atau dropping yaitu
kepala janin turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida.
6)
Lightening pada multipara tidak begitu terlihat.
7)
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri
turun.
8)
Perasaan ingin sering atau susah
kencing (polakisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang- kadang di sebut “false labor pains”.
6. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih merupakan
kumpulan teoritis yang kompleks, teori yang turut memberikan andil dalam
proses terjadinya persalinan antara lain: teori hormonal, prostaglandin,
struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi, hal inilah
yang diduga memberikan pengaruh sehingga partus dimulai.
a.
Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron
menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan
kontraksi otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar
progesteron dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesteron menurun sehingga timbulHIS.
b.
Teori Oksitosin
Pada
akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
c.
Peregangan Otot-Otot
Dengan
majunya kehamilan, maka tereganglah otot-otot rahim sehingga timbulah kontraksi
untuk mengeluarkan janin.
d.
Pengaruh Janin
Hipofise
dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan penting, oleh karena itu
pada ancephalus kelahiran sering lebih lama.
e.
Teori Prostaglandin
Kadar
prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat
persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium (Mochtar. 1983:223).
7. Beberapa perubahan yang dialami Ibu bersalin
Ø
Perubahan Fisiologis Pada Ibu Melahirkan
Semakin
meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan pergerakan-pergerakan bayi.
Perut ibu semakin besar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu merasakan
tidak nyaman. Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak.
Kondisi-kondisi otot –otot apnggul dan otot–otot jalan lahir mngalami
pemekaran.
Keluarnya
bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan-kekuatan kontraksi otot, dan
sebagian lagi oleh tekanan dari perut. Kontraksi dari otot-otot uterus dan
pelontaran bayi keluar amat dipengaaruhi oleh: Sistem saraf simpatis,
parasimpatis dan saraf lokal pada otot uterus.
Ø
Perubahan Psikologis
Pada
minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran bayinya, ibu banyak di pengaruhi
oleh perasaan-perasaan/ emosi-emosi dan ketegangan. Ibu merasa cemas apakah
bayinya dapat lahir lancar, sehat atau cacat. Ibu juga amat bahagia menyongsong
kelahiran bayinya yang di idam-idamkannya.
Disamping
itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut terjadi gangguan
waktu melahirkan, bahkan takut mati. Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan.
Kecemasan ayah hampir sama besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan, hanya
berbeda sang ayah tidak secara langsung merasakan efeknya dari kehamilan.
Ø
Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Ø
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa
minggu sebelumnya wanita memasuki ”bulannya”atau ”minggunya” atau ”harinya”
yang di sebut kala pendahuluan (prepatory
stage of labord). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
ü
Lightening
atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
terlihat.
ü
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri
turun.
ü
Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
ü
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh
adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang di sebut ”false
labor pains”.
ü
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan
setresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody
show).
8. Langkah pemberian konseling kebidanan dalam
persalinan
1)
Menjalin hubungan yang menimbulkan rasa nyaman (rapport) dengan klien. Bidan menerima
klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2)
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif
keterampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberi
perhatian total pada klien. Bidan dalam memberi pendampingan klien yang
bersalin memfokuskan pada fisik dan psikologi.
3)
Mendengarkan. Bidan selalu mendengarkan dan dan
memperhatikan keluhan klien.
4)
Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin.
Sentuhan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu
relaksasi. Misalnya, ketika muncul his klien merasa kesaktian, bidan memberi
sentuhan dan usapan pada bagian lumbalis klien. Hal tersebut akan memberi rasa
nyaman pada klien.
5)
Memberi informasi tentang kemajuan persalinan.
Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat
menyelesaikan persalinan. Misalnya, bidan menggunakan kata-kata yang dapat
memberi gambaran majunya persalinan, “Bu, sekarang jalan lahirnya sudah mulai
membuka, setelah pembukaan mencapai 10 cm nanti ibu boleh menelan bila muncul
rasa sakit dan ingin buang air besar.”
6)
Memandu persalinan dengan memberi intruksi
khusus tentang bernapas, berelaksasi dan posisi postur tubuh. Misalnya, bidan
meminta klien ketika ada his untuk meneran, “Bu, kalau perut kencang ibu
berpegangan pada suami atau pada saya, lalu ibu meneran seperti buang air
besar. “ Ketika his hilang, bidan mengatakan “usahakan ibu bernapas panjang dan
rileks”
7)
Mengadakan kontak fisik dengan klien dengan
menggosok punggung, memeluk, dan menyeka keringatnya, serta membersihkan wajah
klien.
8)
Memberi pujian kepada klien atas usaha yang
telah dilakukan. Misalnya, bidan mengatakan, “ibu pinter sekali menerannya,
sebentar lagi, putranya lahir.”
9)
Memberi ucapan selamat pada klien atas kelahiran
putranya dan mengatakan ikut berbahagia. Memberi pujian kepada klien atas
usaha yang telah dilakukan.
9. Tahap Persalinan
1. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; h. 173).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h.38), Kala satu persalian
terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a)
Fase laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm.
Pada umumnya, berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
b)
Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus
akan meningkat secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut Manuaba (2010; h. 184), Hal yang perlu
dilakukan dalam kala I adalah:
ü
Memperhatikan kesabaran parturien.
ü
Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi
temperatur perna-fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
ü
Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam
sampai 1 jam.
ü
Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu
kosong.
ü
Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya
lingkaran Bandle, ketuban pecah
sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung, perubahan denyut
jantung janin, pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat
patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin).
ü
Parturien tidak diperkenankan mengejan.
2. Kala II
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala
pengeluaran bayi (JNPK-KR Depkes RI, 2008; h. 77).
Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1
jam pada multi (Yeyeh, 2009 b; h.6).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 77), tanda dan gejala
kala dua persalinan adalah:
ü
Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
ü
Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan/atau vaginanya.
ü
Perineum menonjol.
ü
Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
ü
Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
ü
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa
dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.
3. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96), tanda – tanda
lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan
bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan
singkat.
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96-97), Manajemen aktif
kala tiga bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksaan
fisiologis.
Keuntungan manajemen katif kala tiga adalah persalinan kala
tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian
retensio plasenta.
4. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan
untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan adalah:
ü
Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan
karena tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
ü
Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi,
pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang mungkin
terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi, perlukaan pada serviks;
kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
ü
Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping
ibunya agar dapat memulai pemberian ASI.
ü
Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval
pemerik-saan setiap 2 jam.
ü
Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke
ruangan inap bersama sama dengan bayinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melihat berbagai bentuk kecemasan yang muncul pada ibu yang akan
melahirkan dan juga pada suami yang menunggunya maka orientassi pelayanan bukan
hanya ditujukan pada sang ibu di tuntun untuk melakukan kegiatan yang
menunjang proses pelontaran/ kelahiran bayi. dalam kelahiran normal ada dua
faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: Status resiko kehamilan dan kemajuan
persalinan dan pelahiran.Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni
fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai dengan komponen-komponen
fisiologis. Tetapi ada perbedaan yang dialami oleh ibu yang satu dengan yang
lainnya. Pengalaman di masyarakat, ada ibu-ibu yang sangat muda melahirkan
bayinya, dan ada juga ibu-ibu yang sangat suka melahirkan bayinya, yang
kadang-kadang sampai mengalami keadaan abnormal seperti operasi. Untuk itulah
perlu dilakukannya komunikasi pada ibu bersalin yaitu untuk mengantisipasi
perasaan cemas pada ibu dalam menghadapi persalinan.
Alhamdulillah, berkar rahmat, nikmat kesehatan dan hidayah Allah SWT
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari akan kemampuan dan
keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharap saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Akhirnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Amin..
DAFTAR PUSTAKA
Saraswati. 2002.Komunikasi Efektif. Penulis Modul:
Jakarta.
Uripni, L. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Vardiyansah, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia
Indonesia.
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Wiryanto, DR., 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi,
Cetakan Ketiga, Jakarta: PT Grasindo.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam
Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Pada Bayi dan
Anak. .2008. Handout Komunikasi Terapeutik.
Yeyeh Ai Rukiyah., S.Si.T., dkk. 2009. Asuhan
Kebidanan II (Persalinan). Jakarta:Trans Info Media.
Asri Dwi H, dan Clervo Christine P.
2010. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb dan Patologi
Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.
No comments:
Post a Comment