Tuesday 27 December 2016

KOMUNIKASI PADA IBU BERSALIN (MASA NATAL)







KATA PENGANTAR

  
Puji dan syukur  kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa pula kami panjatkan syukur kami kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami dari alam kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tak lupa pula kami berterimakasih kepada pembimbing kami yang telah memberikan ilmu dalam mata kuliah ini.
Dalam  makalah ini kami membahas tentang “Komunikasi dan Konseling pada Ibu Bersalin (Masa Natal)” Kami selaku penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dalam perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sangat sempurna oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya makalah ini bisa menjadi lebih baik.




Sigli, 29 Juli 2016
Penyusun,

Kelompok IV

DAFTAR ISI

               KATA PENGANTAR           .............................................................................       i
               DAFTAR ISI              .........................................................................................       ii

 BAB I       PENDAHULUAN            .................................................................       1
A.     Latar belakang              .................................................................       1

BAB II      PEMBAHASAN              .................................................................       2
A.     Komunikasi dan Konseling pada Ibu Bersalin (Masa Natal)...... 2
1.      Pengertian Komunikasi..........................................................   2
2.      Pengertian Konseling.............................................................   4
3.      Pengertian Persalinan.............................................................  4
4.      Tujuan Komunikasi Persalinan..............................................    5
5.      Tanda-Tanda Persalinan.........................................................  5
6.      Sebab-Sebab Mulainya Persalinan.........................................  5
7.      Beberapa Hal yang dialami Ibu Bersalin...............................     6
8.      Langkah Pemberian Konseling Kebidanan
dalam Persalinan....................................................................  7
9.      Tahap Persalinan....................................................................  9

BAB III    PENUTUP            .............................................................................       12
A.     Kesimpulan      .............................................................................       12
B.     Saran               .............................................................................       12
                 
             DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................       13




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Kadang-kadang apa yang kita inginkan orang lain tahu maksud kita, tetapi pada kenyataannya tidak semua atau orang yang kita harapkan mengerti. Contohnya: seorang ibu hamil 5 bulan dan kehamilannya merupakan yang pertama, ia mencoba meminta sesuatu dengan mengatakan pada suaminya “saya mau mangga”. Dibayangan sang ibu adalah suaminya akan membelikan mangga muda dan ia akan memakan dengan nikmatnya.
            Sang ibu berpikir bahwa suaminya akan mengerti dengan mangga yang diinginkannya dan tidak perlu diberitahu mangga yang bagaimana yang harus dibeli sang suami. Kemudian sang suami membelikan mangga dan menyerahkannya. Ibu marah karena suaminya tidak membelikan mangga yang diinginkannya dan mengatakan suami tidak perhatian. Kemudian Suami berpikir apakah saya salah membelikan mangga ya!!  Melihat kejadian di atas, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sering mempersepsikan apa yang kita inginkan pasti orang lain juga sama persepsinya.
            Begitu juga jika kita berhadapan dengan pasien maka yang perlu kita tanyakan apakah yang dimaksud pasien sama dengan yang kita pikirkan. Karena persepsi yang salah dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang, tidak suka, tidak nyaman dan tidak puas. Untuk itu perlunya kita memahami persepsi agar orang menjadi senang, bahagia dan puas. Dengan demikian, maka menjadi keharusan adanya media yang menjebatani hal tersebut, yaitu komunikasi. Dalam dunia kebidanan dikenal dengan Komunikasi dan Konseling Kebidanan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Komunikasi dan Konseling pada ibu bersalin (masa natal)
Adalah Suatu proses mengatasi hambatan persalinan pada ibu hamil melalui komunikasi dan untuk memenuhi kebutuhan piskologis fisiologis dalam menghadapi persalinanibu hamil bersalin.
Melihat berbagai bentuk kecemasan yang muncul pada ibu yang akan melahirkan dan juga pada suami yang menunggunya maka orientassi pelayanan bukan hanya ditujukan pada sang ibu juga sekaligus kegiatan-kegiatan kepada sang suami. Ibu di tuntun untuk melakukan kegiatan yang menunjang proses pelontaran/ kelahiran bayi. Dalam kelahiran normal ada dua faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: Status resiko kehamilan dan kemajuan persalinan dan pelahiran.
1.      Pengertian Komunikasi
Komunikasi sebagai kata benda (noun), communnication, berarti : (1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi; (2) proses pertukaran antara individu melalui sistem simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan; dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983). 
Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa pakar :
1.      William Albig : komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. (Communication is the prosses of transmitting meoninfull symbols between individuals buku public opinion).
2.      Wilbur Schram : dalam uraiannya “How Communication Work” mengatakan komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu kata communio atau common. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu berarti membagikan informasi …. agar si penerima maupun si pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. (communication comes from latin, communio = common when we communication are the sender tuned together for a particular message). Jadi esensi komunikan adalah menemukan dan memadukan si penerima dan si pengirim.
3.      Onong Uchyana Effendy : dalam bukunya komunikasi : teori dan praktik mengatakan, komunikasi hakekatnya adalah proses penyimpanan pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan.
4.      Bennard Berelson dan Gary A. Steinner (1964:527) mendefinisikan komunikasi : ”communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol…” (komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi).
Dari beberapa pengertian diatas ada dua nilai : (1) informasi, berupa lambang, gambaran –> jadi stimulans; (2) persuasy, proses pemindahan, hendak mencapai satu sasaran sedangkan : pesan atau message adalah wujud dan proses pengoperannya. 
Secara ontologis kebenaran yang hakiki, komunikasi adalah perhubungan atau proses pemindahan dan pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau lambang-lambang apakah itu bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat.
Secara aksiologis, komunikasi adalah proses pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Komunikator (stimulus) memberikan rangsangan kepada komunikan. Sikap, ide, pemahaman, suatu pesan dapat dimengerti baik komunikator dan komunikan. Secara epictomologis, komunikasi bertujuan merubah tingkah laku, merubah pola pikir, atau sikap orang lain. Untuk dapat membangun kebersamaan : mencapai ide yang sama demi satu tujuan yang sama.
Paradigma Lasswell (Haroid D. Laswell) Untuk memahami komunikasi dengan menjawab pertanyaan :
·         Who says what in which channel yo whom with what effect ?
·         Siapa (mengatakan? komunikator, pengirim atau sumber)
·         Apa message : pesan, ide, gagasan)
·         Dengan saluran mana? (media channel dan sarana)
·         Kepada siapa (komunikan, penerima, alamat)
·         Dengan hasil/dampak apa? (effect hasil komunikasi)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Komunikasi adalah : seni penyampaian informasi (peran, message, ide,sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang dikehendaki komunikator. Jadi proses penyampaian informasi berdaya guna bagi komunikator maupun komunikan.

2.      Pengertian Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang. ( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).
Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.

3.      Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) (JNPK-KR DepKes RI, 2008; 37).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban terdorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2008; 100).

4.      Tujuan Komunikasi Persalinan
1)      Untuk kesejahtran ibu dan agar proses kelahiran dapat berjalan lancar.
2)      Melakukan komunikasi agar klien lebih tenang dalam persalinan
3)      Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.  
4)      Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.

5.      Tanda-Tanda Persalinan
1)      Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur.
2)      Keluarnya lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3)      Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4)      Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar, pembukaan telah ada dan setresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
5)      Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala janin turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
6)      Lightening pada multipara tidak begitu terlihat.
7)      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
8)      Perasaan ingin sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang- kadang di sebut “false labor pains”.

6.      Sebab-sebab Mulainya Persalinan
Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih merupakan kumpulan teoritis yang kompleks, teori yang turut memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain: teori hormonal, prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi, hal inilah yang diduga memberikan pengaruh sehingga partus dimulai.
a.       Penurunan Kadar Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbulHIS.
b.      Teori Oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
c.       Peregangan Otot-Otot
Dengan majunya kehamilan, maka tereganglah otot-otot rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
d.      Pengaruh Janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peranan penting, oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering lebih lama.
e.       Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium (Mochtar. 1983:223).

7.      Beberapa perubahan yang dialami Ibu bersalin
Ø  Perubahan Fisiologis Pada Ibu Melahirkan
Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan pergerakan-pergerakan bayi. Perut ibu semakin besar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu merasakan tidak nyaman. Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak. Kondisi-kondisi otot –otot apnggul dan otot–otot jalan lahir mngalami pemekaran.
Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan-kekuatan kontraksi otot, dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut. Kontraksi dari otot-otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat dipengaaruhi oleh: Sistem saraf simpatis, parasimpatis dan saraf lokal pada otot uterus.
Ø  Perubahan Psikologis
Pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran bayinya, ibu banyak di pengaruhi oleh perasaan-perasaan/ emosi-emosi dan ketegangan. Ibu merasa cemas apakah bayinya dapat lahir lancar, sehat atau cacat. Ibu juga amat bahagia menyongsong kelahiran bayinya yang di idam-idamkannya.
Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut terjadi gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati. Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan. Kecemasan ayah hampir sama besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan, hanya berbeda sang ayah tidak secara langsung merasakan efeknya dari kehamilan.
Ø  Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Ø  Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki ”bulannya”atau ”minggunya” atau ”harinya” yang di sebut kala pendahuluan (prepatory stage of labord). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
ü  Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat.
ü  Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
ü  Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
ü  Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang di sebut ”false labor pains”.
ü  Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan setresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

8.      Langkah pemberian konseling kebidanan dalam persalinan
1)      Menjalin hubungan yang menimbulkan rasa nyaman (rapport) dengan klien. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2)      Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberi perhatian total pada klien. Bidan dalam memberi pendampingan klien yang bersalin memfokuskan pada fisik dan psikologi.
3)      Mendengarkan. Bidan selalu mendengarkan dan dan memperhatikan keluhan klien.
4)      Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin. Sentuhan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi. Misalnya, ketika muncul his klien merasa kesaktian, bidan memberi sentuhan dan usapan pada bagian lumbalis klien. Hal tersebut akan memberi rasa nyaman pada klien.
5)      Memberi informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan persalinan. Misalnya, bidan menggunakan kata-kata yang dapat memberi gambaran majunya persalinan, “Bu, sekarang jalan lahirnya sudah mulai membuka, setelah pembukaan mencapai 10 cm nanti ibu boleh menelan bila muncul rasa sakit dan ingin buang air besar.”
6)      Memandu persalinan dengan memberi intruksi khusus tentang bernapas, berelaksasi dan posisi postur tubuh. Misalnya, bidan meminta klien ketika ada his untuk meneran, “Bu, kalau perut kencang ibu berpegangan pada suami atau pada saya, lalu ibu meneran seperti buang air besar. “ Ketika his hilang, bidan mengatakan “usahakan ibu bernapas panjang dan rileks”
7)      Mengadakan kontak fisik dengan klien dengan menggosok punggung, memeluk, dan menyeka keringatnya, serta membersihkan wajah klien.
8)      Memberi pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukan. Misalnya, bidan mengatakan, “ibu pinter sekali menerannya, sebentar lagi, putranya lahir.”
9)      Memberi ucapan selamat pada klien atas kelahiran putranya dan mengatakan ikut berbahagia.  Memberi pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukan.


9.      Tahap Persalinan
1.      Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; h. 173).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h.38), Kala satu persalian terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
a)      Fase laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya, berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b)      Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut Manuaba (2010; h. 184), Hal yang perlu dilakukan dalam kala I adalah:
ü  Memperhatikan kesabaran parturien.
ü  Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur perna-fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
ü  Pemeriksaan denyut jantung janin setiap ½ jam sampai 1 jam.
ü  Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
ü  Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin, pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis, perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin).
ü  Parturien tidak diperkenankan mengejan.

2.      Kala II
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi (JNPK-KR Depkes RI, 2008; h. 77).
Proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Yeyeh, 2009 b; h.6).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 77), tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:
ü  Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
ü  Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
ü  Perineum menonjol.
ü  Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
ü  Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
ü  Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.

3.      Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96), tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96-97), Manajemen aktif kala tiga bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Keuntungan manajemen katif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta.

4.      Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan adalah:
ü  Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
ü  Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi, perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
ü  Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai pemberian ASI.
ü  Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.
ü  Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan bayinya.




BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan

Melihat berbagai bentuk kecemasan yang muncul pada ibu yang akan melahirkan dan juga pada suami yang menunggunya maka orientassi pelayanan bukan hanya ditujukan pada sang ibu  di tuntun untuk melakukan kegiatan yang menunjang proses pelontaran/ kelahiran bayi. dalam kelahiran normal ada dua faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: Status resiko kehamilan dan kemajuan persalinan dan pelahiran.Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai dengan komponen-komponen fisiologis. Tetapi ada perbedaan yang dialami oleh ibu yang satu dengan yang lainnya. Pengalaman di masyarakat, ada ibu-ibu yang sangat muda melahirkan bayinya, dan ada juga ibu-ibu yang sangat suka melahirkan bayinya, yang kadang-kadang sampai mengalami keadaan abnormal seperti operasi. Untuk itulah perlu dilakukannya komunikasi  pada ibu bersalin yaitu untuk mengantisipasi perasaan cemas pada ibu dalam menghadapi persalinan.

B. Penutup Dan Saran
Alhamdulillah, berkar rahmat, nikmat kesehatan dan hidayah Allah SWT penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Akhirnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Amin..








DAFTAR PUSTAKA


Saraswati. 2002.Komunikasi Efektif. Penulis Modul: Jakarta.
Uripni, L. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC.
Vardiyansah, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC.
Wiryanto, DR., 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Ketiga, Jakarta: PT Grasindo.
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Pada Bayi dan Anak. .2008. Handout Komunikasi Terapeutik.
Yeyeh Ai Rukiyah., S.Si.T., dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta:Trans Info Media.
Asri Dwi H, dan Clervo Christine P. 2010. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb dan Patologi Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.





No comments:

Post a Comment

Makalah Sewa Menyewa

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. serta sholawat dan salam kepada junjungan kita N abi besar...