KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “STERILISASI ”
Makalah
ini berisikan tentang informasi Pengertian sterilisasi atau yang lebih
khususnya membahas tentang sterilisasi, macam
macam sterilisasi,atau jenis sterilisasi,proses sterilisasi dan juga
membahas tentang prinsip kerja sterilisasi.
Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang STERILISASI. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Sigli, 15 januari, 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata
Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar Belakang................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................... 2
C.
Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A.
Pengertian
Sterilisasi....................................................................................... 3
B.
Proses
Sterilisasi.............................................................................................. 3
C.
Macam-macam
Sterilisasi................................................................................ 4
1.
Metode Fisika............................................................................................ 4
2.
Metode Kimia........................................................................................... 9
3.
Metode Mekanik....................................................................................... 10
D.
Infeksi Akibat
Kesalahan Proses Sterilisasi.................................................... 13
BAB III
PENUTUP............................................................................................ 17
A.
Kesimpulan...................................................................................................... 17
B.
Saran................................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Sterilisasi
adalah suatu proses pemusnahan segala bentuk mikroorganisme beserta sporanya
agar tidak kembali hidup kedalam materi atau sampel,alat-alat,atau linkungan
tersebut.
Sterilisasi
merupakan proses penggunaan suhu tinggi (diatas) 1000C. Suhu dan waktu
sterilisasi tergantung dari produk dan macam mikroorganisme yang ada. Umumnya
kita mengenal proses sterilisasi adalah suhu 1210C selama 15 menit tanpa
memperhatikan bahan dan jumlah yang disterilkan. Pada suhu 1210C dengan media
air maka dibutuhkan adanya tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Tekanan yang tinggi akan mempercepat kerusakan DNA sehingga sporapun dapat
dimatikan pada proses ini. Proses sterilisasi umumnya untuk mematikan bakteri
pembentuk spora seperti Clostridium botulinum tipe A dan B dan Bacillus
stearothermophilus, B. coagulans.
Steralisasi
adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun
yang patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu
benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses
sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada
pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran
oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga
penting.
Sterilisasi
banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau
kuman patogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran
dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis
sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering,
steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi. Alam steralisasi di
antaranya:
a.
Sterilisator (alat untuk mensteril)
harus siap pakai, bersih, dan masih
berfungsi.
b. Peralatan
yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label
yang jelas dengan menyebutkan
jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan
sterilisasi.
c. Penataan
alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak
boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan
alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat
mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.
Sterilisasi atau
suci hama yaitu suatu proses dimana membunuh segala bentuk kehidupan mikro
organisme yang ada dalam sample atau contoh,alat-alat atau lingkungan tertentu.
Dalam ilmu
bedah, sterilisasi berarti memusnahkan semua mikroorganisme beserta sporanya, sedangkan desinfeksi
berarti memusnahkn semua mikroorganisme yang tidak mempunyai spora, misalnya
kuman-kuman. Desinfeksi
biasanya dilakukan pada pakaian, alat-alat linen, tempat tidur, alat buang air
kecil dan besar, dan sebagainya.
B.
Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Sterilisasi?
2. Bagaimana Proses Sterilisasi?
3. Apa Macam-macam Sterilisasi?
4. Apa Saja Infeksi akibat proses
sterilisasi yang salah?
C.
Tujuan
·
Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah STERILISASI
·
Diharapkan dapat
membantu mahasiswa/i dalam berdiskusi penyelesaian masalah Tentang Sterilisasi dan Infeksi
akibat kesalahan proses sterilisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi
adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga
jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat
berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan
panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan
bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan.
Beberapa
alat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung tangan bedah
dan hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung dengan jaringan atau
cairan tubuh. Oleh karena itu produk tersebut harus steril atau bebas dari
mikroorganisme hidup terutama yang bersifat potogen. Sebagian besar produk alat
kesehatan terutama terbuat dari bahan polimer yang tidak tahan pemanasan dengan
suhu tinggi, karena itu strelisasi yang dapat digunakan adalah sterilisasi
dingin menggunakan gas etilen oksida (ETO) atau radiasi. Sterilisasi dengan gas
ETO mempunyai beberapa kelemahan misalnya bersifat toksik pada manusia,
meninggalkan residu gas yang bersifat karsinogenik pada produk, polusi terhadap
lingkungan, dan memerlukan karantina produk 7-14 hari. Dengan demikian radiasi
pengion merupakan pilihan yang tepat untuk sterilisasi dingin terhadap produk
yang tidak tahan panas seperti alat kedokteran dan tissue graft.
B. Proses Sterilisasi
Ada
banyak pilihan cara sterilisai yang berbeda, namun yang penting adalah
bagaimana menetapakan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman
digunakan. Suatu produk dapa disterilkan melalui cara sterilisasi akhir
(terminal sterilization) atau dengan cara aseptic (aseptic processing). Cara
sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril yaitu :
1)
Terminal Sterilization
(sterilisasi akhir) metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Manograph
(2005) dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Overkill Methood adalah
metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada 121oC, selama 15
menit yang mampu membeikan minimal reuksi setingkat log 12 dari
mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai 0 minimal 1 menit. Kita bisa
menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik.
Metode merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan
aman.
b.
Bioburden Strilization
adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan terkontrol
terhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi jalur produksi sebelum
menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang
dipersyaratkan SAL 10-6. Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan yang dapat
mengalami degradasi kandungan bila terlalu panas terlalu tinggi seperti za
organik.(Stefanus.2006)
2) Aseptic
Processing
Aseptic Processing adalah metode
pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan
obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam
kontainer steri dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan
dan petugas telah terkontrol sedemikian ruoa sehingga kontaminasi mirroba tetap
ada pada level yang dapat diterima (aceptablle) dam calane zone (grade A dan
B).(Stefanus. 2006).
C.
Macam-macam
sterilisasi
Sterilisasi
yang dapat digunakan :
1. Metode Fisika
a. Pemanasan
kering
Prinsipnya adalah protein mikroba
pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi
oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada
benda/bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau
tidak menguap pada suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang
tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak
mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan
serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan
alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik.
Selain itu bahan/alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah
tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
Waktu dan suhu yang dibutuhkan untuk
sterilisasi panas kering adalah:
Suhu (0C)
|
Waktu (jam)
|
170
|
1,0
|
160
|
2,0
|
150
|
2,5
|
140
|
3,0
|
b.
Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara
mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat
membunuh mikroba. Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan
prinsipnya memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur
sterilisasi biasanya 121℃,
tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1
atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air
disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari
volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan
menyebabkan :
1. Penguraian
gula.
2. Degradasi
vitamin dan asam-asam amino.
3. Inaktifasi
sitokinin zeatin riboside.
4. Perubahan
pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.
Bila ada kelembapan (uap air) bakteri
akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan
jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas
adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari
organisme tersebut.
Bebarapa kombinasi tekanan, suhu dan
waktu sterilisasi dengan autoktlaf.
Tekanan
Uap
(atm)
|
Suhu
(0C)
|
Waktu
yang dibutuhkan untuk spora tahan panas (menit)
|
0,5
|
111,3
|
15-60
|
0,7
|
115,5
|
15-60
|
1,0
|
121,5
|
12-15
|
1,3
|
126,5
|
5-12
|
2,0
|
134,0
|
3-5
|
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan
untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap
temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air, larutan
dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan
plastik, dan media untuk pekerjaan mikrobiologi. . Uap jenuh pada suhu 121oC
mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau
2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
§ Prinsip
cara kerja autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan
berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan
suhu 1210C. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang
disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding
dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan
tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C
atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan
tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea
level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan
di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdidih pada suhu
1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium
terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting
ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan
dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air.
Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15
psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air
dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak
udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan
uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik.
Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi
selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga
mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja
dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan
memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini
tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini
dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu
ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah
bekerja dengan baik.
§ Beberapa
media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
·
Bahan tidak tahan panas
seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
·
Pelarut organik,
seperti fenol
·
Buffer dengan kandungan
detergen
§ Untuk
mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan
hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
·
Glukosa disterilkan terpisah
dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
·
Senyawa fosfat
disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral
lain.
·
Senyawa garam mineral
disterilkan terpisah dengan agar
·
Media yang memiliki pH
> 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
·
Jangan mensterilisasi
larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media
maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan
media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu
30 menit
c. Pemanasan
dengan bakterisida
Digunakan untuk sterilisasi larutan
berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan
untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi
intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida
dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam
pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5%
klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
d. Air
mendidih
Digunakan
untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan
darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
e. Pemijaran
Dengan
cara membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum,
pinset, batang L, dll.
f. Sterilisasi
dengan radias
Prinsipnya
adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel
sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau
produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang
digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel
kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan/produk
dan alat-alat medis yang peka terhadap panas (termolabil).
g. Tyndalisasi
Konsep
kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak
tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini.
Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan
bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan
terhidrolisis. Tyndalisai merupakan proses memanaskan medium/larutan
menggunakan uap selama 1 jam setiap hari selama 3 hari berturut- turut.
h. Pasteurisasi
Proses
pemanasan pada suhu dan waktu tertentu (650C selama 30’ atau 720C selama 15’
untuk membunuh pathogen yang berbahaya bagi manusia.
2. Metode Kimia
a. Menggunakan
bahan kimia
Senyawa
kimia yang digunakan sebagai desinfektan antara lain adalah CuSO4, AgNO3,
HgCl2, ZnO, alkohol 50-75% (dapat menyebabkan koagulasi protein) dan beberapa
larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (11%) dan KNO2 (10%) dapat digunakan untuk
membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan jalan dehidrasi
protein pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat dapat pula digunakan
karena bersifat menghidrolisis isi sel mikroba.
Larutan
KmnO4 (1%) dan HCL (1,1%) ternyata merupakan desinfektan yang kuat karena
dapat mengoksidasi substrat. Sedang yang paling banyak digunakan adalah larutan
HgCl2 (0,1%) namun senyawa tersebut sangat beracun dan bersifat korosif , serta
dapat merusak jaringan inang dan dapat mengendapkan protein. Juga larutan garam
Cu (dari CuSo4) merupakan senyawa yang paling banyak digunakan sebagai
algasida. Larutan formalin/formaldehida merupakan senyawa yang mudah larut di
dalam air tetapi sangat efektif sebagai desinfektan dengan kadar 4-20%.
Selain itu alkohol dengan kadar 50-70% digunakan sebagai desinfektan karena
cepat menyebabkan koagulasi (penggumpalan) protein.
b. Sterilisasi
gas
Sterilisasi
gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan
sporanya. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap,
seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil
seperti bahan biologi, makanan, plastik dan antibiotik.
3. Metode mekanik
a. Sterilisasi
dengan Penyaringan (filtrasi)
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang
termolabil (mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap), penyaringan ini
menggunakan filter bakteri. Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu
saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori
dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Metode ini tidak
dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan
terpisah dari filtratnya. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen.
Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Cara kerja dari
sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini
menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui
penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme
untuk dapat melaluinya. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan
penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan berpasangan dengan
sistem proses aseptic.
Teknik aseptis atau steril adalah suatu
sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani
pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur
mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya
banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang
mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area
kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau
mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari
tangan operator, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan
yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang
digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik aspetis tidak
dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun semakin banyak
belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan.
b.
Aturan umum teknik
aseptis:
·
Meja kerja sebaiknya
jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara, misalnya tidak ada
jendela yang terbuka, tidak dekat dengan pintu yang selalu dibuka-tutup dan
jauh dari lalu-lintas orang. Penggunaan kabinet biosafety dapat menjaga dan
mengatur aliran udara tetapi ini bukan merupakan suatu jaminan mutlak dari
resiko terkontaminasi.
·
Pastikan meja kerja
bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak akan digunakan. Kultur tua atau
pipet bekas seharusnya tidak berada di meja kerja. Kotoran seringkali sulit
dibersihkan pada sudut-sudut ruang.
·
Usap meja kerja dengan
antiseptik atau senyawa pembersih lain sebelum digunakan. Di sebagian besar
laboratorium umumnya menggunakan etanol 70% untuk membersihkannya. Sediakan
etanol pada posisi selalu dekat dengan meja. Jika telah selesai bekerja,
sebaiknya meja kerja dikosongkan dari peralatan dan bersihkan lagi.
·
Semua peralatan (pipet,
cawan dll.) yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua peralatan yang telah
disterilisasi diberi label. Jika menemukan alat yang sepertinya telah
disterilisai tapi masih ragu terhadap sterilitasnya maka sebaiknya jangan
digunakan. Bungkus peralatan baik alat steril sekali pakai atau bukan (pipet,
syringe dll.)diperiksa terlebih dahulu apakah terdapat kebocoran atau tersobek.
·
Atur peralatan di meja
kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan tangan. Alat-alat yang
biasanya digunakan dengan tangan kanan (jarum inokulum, filler, pipet dll.)
letakkan disebelah kanan begitu juga sebaliknya (rak tabung, cawan petri,
erlenmeyer dll.) terkecuali untuk tangan kidal. Di bagian tengah meja kerja
disediakan ruang lapang untuk bekerja.
·
Membakar mulut atau
bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang menempel.
·
Telah siap dengan
segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk prosedur
tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja
kerja untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua
yang diperlukan beserta cadangannya.
·
Pakai sarung tangan
lateks dan ganti secara berkala. Sarung tangan membantu melindungi dari
tumpahan biakan atau bahan kimia berbahaya. Tidak menggunakan sarung tangan
dirasa tidak bermasalah jika materi dan bakteri yang diteliti dipastikan tidak
berbahaya.
·
Cuci tangan sebelum dan
sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau sabun bila tidak ada desinfektan.
Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang ada di tangan.
c.
Saran-saran teknik
aseptis:
·
Minimalisasi gerak :
pergerakan tangan dapat menciptakan aliran udara . semakin cepat pergerakannya
semakin cepat aliran udara yang ditimbulkan. Pergerakan lengan sebaiknya
dilakukan seperlu mungin dan bergerak secara lembut.
·
Minimalisasi jarak:
jarak antar peralatan diatur seefektif dan seefisien mungkn. Antar peralatan
jangan diletakkan terlalu jauh.
·
Minimalisasi
keterpaparan : semakin sering menggerakkan sesuatu (mis: cawan berisi media)
melewati udara maka semakin besar partikel udara untuk masuk. Semakin lama
tutup erlenmeyer terbuka juga semakin besar terkontaminasi
d.
Catatan penting dalam
kerja aspetis :
·
Tutup erlenmeyer, botol
atau cawan sebaiknya dibuka kira-kira 450. tujuannya untuk meminimalisasi udara
masuk namun masih dapat mentransfer sesuatu.
·
Jika diharuskan untuk
membuka penuh dan tutup diletakkan di meja kerja, maka tutup dapat diletakkan
tertelungkup atau terlentang (muka menghadap ke atas). Jika tertelungkup
pastikan permukaannya bersih dan bila terlentang pastikan juga tidak ada
gerakan di atasnya.
·
Untuk menghindari
bakteri yang menempel pada jarum inokulum terpental/terciprat maka diameter
loops harus berkisar 2-3 mm dan untuk memperkecil getaran panjang kawat tidak
lebih dari 6cm
·
Tidak boleh menyedot
cairan pada saat pipeting dengan mulut.
·
Untuk menghindari
penyebaran mikroba dari tetesan pipet yang terjatuh maka dapat digunakan kain
steril yang diberi desinfektan sebagai alas. Kain ini setelah selesai dibuang
sebagai limbah berbahaya.
D.
Infeksi
Akibat Kesalahan Proses Sterilisasi
Sterilisasi
adalah suatu tindakan atau proses yang dilakukan secra fisika atau kimia,dengan
tujuan utuk menghilangkan mikroorganisme.sehingga tercapai tingkat sterillitas
yang sesuai dengan standart sterilisasi. Sedangkan uhntuk steril sendiri
kondisi bebas atau probabilitas keadaan bebas dari mikroorganisme.
Sebagaimana
kita ketahui,kebersihan peralatan kedokteran pada suatu instansi
pelayanan maupun peralatan rumah tangga yang memang seharusnya
benar-benar dalam keadaan steril mmerupakan suatu hal yang sangat penting yang
ditujukan agr selama proses tindakan medis tidak terjadi infeksi atau penularan
bakteri,virus,kuman yang tertinggal dari alat sebelumnya. Misalkan;
1.
Pada botol susu
bayi, proses sterilisasi perlu dilakukan secara teratur dan benar setiap
kali botol digunakan. Hal ini penting agar bisa mengurangi masuknya bakteri
atau kuman yang bisa mengkontaminasi botol dan menyebabkan diare.Sterilisasi
botol susu bisa menggunakan alat khusus untuk steril, namun jika tidak ada alat
ini maka bisa dilakukan melalui proses merebus. Selain menjaga kebersihan
botol, orangtua atau perawat yang akan menyiapkan susu untuk bayi perlu mencuci
tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan juga air mengalir. “Di
dalam kulit manusia terdapat kuman residu atau yang menetap di kulit dan juga
kuman pendatang. Untuk kuman pendatang seperti S. aureus, E.coli dan
pseudomonas, sedangkan untuk kuman menetap misalnya Staphylococcus, epidermis,
acinetobacter, yang pada jumlah tertentu hilang tapi pada beberapa waktu ia
muncul kembali,” ujar dr
Lily. Untuk itu setiap kali akan
mempersiapkan susu atau makanan bayi sebaiknya cuci tangan terlebih dahulu
untuk menghilangkan kuman-kuman yang berpotensi menyebabkan infeksi, termasuk
melakukan steril untuk mainan yang sering digigit oleh bayi.
2.
Pemberian obat yang
paling disukai dan aman adalah melalui mulut atau per oral. Pemberian secara
suntikan umumnya untuk tujuan agar obatnya cepat memberikan khasiat. Pemberian
suntikan juga tidak dapat dilakukan untuk obat-obat tertentu yang tidak bisa
diserap melalui saluran cerna atau tidak berkhasiat bila diberikan per oral.
Pemberian melalui suntikan cukup beresiko dibandingkan melalui mulut. Sayang
ada di antara pasien atau masyarakat yang menganggap pemberian secara suntikan
akan lebih berkhasiat dibanding obat oral. Bahkan ada di antara mereka yang
menganggap kalau belum di suntik rasanya belum berobat. Yang lebih parah lagi
ada masyarakat yang meminta atau ingin suntikan lebih dari satu. Dalam pikiran
mereka beberapa suntikan akan memberikan efek yang sangat mujarab. Hal ini
tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari petugas kesehatan.
Lebih dari 70% pemberian obat dalam bentuk suntikan sebetulnya tidak perlu
diberikan dalam bentuk obat suntik. Obat tersebut sebetulnya dapat diberikan
dalam bentuk sediaan oral atau bentuk lain. Pemberian obat dalam bentuk
suntikan juga berhubungan erat dengan biaya yang akan dibayarkan pasien. Komunikasi
timbal balik antara penderita dengan tenaga kesehatan dapat meluruskan
kesalahpahaman tentang pemberian obat melalui suntikan. Hal tersebut diharapkan
akan dapat menurunkan kemungkinan penyalahgunaan pemilihan cara pemberian
obat. Kulit berfungsi sebagai pelindung.
Tubuh kita hampir tidak dapat terinfeksi melalui kulit, bila kulit tidak
dirusak atau tidak dilukai melalui tusukan jarum suntik atau trauma mekanik
lainnya. Banyak mikroba normal atau patogen ada di sekitar kita, yang mungkin
dapat menginfeksi. Resiko infeksi oleh kuman atau mikroba patogen cukup tinggi.
Bahkan oleh bakteri yang tidak membutuhkan zat asam atau oksigen dalam
hidupnya. Infeksi oleh kuman jenis ini sangat berbahaya dan dapat berakibat
fatal, seperti tetanus. Pemberian obat melalui suntikan merupakan salah satu
cara penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan. Obat-obat yang diberikan dalam
bentuk suntikan umumnya adalah untuk tindakan pengobatan. Di samping itu juga
diberikan pada imunisasi, transfusi darah atau komponen darah, dan untuk tujuan
kontrasepsi. Terjadinya infeksi pada bekas suntikan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Penggunaan ulang alat suntik tanpa sterilisasi merupakan
sumber infeksi.
3.
Zaman dahulu, alat
suntik umumnya digunakan berulang-ulang. Tabung alat suntik terbuat dari kaca
dan baja stain less steel yang dapat di sterilisasi ulang. Ternyata penggunaan
alat kuno tersebut masih memberi peluang terjadinya infeksi, terutama oleh
virus. Sekarang semua alat suntik sudah dibuat untuk sekali pakai atau disposible.
Tetapi oleh pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab, alat suntik yang sudah
digunakan justru dimanfaatkan lagi untuk suntikan berikutnya. Inilah yang dapat
menyebabkan infeksi. Dari hasil penelitian ternyata hampir 40% dari praktek tak
bermoral tersebut dilakukan oknum. Bahkan di negara miskin tertentu sampai 70%.
Harga alat suntik sekali pakai sudah sangat murah dibandingkan harga obat yang
disuntikkan. Apalagi bila dibandingkan dengan resiko yang ditimbulkan. Sebagai
konsumen anda perlu memastikan bahwa alat suntik yang digunakan adalah sekali
pakai, baru dan belum digunakan sebelumnya.
4.
Alat suntik yang sudah
kadaluwarsa, juga berpeluang menyebabkan infeksi. Stabilitas kebebaskumanan
alat suntik ada batasnya. Bila telah lewat batas tersebut, maka alat suntik
tersebut harus dimusnahkan. Alat suntik bekas dan lewat batas penggunaan sering
dikumpulkan lagi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk dijual
kembali ke pasar gelap (black market).
5.
Obat atau alat
kesehatan dari sumber bantuan sering memiliki batas daluwarsa yang sudah dekat,
sehingga berpotensi lewat daluwarsa. Penggunaan secara bersama dan tidak
aseptis (tidak menjaga alat dan lingkungan tetap bebas mikroba) oleh pengguna
obat-obat narkotika berpeluang besar terjadinya infeksi karena alat suntik.
Beberapa infeksi virus yang sering terjadi adalah virus hepatitis B (HBV),
virus hepatitis C (HCV) dan virus HIV. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi karena suntikan. Jangan menggunakan ulang alat
suntik. Jangan menyuntik pada satu tempat bagian tubuh yang sama secara
berulang-ulang. Jika seseorang menyuntik anda, pastikan mereka tahu apa yang
dilakukan. Pastikan larutan obat suntik yang akan disuntikkan dalam keadaan
bebas kuman. Jangan tusukkan jarum suntik yang sudah digunakan ke wadah obat
suntik takaran berganda. Jangan menggunakan alat suntik secara bersama-sama.
Jangan menggunakan alat suntik lebih dari satu kali walaupun untuk pasien dan
obat yang sama. Alat suntik sekali pakai sangat murah dibandingkan harga obat
yang akan disuntikkan dan merupakan tindakan sia-sia bila dibandingkan dengan
resiko yang akan ditimbulkan. Pastikan anggota keluarga atau penderita sendiri
yang menggunakan suntikan insulin di rumah betul-betul terlatih dan memahami
prinsip bebas kuman. Untuk itu tidak ada pilihan lain, hanya menggunakan alat
suntik sekali pakai. Kebijakan menggunakan satu alat suntik ber ulang kali
untuk pasien yang sama, walaupun dengan obat yang sama perlu dihindarkan. Pak
Makmur, penyebab infeksi pada anak Bapak, mungkin salah satu dari mekanisme di
atas. Tidak ada maksud untuk menyudutkan pihak manapun. Ada kemungkinan
penyebab infeksi bukan disebabkan oleh tenaga kesehatan yang menyuntik, tetapi
oleh obatnya atau alat yang digunakan. Ada obat yang memeng rentan untuk
tercemar oleh kuman seperti jamur.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sterilisasi
adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan
spora-sporanya. Ada 5 metode umum sterilisasi, yaitu : sterilisasi uap (panas
lembab), sterilisasi panas kering, sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi),
sterilisasi gas, sterilisasi dengan Radiasi.
Sterilisasi
dalam mikrobiologi ialah suatu peruses untuk mematikan semua organismeyang
terdapat pada atau didalam suatu benda. Hal ini diperlukan agar mikroba yang
ingin ditumbuhkan diamati dan diisolasi terbebas dari mikroba lain (mikroba
kontamina). Suatu bahan atau alat dikatakan steril bila alat atau bahan
tersebut bebas dari mikroba, baik dalam bentuk sel vegetatife maupu spora
sterilisasi dilakukan tehadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi
mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba
lain akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan. Sterlisasi dengan
pemanasan ada 4 macam yaitu pemijaran, udara panas, uap air panas dan uap air
panas bertekanan. Kemudian ada juga sterilisasi dengan metode penyinaran dan
penyaringan.
Kesalahan
dalam melaksanakan proses sterilisaasi dapat berakibat fatal,karena akan
terjadi penularan penyakit dari satu individu ke individu yang lain atau bahkan
terjadi infeksi yang akut terhadap pejamu rentan.
B.
Saran
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya
sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak
demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan
makalah-makalah berikutnya.
DAFTAR PUSAKA
Dr.
jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan
Mikrobiologi
kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994
Jawetz,
J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC,
Jakarta.
Azis,
alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarta:Salemba
Medika
Ester,
Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC
http://irwanto-fk04usk.blogspot.com/2009/08/sterilisasi-dan-desinfeksi.htm
l
diunduh pada tanggal 06mei 2011 18:29
http://kumpulan-materi-kuliah-s1kep.blogspot.com/2011/03/resume-pengendalian-infeksi.html
No comments:
Post a Comment