Makalah Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mataram Kuno atau
Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan
Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti
Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa
saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh
Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai.
Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa
raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang
pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra
pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya
merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut
agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan
Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas
Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat
itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai
Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an,
seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi
Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa
menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut
dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Sedangkan Kediri merupakan
salah satu kerajaan
Hindu yang terletak
di tepi Sungai Brantas, Jawa
Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian
dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa Digjaya
Shastraprabu yang menamakan
dirinya sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya
Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan
menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu
(Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi
dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian.Kerajaan
Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai
Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu
Kotanya Kahuripan.Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri,
Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.
B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan
yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan Mataram Kuno dan Kediri ini,
antara lain :
1.
Bagaimana Kehidupan pada masa Kerajaan Mataram
Kuno dan Kediri?
2.
Kapan masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram
Kuno dan Kediri?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan
masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan beberapa tujuan
yang ingin dicapai, antara lain:
1.
Untuk mengetahui bagaimana kehidupan pada masa
Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri.
2.
Untuk mengetahui kapan masa kejayaan dan
keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Mataram Kuno
1. Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya
berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti
Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa
nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang
memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang
dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang
memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna
digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan
diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda.
Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna
sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai
Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan
Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram
Kuno.
Dari prasasti yang
dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan
Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang
pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
2. Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Terdapat dua sumber
utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu berbentuk Prasasti
dan Candi-candi yang dapat kita temui sampai sekarang ini. Adapun untuk Prasasti,
Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya :
1)
Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi
Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan
huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian
Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu
juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan
oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2)
Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan
Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan
bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara
dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra
dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat
Budha).
3)
Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu,
Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti
tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai
Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan
Rakai Watuhumalang.
4)
Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan
berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya
menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak
meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi
peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi
Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari,
Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan
tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.
3. Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri,
Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai
berikut:
1)
Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno
2)
Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa
Sailendra
3)
Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4)
Rakai Warak alias Samaragrawira
5)
Rakai Garung alias Samaratungga
6)
Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal
kebangkitan Wangsa Sanjaya
7)
Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8)
Rakai Watuhumalang
9)
Rakai Watukura Dyah Balitung
10) Mpu
Daksa
11) Rakai
Layang Dyah Tulodong
12) Rakai
Sumba Dyah Wawa
13) Mpu
Sindok, awal periode Jawa Timur
14) Sri
Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15) Makuthawangsawardhana
16) Dharmawangsa
Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir
4. Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan ekonomi
masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup
dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.
Bumi Mataram
diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.
Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil
budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra
beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil
budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan
Pawon.
1) Kehidupan ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa
dilihat dari usaha-usaha yang ia lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun
bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci
untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa
pemerintahan Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di
muara Sungai
Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah
banjir. Sementara itu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya telah
tercipta satu hasil karya sastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa
yang berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha. Pada masa Kerajaan Kediri banyak
informasi dari sumber kronik Cina yang menyatakan tentang Kediri yang
menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri
dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu
cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa
masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.
2) Kehidupan sosial-budaya
Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan
penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu
Sindok sendiri beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya
sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang
berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastr Ramayana dan
Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa.
Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya. Hal itu terbukti
dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di Sungai
Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan
karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja
yang melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga, sehingga mereka
dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang mereka miliki. Pada
kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
1)
Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat
tinggal yang baik, layak huni dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu
untuk berpakaian dengan baik.
2)
Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda
dan hukuman mati bagi perampok.
3)
Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup
dengan memuja para dewa.
5. Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Hancurnya Kerajaan
Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat
pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian
menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan
antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi
selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai
lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Rasa permusuhan
Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana
berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya
datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang
Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.
Runtuhnya Kerajaan
Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok
memimpin. Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang
memanas. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran
tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan
serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa
lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan
diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan
Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.
B. Kerajaan Kediri
1. Awal Berdirinya
Adalah kerajaan
besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 tepatnya pada tahun 1042-1222.
Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya
terletak di dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur
pelayaran yang ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api),
yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.
Pada tahun 1019 M,
Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan
kembali kewibawaan Medang Kamulan, setelah kewibawaan kerajaan berahasil
dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke
Kahuripan. Berkat jerih payahnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan
kemakmuran. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari
pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga
meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta
kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang
lahir dari seorang permaisuri. Namun karena memilih menjadi pertapa, tahta
beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir. Untuk menghindari perang
saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu
kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi
upaya tersebut mengalami kegagalan.
2. Sumber Sejarah Kerajaan Kediri
Prasasti-prasasti menjelaskan
kerajaan Kediri antara lain yaitu:
1)
Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M
menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
2)
Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M
menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
3)
Prasasti Sirah Keting (1140) tentang pemberian
hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
4)
Prasasti yang ditemukan di Tulung Agung
Kertosono, Berisi masalah keagamaan (Raja Bameswara 1117-1130 M).
5)
Prasasti Ngantang (1135 M) tentang Raja Jayabaya
memberi hadiah rakyat desa Nganteng sebidang tanah bebas pajak.
6)
Prasasti Jaring (1181 M) tentang Raja Gandra
yang membuat sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus Janata.
7)
Prasasti Kamulan (1194 M) tentang Raja Kertajaya
yang menyatakan bahwa Kediriberhasil mengalahkan musuh di katang-katang.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut, ada lagi
prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan
tentang Kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra seperti kitab
Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang
menceritakan tentang kemenangan Kediri (Panjalu) atas Janggala.
Kronik Cina juga banyak memberikan gambaran tentang
kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber
lain. Berita tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-t yang
ditulis oleh Choi-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh
Chau-ju-kua tahun 1225 M. Dan di era 2000-an terdapat penemuan situs
tondowongso tepatnya awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan
Kediri.
3. Raja-Raja Kerajaan Kediri Airlangga
Airlangga (Bali,
990 - Belahan, 1049) atau sering pula ditulis Erlangga, adalah pendiri Kerajaan
Kahuripan, yang memerintah 1009-1042 dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu
Sri Dharmawangsa Airlangga Ananta wikramottunggadewa. Sebagai seorang raja, ia
memerintahkan Mpu Kanwa untuk mengubah Kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan
keberhasilannya dalam peperangan. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya
dibelah dua menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala bagi kedua putranya.
Nama Airlangga sampai saat ini masih terkenal dalam berbagai cerita rakyat, dan
sering diabadikan di berbagai tempat di Indonesia.
1.
Samarawijaya (1042)
2.
Jayaswara (1104-1115)
3.
Bameswara (1115-1135)
4.
Jayabhaya (1135-1157)
5.
Sarweswara (1159-1169)
6.
Aryeswara (1169-1180/1181)
7.
Sri Gandhra (1181-1182)
8.
Kameswara (1182-1194)
9.
Kertajaya (1194-1222)
10. Jayakatwang
(1292-1293)
Dari Raja-Raja di atas, dapat diperoleh informasi, bahwa:
ü
Pendiri Kerajaan Kediri adalah Airlangga, dengan
Raja Pertamanya adalah Samarawijaya.
ü
Raja terkenal di Kerajaan Kediri adalah
Jayabhaya.
ü
Raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya,
namun berhasil dibangun kembali oleh Jayakatwang meskipun hanya bertahan satu
tahun saja. Jadi bisa dikatakan juga bahwa raja terakhir Kerajaan Kediri adalah
Jayakatwang.
4. Kehidupan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri
merupakan kerajaan yang berdiri pada abad XI Masehi dan merupakan kelanjutan
dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan oleh Mpu Sindok dari Dinasti
Isyana. Kerajaan ini terletak di wilayah pedalaman Jawa Timur. Kerajaan ini
merupakan hasil dari pembagian wilayah Kerajaan Medang Kamulan yang dibagi
menjadi dua yakni Panjalu dan Jenggala. Nama Keraajaan Kediri sebelumnya adalah
Panjalu.
Adapun kehidupan
politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri adalah
sebagai berikut :
1) Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama
menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya,
Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh
takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh
wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut
menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan
tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas
wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil
kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri dari
Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang
beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu
jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai
piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia
pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya
diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh
Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta
Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar
Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda
dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas
seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.
2) Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat
religius. Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari
berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa
arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan
latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah
Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi
Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan
yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra
Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.
3) Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian
dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang
baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan
menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan Kediri
dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras,
barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu
cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam
perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan
dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian
barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India,
Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal
Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai
dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.
4) Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur
pemerintahan Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam
pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut
:
ü
Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu
masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya
serta kelompok pelayannya.
ü
Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu
golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di
wilyah thani (daerah).
ü
Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu
golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan
pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang
sastra berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda
berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis
kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan
Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta
kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa
pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis
kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.
5) Hasil Budaya
Adapun
hasil budaya dari Kerajaan Kediri antara lain :
1)
Candi Penataran
2)
Candi Gurah
3)
Candi Tondowongso
4)
Arca Buddha Vajrasattva
5)
Prasasti Kamulan
6)
Prasasti Galunggung
7)
Prasasti Jaring
8)
Candi Tuban
9)
Prasasti Panumbangan
10) Prasasti
Talan
5. Runtuhnya Kerajaan Kediri
Runtuhnya kerajaan
Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya , terjadi pertentangan
dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan
memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan
Ken Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa
Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan
Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah berhasil
mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah pemerintahan
Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil
meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang
memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat
tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar
Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini
dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan
tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk
menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan.
Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Kediri lahir
dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga (1000-1049). Sejarah
Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi
kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri)
yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan
Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau
Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan
Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan
Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha. Samarawijaya sebagai pewaris sah Kerajaan
Kediri.
Letak Kerajaan Kediri
terdapat di Jawa Timur, berada di sebelah selatan sungai Brantas, Kerajaan ini
berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.
B. SARAN
Kita sebagai penerima
warisan (sejarah) hendaknya kita lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai
sejarah-sejarah masa lampau. Dengan demikian kita akan bisa menambah rasa
patriotisme (cinta tanah air) yang sebagi pemuda-pemudi bangsa sangat penting
memiliki jiwa cinta tanah air, guna membangun Bangsa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
ITA MASRUROH, 2014
Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Sekunci)
MELI HERLINA,2014
Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Batu Jaya)
MUHAMMAD ILYAS,2014
WWW.gogle.COM. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Bangunan)
WASITD,2014 Sejarah
Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Sekunci)
No comments:
Post a Comment