Wednesday 13 December 2017

Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri

Makalah Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Sedangkan Kediri  merupakan  salah  satu  kerajaan  Hindu  yang  terletak  di  tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya bernama Shri Jayawarsa  Digjaya  Shastraprabu  yang  menamakan  dirinya  sebagai titisan Wisnu.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi  dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian.Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan.Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha.

B.     Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan yang akan dibahas dalam makalah tentang Kerjaan Mataram Kuno dan Kediri ini, antara lain :
1.      Bagaimana Kehidupan pada masa Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri?
2.      Kapan masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri?

C.    Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1.        Untuk mengetahui bagaimana kehidupan pada masa Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri.
2.        Untuk mengetahui kapan masa kejayaan dan keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno dan Kediri.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kerajaan Mataram Kuno
1.      Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

2.      Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui sampai sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya :
1)      Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2)      Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
3)      Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4)      Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

3.      Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno
Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut:
1)      Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno
2)      Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra
3)      Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4)      Rakai Warak alias Samaragrawira
5)      Rakai Garung alias Samaratungga
6)      Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
7)      Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8)      Rakai Watuhumalang
9)      Rakai Watukura Dyah Balitung
10)  Mpu Daksa
11)  Rakai Layang Dyah Tulodong
12)  Rakai Sumba Dyah Wawa
13)  Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
14)  Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15)  Makuthawangsawardhana
16)  Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

4.      Kehidupan Sosial-Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan Mataram Kuno
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan aktivitas perekonominan dengan pesat.
Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon.
1)      Kehidupan ekonomi
Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Hal ini bisa dilihat dari usaha-usaha yang ia lakukan, seperti Mpu Sindok banyak membangun bendungan dan memberikan hadiah-hadiah tanah untuk pemeliharaan bangunan suci untuk  meningkatkan kehidupan rakyatnya. Begitu pula pada masa pemerintahan  Airlangga, ia berusaha memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai
Berantas dengan memberi tanggul-tanggul untuk mencegah banjir. Sementara  itu dibidang sastra, pada masa pemerintahannya telah tercipta satu hasil karya  sastra yang terkenal, yaitu karya Mpu Kanwa yang berhasil menyusun kitab Arjuna Wiwaha. Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumber  kronik Cina yang menyatakan tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di Kediri dengan barang yang  diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari pertanian dan perdagangan.

2)      Kehidupan sosial-budaya
Dalam bidang toleransi dan sastra, Mpu Sindok mengizinkan penyusunan kitab Sanghyang Kamahayamikan (Kitab Suci Agama Buddha), padahal Mpu Sindok sendiri beragama Hindu. Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari karya sastr Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa.
Raja Airlangga merupakan raja yang peduli  pada keadaan masyarakatnya. Hal itu terbukti dengan dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di Sungai Berantas untuk mengatasi masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para pujangga, sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang mereka miliki. Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
1)      Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
2)      Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman mati bagi perampok.
3)      Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memuja para dewa.

5.      Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.
Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin. Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.


B.     Kerajaan Kediri
1.      Awal Berdirinya
Adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.
Pada tahun 1019 M, Airlangga dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan, setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat jerih payahnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Namun karena memilih menjadi pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir. Untuk menghindari perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan.

2.      Sumber Sejarah Kerajaan Kediri
Prasasti-prasasti menjelaskan kerajaan Kediri antara lain yaitu:
1)      Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
2)      Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
3)      Prasasti Sirah Keting (1140) tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
4)      Prasasti yang ditemukan di Tulung Agung Kertosono, Berisi masalah keagamaan (Raja Bameswara 1117-1130 M).
5)      Prasasti Ngantang (1135 M) tentang Raja Jayabaya memberi hadiah rakyat desa Nganteng sebidang tanah bebas pajak.
6)      Prasasti Jaring (1181 M) tentang Raja Gandra yang membuat sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus Janata.
7)      Prasasti Kamulan (1194 M) tentang Raja Kertajaya yang menyatakan bahwa Kediriberhasil mengalahkan musuh di katang-katang.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut, ada lagi prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang Kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra seperti kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri (Panjalu) atas Janggala.
Kronik Cina juga banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber lain. Berita tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-t yang ditulis oleh Choi-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh Chau-ju-kua tahun 1225 M. Dan di era 2000-an terdapat penemuan situs tondowongso tepatnya awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri.
3.      Raja-Raja Kerajaan Kediri Airlangga
Airlangga (Bali, 990 - Belahan, 1049) atau sering pula ditulis Erlangga, adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, yang memerintah 1009-1042 dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Ananta wikramottunggadewa. Sebagai seorang raja, ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk mengubah Kakawin Arjunawiwaha yang menggambarkan keberhasilannya dalam peperangan. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala bagi kedua putranya. Nama Airlangga sampai saat ini masih terkenal dalam berbagai cerita rakyat, dan sering diabadikan di berbagai tempat di Indonesia.
1.      Samarawijaya (1042)
2.      Jayaswara (1104-1115)
3.      Bameswara (1115-1135)
4.      Jayabhaya (1135-1157)
5.      Sarweswara (1159-1169)
6.      Aryeswara (1169-1180/1181)
7.      Sri Gandhra (1181-1182)
8.      Kameswara (1182-1194)
9.      Kertajaya (1194-1222)
10.  Jayakatwang (1292-1293)
Dari Raja-Raja di atas, dapat diperoleh informasi, bahwa:
ü  Pendiri Kerajaan Kediri adalah Airlangga, dengan Raja Pertamanya adalah Samarawijaya.
ü  Raja terkenal di Kerajaan Kediri adalah Jayabhaya.
ü  Raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Kertajaya, namun berhasil dibangun kembali oleh Jayakatwang meskipun hanya bertahan satu tahun saja. Jadi bisa dikatakan juga bahwa raja terakhir Kerajaan Kediri adalah Jayakatwang.

4.      Kehidupan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang berdiri pada abad XI Masehi dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang didirikan oleh Mpu Sindok dari Dinasti Isyana. Kerajaan ini terletak di wilayah pedalaman Jawa Timur. Kerajaan ini merupakan hasil dari pembagian wilayah Kerajaan Medang Kamulan yang dibagi menjadi dua yakni Panjalu dan Jenggala. Nama Keraajaan Kediri sebelumnya adalah Panjalu.
Adapun kehidupan politik, agama, ekonomi, sosial dan budaya pada masa Kerajaan Kediri adalah sebagai berikut :

1)      Kehidupan Politik
Raja pertama Kediri adalah Samarawijaya. Selama menjadi Raja Kediri, Samarawijaya selalu berrselisih paham dengan saudaranya, Mapanji Garasakan yag berkuasa di Jenggala. Keduanya merasa berhak atas seluruh takhta Raja Airlangga (Kerajaan Medang Kamulan) yang meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Akhirnya perselisihan tersebut menimbulkan perang saudara yang berlangsung hingga tahun 1052. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Samarawijaya dan berhasil menaklukan Jenggala.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya. Saat itu wilayah kekuasaan Kediri meliputi seluruh bekas wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Selama menjadi Raja Kediri, Jayabaya berhasil kembali menaklukan Jenggala yanga sempat memberontak ingin memisahkan diri dari Kediri. Keberhasilannya tersebut diberitakan dalam prasasti Hantang yang beraangka tahun 1135.
Prasasti ini memuat tulisan yang berbunyi Panjalu jayati yang artinya Panjalu menang. Prasasti tersebut dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah dari Jayabaya untuk penduduk Desa Hantang yang setia pada Kediri selam perang melawan Jenggala.
Sebagai kemenangan atas Jenggala, nama Jayabaya diabadikan dalam kitab Bharatayuda. Kitab ini merupakn kitab yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Bharatayuda memuat kisah perang perbutan takhta Hastinapura antara keluarga Pandhawa daan Kurawa. Sejarah pertikaian anatar Panjalu dan Jenggala mirip dengan kisah tersebut sehingga kitab Bharatayuda dianggap sebagai legitimasi (klaim) Jayabaya untuk memperkuat kekuasaannya atas seluruh wilayah bekas Kerajaan Medang Kamulan.

2)      Kehidupan Agama
Masyarakat Kediri memiliki kehidupan agama yang sangat religius. Mereka menganut ajaran agama Hindu Syiwa. Hal ini terlihat dari berbagai peninggalan arkeolog yang ditemukan di wilayah Kediri yakni berupa arca-arca di candi Gurah dan Candi Tondowongso. Arca-arca tersebut menunjukkan latar belakang agama Hindu Syiwa. Para penganut agama Hindu Syiwa menyembah Dewa Syiwa, karena merekaa mempercayai bahwa Dewa Syiwa dapat menjelma menjadi Syiwa Maha Dewa (Maheswara), Dewa Maha Guru, dan Makala. Salah satu pemujaan yang dilakukan pendeta adalah dengan mengucapkan mantra yang disebut Mantra Catur Dasa Syiwa atau empat belas wujud Syiwa.

3)      Kehidupan Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan Kediri dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-barang yang diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Pedagang Kediri memiliki peran penting dalam perdagangan di wilyah Asia. Mereka memperkenalkan rempah-rempah diperdagangan dunia. Mereka membawa rempah-rempah ke sejumlah Bandar di Indonesia bagian barat, yaitu Sriwijay daan Ligor. Selanjutnya rempah-rempah dibawa ke India, Teluk Persia, Luat Merah. Komoditas ini kemudian diangkut oleh kapal-kapal Venesia menuju Eropa. Dengan demikian, melalui Kediri wilayah Maluku mulai dikenal dalam lalu lintas perdagangan dunia.

4)      Kehidupan Sosial Budaya
Pada masa pemerintahan Raja Jayabaya, struktur pemerintahan Kerajaan Kediri sudah teratur. Berdasarkan kedudukannya dalam pemerintahan, masyarakat Kedri dibedakan menjadi tiga golongan sebagai berikut :
ü  Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
ü  Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilyah thani (daerah).
ü  Golongan masyarakat nonpemerintah, yaitu golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi.
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada masa pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Selain itu Mpu Panuluh menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasrayaa. Selanjutnya pada masa pemerintahan Kameswara  muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu Triguna yang menulis kitab Kresnayana.

5)      Hasil Budaya
Adapun hasil budaya dari Kerajaan Kediri antara lain :
1)      Candi Penataran
2)      Candi Gurah
3)      Candi Tondowongso
4)      Arca Buddha Vajrasattva
5)      Prasasti Kamulan
6)      Prasasti Galunggung
7)      Prasasti Jaring
8)      Candi Tuban
9)      Prasasti Panumbangan
10)  Prasasti Talan

5.      Runtuhnya Kerajaan Kediri
Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya , terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok , akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam pertempuarn itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Setelah berhasil mengalah kan Kertanegara, Kerajaan Kediri bangkit kembali di bawah pemerintahan Jayakatwang. Salah seorang pemimpin pasukan Singasari, Raden Wijaya, berhasil meloloskan diri ke Madura. Karena perilakunya yang baik, Jayakatwang memperbolehkan Raden Wijaya untuk membuka Hutan Tarik sebagai daerah tempat tinggalnya. Pada tahun 1293, datang tentara Mongol yang dikirim oleh Kaisar Kubilai Khan untuk membalas dendam terhadap Kertanegara. Keadaan ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menyerang Jayakatwang. Ia bekerjasama dengan tentara Mongol dan pasukan Madura di bawah pimpinan Arya Wiraraja untuk menggempur Kediri. Dalam perang tersebut pasukan Jayakatwang mudah dikalahkan. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang Kerajaan Kediri.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kerajaan Kediri lahir dari pembagian Kerajaan Mataram oleh Raja Airlangga (1000-1049). Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi  dan Sungai Brantas. Tujuannya supaya tidak ada pertikaian. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, Ibu Kotanya Kahuripan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri, Madiun, dan Ibu Kotanya Daha. Samarawijaya sebagai pewaris sah Kerajaan Kediri.
Letak Kerajaan Kediri terdapat di Jawa Timur, berada di sebelah selatan sungai Brantas, Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang.

B.     SARAN
Kita sebagai penerima warisan (sejarah) hendaknya kita lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa lampau. Dengan demikian kita akan bisa menambah rasa patriotisme (cinta tanah air) yang sebagi pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa cinta tanah air, guna membangun Bangsa yang lebih baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA


ITA MASRUROH, 2014 Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Sekunci)
MELI HERLINA,2014 Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Batu Jaya)
MUHAMMAD ILYAS,2014 WWW.gogle.COM. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Bangunan)
WASITD,2014 Sejarah Umum. Rantau Durian I, MA. BAITUROHMAN (Sekunci)




No comments:

Post a Comment

Makalah Sewa Menyewa

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. serta sholawat dan salam kepada junjungan kita N abi besar...