Sunday 1 January 2017

STUDI KASUS KESULITAN BELAJAR ANAK


Studi Kasus Kesulitan Belajar Siswa Kelas  VII SMP Darussa’adah Teupin Raya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah, tentunya tidak jarang harus menangani siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Siswa-siswa yang sepertinya sulit sekali menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini.
Berdasarkan pengamatan pada saat proses belajar mengajar dan wawancara dari beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar, serta metode pembelajaran guru yang kurang memberikan porsi yang cukup untuk mengadakan tindakan khusus terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka fenomena tersebut menjadi bagian dari sitem pendidikan yang tak pernah lepas.
Dari hal tersebut di atas, maka pada penelitian yang berjudul “ Studi Kasus Kesulitan Belajar Siswa Kelas  VII SMP Darussa’adah Teupin Raya” ini memberikan kontribusi supaya mampu memberikan perubahan dan pengentasan masalah kesulitan belajar siswa.

B.     Identifikasi Masalah
Identifikasi penulis dalam penulisan studi kasus ini yaitu Kesulitan Belajar Siswa SMP Darussa’adah Teupin Raya.



C.    Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dalam penulisan studi kasus, dikarenakan skope pembahasannya yang luas maka penulis membuat batasan masalah hanya berkisar pada masalah : Kesulitan Belajar Siswa Kelas  VII SMP Darussa’adah Teupin Raya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Masalah Belajar 
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Kata mengatasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain diartikan “Menanggulangi” (Depdikbud,1991:1005). Sedangkan Kesulitan berarti “Keadaan yang sulit; sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud, 1991: 971).
Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana dikutip oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar, memberikan definisi belajar yaitu: “suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. (Dahan,1989:11).
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003).
Tidak seperti cacat fisik, kesulitan belajar tidak terlihat dengan jelas dan sering disebut ”hidden handicap”. Terkadang kesulitan ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya anak yang mengalami kesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang underachiever, pemalas, atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami perasaan frustrasi, marah, depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, 2001).
Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau distraktibilitas dan masalah emosional.

A.    Jenis-Jenis Masalah Belajar
Diantara banyak siswa di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun banyak pula yang dijumpai siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang mengalami nilai dan angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya dapat dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah belajar.
Seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Masalah belajar meliputi banyak aspek, Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut :
1.      Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2.      Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.
3.      Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.      Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5.      Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar
Kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

B.     Faktor penyebab Kesulitan Belajar
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :
1.      Faktor keturunan/bawaan
2.      Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur
3.      Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamilan.
4.      Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
5.      Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6.      Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.

C.    Karakteristik Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
a)      Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b)      Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c)      Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
d)     Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e)      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.


BAB III
STUDI KASUS ANAK KESULITAN BELAJAR

A.    Identifikasi Kasus
Penulis menagadakan penelitian dengan menggunakan metode wawancara dan menganalisa data khususnya kelas VII. Masih ada beberapa murid yang mengalami kesulitan belajar. Tentunya kesulitan belajar itu diakibatkan oleh beberapa faktor. Namun pada kesempatan kali ini penulis hanya akan mencoba mengambil sampel pada murid yang berada di kelas VII yaitu Muhammad Hafidh. Dimana murid ini memiliki masalah kesulitan belajar. Muhammad Hafidh memiliki kesulitan belajar Under Achiever.
Adapun sebab penulis menyimpulkan kesulitan belajar tersebut setelah melakukan analisis seperti yang dijelaskan berikut ini :
1.      Pengumpulan Data
Didalam pengumpulan data penulis memperoleh data tentang kesulitan belajar tersebut menggunakan metode observasi dan wawancara (interview) dengan wali kelas VII.
Dari jumlah keseluruhan murid sebenarnya kesulitan belajarnya tidak terlalu banyak hanya beberapa macam. Namun si Muhammad Hafidh ini memiliki masalah apalagi nilai murid tersebut sangat rendah. Kami juga telah memberikan beberapa layanan namun belum juga berhasil dan hasilnya nilai semester genap Tahun 2016/2017 ini juga belum memuaskan. Adapun data siswa yang di teliti yaitu :
a.       Siswa
Nama                           : Muhammad Hafidh
Tempat Tanggal Lahir : Meucat, 01 -06-2003
No Induk                     : 3237
Kelas                           : VII
Jenis Kelamin             : Laki-laki
Agama                        : Islam
Alamat Siswa             : Kp. Meucat Trienggadeng

b.      Orang Tua :
Ayah                 : Nurdin
Pekerjaan         : Petani
Ibu                   : Nilawati
Pekerjaan         : Ibu Rumah Tangga

2.      Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Penulis sudah memahami bahwa murid tersebut mengalami kesulitan belajar yang berbeda. Seperti yang disampaikan wali kelas VII, kami menyimpulkan bahwa :Muhammad Hafidh itu kesulitan belajarnya adalah Under Achiever yakni mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong diatas normal,tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

3.      Diagnosis
Setelah menyimpulkan masalah yang dialami murid tersebut.
Timbulnya masalah yang dihadapi Muhammad Hafidh disebabkan oleh faktor yaitu :
Setelah melihat data-data sendiri dan mendapat hasil home visit wali kelas, dapat dilihat bahwa latar belakang keluarga yang berasal dari Petani dan ibu hanya sebagai Ibu rumah tangga. Di rumah Muhammad Hafidh jarang diperhatikan belajarnya. Dan perhatian khusus kedua orang tuanya tentang perkembangan belajarnyapun jarang. Ibunya sendiri yang hanya di rumah sibuk ngurusin Rumah Tangga. Walaupun sebenarnya masih ada waktu banyak untuk meluangkan waktu untuk memperhatikan belajarnya Muhammad Hafidh, namun itupun tidak dilakukan. Selain kurang perhatian, keluarga Muhammad Hafidh juga sangat sederhana dan pas-pasan. Waktu home visite Ibunya menyampaikan sering minta dibelikan perlengkapan sekolah, namun karena tidak ada uang maka tidak diberikan.

4.      Prognosis
Setelah melakukan diagnosis kesulitan belajar murid tersebut, pihak sekolah melalui wali kelas telah melakukan beberapa hal yakni :
1)      Bimbingan Pribadi
2)      Kunjungan Rumah (home visit)

5.      Evaluasi dan Follow Up
Setelah memberikan beberapa macam layanan bimbingan. Pihak sekolah melakukan evaluasi bahwa anak tersebut harus mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya. Dan pihak sekolah selalu memberikan informasi kepada orang tua masing-masing terkait ada atau tidaknya perkembangan hasil belajar kepada murid tersebut.

B.     Layanan Yang Telah Diberikan
Dalam memberikan pemahaman demi kelancaran dan keberhasilan murid di SMP Darussa’adah Teupin Raya, pihak sekolah telah memberikan beberapa layanan, yaitu :
1.      Layanan Orientasi
Layanan orientasi ini diberikan pada saat permulaan awal masuk sekolah.
2.      Layanan Informasi
Layanan informasi ini diberikan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna bagi individu murid sebagai penunjang pembelajarannya di sekolah. Seperti menyampaikan aga murid menyiapkan buku tulis tiap bidang studi, jadwal belajar, dan lain-lain.
3.      Layanan Penempatan Penyaluran
Layanan ini telah dilakukan dengan menempatkan posisi tempat belajar yang sesuai.
4.      Layanan Pembelajaran
Layanan ini diberikan agar murid mampu melaksanakan kegiatan belajar dengan baik dan seoptimal mungkin, baik di sekolah maupun di rumah.
5.      Layanan Bimbingan Kelompok
6.      Wali kelas VII sewaktu-waktu memberikan layanan bimbingan kelompok pada muridnya. Hal ini bertujuan agar murid-murid memahami betapa pentingnya kerjasama dalam hal sosial. Membuat jadwal piket, dan struktur kelas.
7.      Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi ini dilakukan pihak sekolah kepada murid yang menagalami kesulitan belajar. Bimbingan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pemberian pengertian tentang masalah yang dihadapinya dan saran-saran untuk penyelesaian masalah belajarnya.

C.    Solusi
Setelah melakukan tahapan untuk menyimpulkan masalah kesulitan belajar pada Muhammad Hafidh, penulis menyarankan kepada wali kelas VII agar memberikan layanan kepada murid tersebut.
Untuk mengatasi siswa underachiever (Muhammad Hafidh), model trifokal yang diajukan Rimm  adalah salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mengatasi siswa yang underachiever. Model ini melibatkan individu sendiri, lingkungan rumah dan sekolah. Masing-masing pihak yang terlibat tersebut diikutsertakan dalam program trifokal ini, sehingga setiap orang yang diperkirakan berkontribusi terhadap masalah underachiever dapat menyelesaikan masalah anak dengan lebih komprehensif. Agar dapat mengatasi siswa underachiever dengan tepat, maka diperlukan intervensi yang berbeda pada setiap kasus karena menurut Hansford underachievement sangat spesifik pada individu masing-masing.
Underachievement adalah pola perilaku yang dipelajari dan tentunya dapat juga diubah dan untuk meningkatkan prestasi anak underachiever dapat dilakukan dengan membangun self-esteem, meningkatkan konsep diri, meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik, mengajari cara belajar (study skills), manajemen waktu dan mengatasi kekurangannya dalam hal akademik.


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis buat. Dapat disimpulkan bahwa murid di kelas VII SMP Darussa’adah Teupin Raya yang memiliki kesulitan belajar adalah Muhammad Hafidh. Dan cara menyelesaikan atau penanganan yang tepat terhadap kesulitan belajar tersebut adalah :
Muhammad Hafidh diberikan layanan model trifokal adalah salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mengatasi siswa yang underachiever. Model ini melibatkan individu sendiri, lingkungan rumah dan sekolah. Masing-masing pihak yang terlibat tersebut diikutsertakan dalam program trifokal ini, sehingga setiap orang yang diperkirakan berkontribusi terhadap masalah underachiever dapat menyelesaikan masalah anak dengan lebih komprehensif.

B.     Saran
Pada kesempatan ini, penulis akan menyampaikan beberapa saran :
a.       Kepada Sekolah
Secara umum penulis melihat bahwa tidak ada kesulitan belajar luar biasa pada murid, namun beberapa individu mempunyai beberapa masalah dalam belajarnya. Untuk itu kami menyarankan agar SMP Darussa’adah Teupin Raya, agar memiliki seorang guru pembimbing khusus. Hal ini agar bembingan belajar dapat difokuskan pada pembimbing tersebut.
b.      Kepada Guru Kelas
Kepada Guru Kelas, diharapkan agar dapat memberikan tahapan penyelesaian seperti yang kami gambarkan di atas. Tentunya hal itu akan berjalan efektif dengan kerjasama dengan pihak orangtua murid.
c.       Kepada Orangtua
Kepada kedua orang tua, agar dapat memberikan perhatian penuh kepada anaknya. Luangkanlah waktu untuk mengevaluasi hasil belajarnya di sekolah.
d.      Kepada Murid
e.       Untuk agar meningkatkan kualitas belajarnya dengan saran dari guru dan orangtua masing-masing.




DAFTAR PUSTAKA


Djumhur  I. dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance & Counseling), C.V. ILMU: Bandung. 1975
Warkitri. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika.
Siti Mardiyati.1994. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS.
Abin, S.M. 2002. Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Worung, E. J. I. Kasie dan Hermien Laksmiwati, Mencermati Masalah Keterampilan Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja Konselor Sekolah, Unesa Uneversity Press: Surabaya. 2005
Sunarta, Kelut. 2006. Verba Derivasional Bahasa Bolaang Mangandow. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.




No comments:

Post a Comment

Makalah Sewa Menyewa

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. serta sholawat dan salam kepada junjungan kita N abi besar...