Studi Kasus Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Darussa’adah Teupin Raya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan
dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa
yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru
dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa
ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya.
Sebagai seorang guru yang sehari-hari mengajar di sekolah,
tentunya tidak jarang harus menangani siswa-siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar. Siswa-siswa yang sepertinya sulit sekali menerima materi
pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang
membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti
ini.
Berdasarkan pengamatan pada saat proses belajar mengajar
dan wawancara dari beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar, serta
metode pembelajaran guru yang kurang memberikan porsi yang cukup untuk
mengadakan tindakan khusus terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka
fenomena tersebut menjadi bagian dari sitem pendidikan yang tak pernah lepas.
Dari hal tersebut di atas, maka pada penelitian yang berjudul
“ Studi Kasus Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Darussa’adah Teupin
Raya” ini memberikan kontribusi supaya mampu memberikan perubahan dan
pengentasan masalah kesulitan belajar siswa.
B.
Identifikasi Masalah
Identifikasi penulis dalam
penulisan studi kasus ini yaitu Kesulitan Belajar Siswa SMP Darussa’adah Teupin
Raya.
C.
Pembatasan Masalah
Untuk
mempermudah dalam penulisan studi kasus, dikarenakan skope pembahasannya yang luas maka penulis membuat batasan masalah
hanya berkisar pada masalah : Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP
Darussa’adah Teupin Raya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Masalah Belajar
Masalah
adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan ada pula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan
bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan
bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan
menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dari
definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan
sebagai berikut :
“Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Kata mengatasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara
lain diartikan “Menanggulangi” (Depdikbud,1991:1005). Sedangkan Kesulitan
berarti “Keadaan yang sulit; sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud, 1991:
971).
Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana
dikutip oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar,
memberikan definisi belajar yaitu: “suatu proses dimana organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman”. (Dahan,1989:11).
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan
kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki
ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan
dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan
perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement,
dalam Weiner, 2003).
Tidak seperti cacat fisik, kesulitan belajar tidak terlihat
dengan jelas dan sering disebut ”hidden
handicap”. Terkadang kesulitan ini tidak disadari oleh orangtua dan guru, akibatnya
anak yang mengalami kesulitan belajar sering diidentifikasi sebagai anak yang
underachiever, pemalas, atau aneh. Anak-anak ini mungkin mengalami perasaan
frustrasi, marah, depresi, cemas, dan merasa tidak diperlukan (Harwell, 2001).
Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian
kesulitan belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang
bermanifestasi sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau
distraktibilitas dan masalah emosional.
A.
Jenis-Jenis Masalah Belajar
Diantara
banyak siswa di sekolah ada siswa yang berprestasi, namun banyak pula yang
dijumpai siswa yang gagal. Secara umum, siswa-siswa yang mengalami nilai dan
angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan
sebagainya dapat dianggap sebagai siswa yang mengalami masalah belajar.
Seseorang
siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak
berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Masalah belajar meliputi
banyak aspek, Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar
sebagai berikut :
1.
Keterampilan Akademik
Keadaan siswa yang
diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal.
2.
Keterampilan dalam Belajar
Keadaan siswa yang
memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk
memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi.
3.
Sangat Lambat dalam Belajar
Keadaan
siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan
untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.
Kurang Motivasi dalam Belajar
Keadaan
siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan
malas.
5.
Bersikap dan Berkebiasaan Buruk
dalam Belajar
Kondisi
siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan
yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
B.
Faktor penyebab Kesulitan Belajar
Ada
beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil
riset (Harwell, 2001), yaitu :
1.
Faktor keturunan/bawaan
2.
Gangguan semasa kehamilan, saat
melahirkan atau prematur
3.
Kondisi janin yang tidak menerima
cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok, menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama
masa kehamilan.
4.
Trauma pasca kelahiran, seperti
demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah tenggelam.
5.
Infeksi telinga yang berulang pada
masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem
imun yang lemah.
6.
Awal masa kanak-kanak yang sering
berhubungan dengan aluminium, arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.
C.
Karakteristik Kesulitan Belajar
Dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah
karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat
menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami
kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam
belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan
oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat
bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Kesulitan
belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction;
(c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari
masing-masing pengertian tersebut.
a)
Learning Disorder atau kekacauan belajar
adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi
dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh
adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
b)
Learning Disfunction merupakan gejala
dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun
sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang
yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet
bola volley, namun karena tidak
pernah dilatih bermain bola volley,
maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
c)
Under Achiever mengacu kepada siswa yang
sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah
dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul
(IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat
rendah.
d)
Slow Learner atau lambat belajar adalah
siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang
lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
e)
Learning Disabilities atau ketidakmampuan
belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
BAB III
STUDI KASUS ANAK KESULITAN
BELAJAR
A.
Identifikasi Kasus
Penulis menagadakan penelitian dengan menggunakan metode
wawancara dan menganalisa data khususnya kelas VII. Masih ada beberapa murid
yang mengalami kesulitan belajar. Tentunya kesulitan belajar itu diakibatkan
oleh beberapa faktor. Namun pada kesempatan kali ini penulis hanya akan mencoba
mengambil sampel pada murid yang berada di kelas VII yaitu Muhammad Hafidh.
Dimana murid ini memiliki masalah kesulitan belajar. Muhammad Hafidh memiliki
kesulitan belajar Under Achiever.
Adapun sebab penulis menyimpulkan kesulitan belajar
tersebut setelah melakukan analisis seperti yang dijelaskan berikut ini :
1.
Pengumpulan Data
Didalam pengumpulan data penulis memperoleh data tentang
kesulitan belajar tersebut menggunakan metode observasi dan wawancara (interview) dengan wali kelas VII.
Dari jumlah keseluruhan murid sebenarnya kesulitan
belajarnya tidak terlalu banyak hanya beberapa macam. Namun si Muhammad Hafidh
ini memiliki masalah apalagi nilai murid tersebut sangat rendah. Kami juga
telah memberikan beberapa layanan namun belum juga berhasil dan hasilnya nilai
semester genap Tahun 2016/2017 ini juga belum memuaskan. Adapun data siswa yang
di teliti yaitu :
a.
Siswa
Nama : Muhammad
Hafidh
Tempat Tanggal Lahir : Meucat,
01 -06-2003
No Induk : 3237
Kelas : VII
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Alamat Siswa : Kp.
Meucat Trienggadeng
b.
Orang Tua :
Ayah : Nurdin
Pekerjaan : Petani
Ibu : Nilawati
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
2.
Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data melalui observasi dan
wawancara. Penulis sudah memahami bahwa murid tersebut mengalami kesulitan
belajar yang berbeda. Seperti yang disampaikan wali kelas VII, kami
menyimpulkan bahwa :Muhammad Hafidh itu kesulitan belajarnya adalah Under Achiever yakni mengacu kepada
siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong
diatas normal,tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
3.
Diagnosis
Setelah menyimpulkan masalah yang dialami murid tersebut.
Timbulnya masalah yang dihadapi Muhammad Hafidh disebabkan
oleh faktor yaitu :
Setelah melihat data-data sendiri dan mendapat hasil home visit wali kelas, dapat dilihat
bahwa latar belakang keluarga yang berasal dari Petani dan ibu hanya sebagai Ibu
rumah tangga. Di rumah Muhammad Hafidh jarang diperhatikan belajarnya. Dan
perhatian khusus kedua orang tuanya tentang perkembangan belajarnyapun jarang.
Ibunya sendiri yang hanya di rumah sibuk ngurusin Rumah Tangga. Walaupun
sebenarnya masih ada waktu banyak untuk meluangkan waktu untuk memperhatikan
belajarnya Muhammad Hafidh, namun itupun tidak dilakukan. Selain kurang
perhatian, keluarga Muhammad Hafidh juga sangat sederhana dan pas-pasan. Waktu home visite Ibunya menyampaikan sering
minta dibelikan perlengkapan sekolah, namun karena tidak ada uang maka tidak
diberikan.
4.
Prognosis
Setelah melakukan diagnosis kesulitan belajar murid
tersebut, pihak sekolah melalui wali kelas telah melakukan beberapa hal yakni :
1)
Bimbingan Pribadi
2)
Kunjungan Rumah (home visit)
5.
Evaluasi dan Follow Up
Setelah memberikan beberapa macam layanan bimbingan. Pihak
sekolah melakukan evaluasi bahwa anak tersebut harus mendapatkan perhatian
penuh dari kedua orang tuanya. Dan pihak sekolah selalu memberikan informasi
kepada orang tua masing-masing terkait ada atau tidaknya perkembangan hasil
belajar kepada murid tersebut.
B.
Layanan Yang Telah Diberikan
Dalam
memberikan pemahaman demi kelancaran dan keberhasilan murid di SMP Darussa’adah
Teupin Raya, pihak sekolah telah memberikan beberapa layanan, yaitu :
1.
Layanan Orientasi
Layanan orientasi ini
diberikan pada saat permulaan awal masuk sekolah.
2.
Layanan Informasi
Layanan informasi ini
diberikan untuk membekali siswa dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman
tentang berbagai hal yang berguna bagi individu murid sebagai penunjang
pembelajarannya di sekolah. Seperti menyampaikan aga murid menyiapkan buku
tulis tiap bidang studi, jadwal belajar, dan lain-lain.
3.
Layanan Penempatan Penyaluran
Layanan ini telah
dilakukan dengan menempatkan posisi tempat belajar yang sesuai.
4.
Layanan Pembelajaran
Layanan ini diberikan
agar murid mampu melaksanakan kegiatan belajar dengan baik dan seoptimal
mungkin, baik di sekolah maupun di rumah.
5.
Layanan Bimbingan Kelompok
6.
Wali kelas VII sewaktu-waktu
memberikan layanan bimbingan kelompok pada muridnya. Hal ini bertujuan agar
murid-murid memahami betapa pentingnya kerjasama dalam hal sosial. Membuat
jadwal piket, dan struktur kelas.
7.
Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi ini
dilakukan pihak sekolah kepada murid yang menagalami kesulitan belajar.
Bimbingan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pemberian pengertian
tentang masalah yang dihadapinya dan saran-saran untuk penyelesaian masalah
belajarnya.
C.
Solusi
Setelah
melakukan tahapan untuk menyimpulkan masalah kesulitan belajar pada Muhammad
Hafidh, penulis menyarankan kepada wali kelas VII agar memberikan layanan
kepada murid tersebut.
Untuk
mengatasi siswa underachiever (Muhammad
Hafidh), model trifokal yang diajukan Rimm adalah salah satu pendekatan
yang paling komprehensif untuk mengatasi siswa yang underachiever. Model ini melibatkan individu sendiri, lingkungan
rumah dan sekolah. Masing-masing pihak yang terlibat tersebut diikutsertakan
dalam program trifokal ini, sehingga setiap orang yang diperkirakan
berkontribusi terhadap masalah underachiever
dapat menyelesaikan masalah anak dengan lebih komprehensif. Agar dapat
mengatasi siswa underachiever dengan
tepat, maka diperlukan intervensi yang berbeda pada setiap kasus karena menurut
Hansford underachievement sangat
spesifik pada individu masing-masing.
Underachievement adalah pola
perilaku yang dipelajari dan tentunya dapat juga diubah dan untuk meningkatkan
prestasi anak underachiever dapat
dilakukan dengan membangun self-esteem,
meningkatkan konsep diri, meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik,
mengajari cara belajar (study skills),
manajemen waktu dan mengatasi kekurangannya dalam hal akademik.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis buat. Dapat
disimpulkan bahwa murid di kelas VII SMP Darussa’adah Teupin Raya yang memiliki
kesulitan belajar adalah Muhammad Hafidh. Dan cara menyelesaikan atau
penanganan yang tepat terhadap kesulitan belajar tersebut adalah :
Muhammad Hafidh diberikan layanan model trifokal
adalah salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mengatasi siswa
yang underachiever. Model ini
melibatkan individu sendiri, lingkungan rumah dan sekolah. Masing-masing
pihak yang terlibat tersebut diikutsertakan dalam program trifokal ini,
sehingga setiap orang yang diperkirakan berkontribusi terhadap masalah underachiever dapat menyelesaikan
masalah anak dengan lebih komprehensif.
B.
Saran
Pada kesempatan ini, penulis akan menyampaikan beberapa
saran :
a.
Kepada Sekolah
Secara umum penulis melihat bahwa tidak ada kesulitan belajar luar
biasa pada murid, namun beberapa individu mempunyai beberapa masalah dalam
belajarnya. Untuk itu kami menyarankan agar SMP Darussa’adah Teupin Raya, agar
memiliki seorang guru pembimbing khusus. Hal ini agar bembingan belajar dapat
difokuskan pada pembimbing tersebut.
b.
Kepada Guru Kelas
Kepada Guru Kelas, diharapkan agar dapat memberikan tahapan
penyelesaian seperti yang kami gambarkan di atas. Tentunya hal itu akan
berjalan efektif dengan kerjasama dengan pihak orangtua murid.
c.
Kepada Orangtua
Kepada kedua orang tua, agar dapat memberikan perhatian penuh kepada
anaknya. Luangkanlah waktu untuk mengevaluasi hasil belajarnya di sekolah.
d.
Kepada Murid
e.
Untuk agar meningkatkan kualitas
belajarnya dengan saran dari guru dan orangtua masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Djumhur I. dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
(Guidance & Counseling), C.V. ILMU: Bandung. 1975
Warkitri. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar.
Jakarta : Karunika.
Siti Mardiyati.1994. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta :
Penerbit UNS.
Abin, S.M. 2002. Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Worung, E. J. I. Kasie dan Hermien
Laksmiwati, Mencermati Masalah
Keterampilan Melaksanakan Studi Kasus Wujud Kinerja Konselor Sekolah, Unesa
Uneversity Press: Surabaya. 2005
Sunarta, Kelut. 2006. Verba Derivasional Bahasa Bolaang Mangandow.
Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
No comments:
Post a Comment