PERKEMBANGAN
KREATIVITAS ANAK USIA DINI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Semua
anak, khususnya anak sekolah dasar menampakkan kesenangan belajar dan bahkan
mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin tahu mereka yang sangat
tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan dengan
kemampuan dan dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu
secara kreatif. Mereka senang bermain boneka, pistol-pistolan dan berbagai
macam alat permainan lainnya yang mereka ciptakan melalui bahan alami seperti
daun singkong untuk membuat boneka wayang, dan dahan pisang untuk membuat
pistol-pistolan. Mereka cenderung meniru dan mencoba apa yang mereka lihat dan
ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang banyak, walaupun
mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan mencapai cita-cita
mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.
Mereka
juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat
menyenangi belajar, seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat
dan ingin belajar, dan lebih dari itu, mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya
dan sesegera mungkin. Oleh karena itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk belajar kreatif sebanyak dan selekas mungkin.
Caranya adalah dengan membuat situasi belajar yang menarik dan sekreatif
mungkin sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif seperti yang
dilakukan oleh gurunya. Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena
dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi
pribadi-pribadi yang kreatif.
Perilaku
kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya
dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif, di samping
pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah
yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini
disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya literatur yang membahas
secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya-upaya
pengembangannya khususnya di sekolah dasar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, maka penyusun dapat memberikan rumusan masalah-masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini. Antara lain :
1.2.1
Pengertian kreativitas;
1.2.2
Unsur-Unsur Kreativitas
1.2.3
Ciri-ciri kreativitas;
1.2.4
Faktor pendukung dan penghambat
kreativitas anak usia dini;
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat
menyimpulkan tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.3.1
Pertama-tama tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah perkembangan peserta
didik;
1.3.2
Mahasiswa mengetahui dan memahami
pengertian kreativitas;
1.3.3
Mahasiswa mengetahui dan memahami
Unsur-Unsur Kreativitas;
1.3.4
Mahasiswa mampu mengklasifikasikan
ciri-ciri kreativitas;
1.3.5
Mahasiswa mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mendukung dan menghambat kreativitas anak usia dini;
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas
Secara
alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, jasmani,
kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu,
setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar, untuk dapat berfikir
kereatif dan produktif. (Ahmad Susanto, 2011 : 111) Kreativitas menurut kamus
besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar kreatif, yaitu memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu. (Trisno Yuwono, 2003 : 330)
Menurut
Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin dan Herdianto, kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau
unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga diartikan dengan kemampuan yang
berdasarkan data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana pendekatannya adalah pada kuantitas dan
keragaman jawaban. Secara operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai
kemampuan yang mencerminkan kelancaran keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. (Syafaruddin dan
Herdianto, 2011 : 87) Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang
kreativitas adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri. Menurut
psikolog humanistik, Abraham Maslow
dan Carl Rogers dikutip oleh Utami Munandar
menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabilas
eseorang menggunakan semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu
menjadi, mengaktualisasikan, atau mewujudkan potensinya. Menurut Maslow
aktualisasi diri merupakan karakteristik yang fundamental, suatu potensialitas
yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi sering hilang,
terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan. Jadi sumber dari kreativitas
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan
untuk berkembang dan menjadi matang. (Utami Munandar, 1999 : 19)
Menurut
Harris seperti dikutip oleh Hamdani mengemukakan bahwa kreativitas
dapat ditinjau dari (3) hal, yaitu :
a.
Krativitas adalah suatu kemampuan,
yaitu kemampuan untuk membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru,
kemampuan untuk membangun ide-ide baru dengan mengombinasikan, mengubah,
menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada;
b.
Kreativitas adalah suatu sikap,
yaitu kemauan untuk menerima perubahan dan pembaharuan, bermain dengan
ide dan memiliki fleksibilitas dalam pandangan;
c.
Krativitas adalah suatu
proses, yaitu proses bekerja keras dan terus menerus sedikit demi sedikit
untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaan yang
dilakukan. (Hamdani, 2002 : 2)
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa serta
menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan. (Semiawan,
1999 : 89).
Dari beberapa defenisi oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
yang berbeda dari sebelumnya, baik berupa gagasan atau karya nyata dengan
menggabung-gabungkan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal baru disini
adalah sesuatu yang belum diketahui olehnya, meskipun hal itu merupakan hal
yang tidak asing lagi bagi orang lain, dan bukan hanya dari yang tidak menjadi
ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
Pada
umumnya kreativitas dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu :
·
Pribadi (person), yaitu
kreativitas mengacu kepada kemampuan yang merupakan cirri/karakteristik dari
orang-orang kreatif. Maksudnya, kreativitas merupakan ungkapan unik dari
seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap, dan
perilakunya;
·
Proses (process), yaitu
kreativitas merupakan proses yang mencerminkan kelancaran dalam berfikir;
·
Pendorong (press), yaitu inisiatif
seseorang yang tercermin melalui kemampuannya untuk melepaskan diri dari urutan
pikiran yang biasa;
·
Produk, (product), yaitu kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu yang baru. (Ahmad Susanto, 2011 : 112-113)
2.2 Unsur Kreatifitas
Banyak
orang yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan
kemampuan bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena daya kreatifitas
ditentukan oleh perpaduan beberapa unsur berikut:
2.2.1
Kemampuan Berpikir Kritis
Kreatifitas sangat ditentukan oleh kemampuan berpikir kritis tidak
merasa puas dengan apa yang ada. Ia ingin mencari sesuatu yang lain daripada
yang telah ada. Dengan berpikir kritis, jiwa akan hidup karena didorong terus
untuk mencari dan mencari. Dengan berpikir kritis orang dituntut untuk mencari
kemungkinan-kemungkinan lain, hubungan-hubunganbaru dan cara-cara baru.
2.2.2
Kepekaan Emosi
Selain berpikir kritis, kepakaan emosi juga sangat perlu agar seseorang
dapat menangkap dan merassakan sesuatu yang samar dari apa yang ada
disekitarnya.
2.2.3
Bakat
Bakat dapat memperkuat daya kreativitas seseorang, tetapi bukan satu-satunya
unsur yang menentukan. Jika demikian, orang yang berbakat menulis akan lebih
berhasil dalam menulis dibanding dengan orang yang kurang atau tidak berbakat.
Namun demikian seorang yang kreatif tidak hanya mengandalkan bakatnya saja
sebab bakat ibarat bara api. Apabila tidak dikipasi akan memberikan panas yang
luar biasa jadi agar berarti, bakat harus dilatih dan diasah.
2.2.4
Daya Imajinasi
Kreativitas menuntut daya imajinasi yang tinggi. Dengan daya imajinasi
seseorang dapat menciptakan sebuah gambaran utuh dan lengkap dalam fantasinya,
serta mampu mengasosiasikan segala sesuatu yang dilihat, dicium, dirasa,
didengar atau dirabahnya.
2.3 Ciri-ciri Kreativitas
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki
minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan
remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka
lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak
pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,
penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari
orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan
pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang
inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari
tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka
tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan mereka.
Thomas Edison seperti yang dikutip oleh Utami
Munandar mengatakan bahwa dalam melakukan percobaan ia mengalami
kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil dengan penemuan bola lampu
yang bermakna bagi seluruh umat manusia. Pribadi yang kreatif biasanya
lebih teroganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal
mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan
maslah yang mungkin timbul dan implikasinya. (Utami Munandar, 2004: 35).
Adapun
ciri-ciri kreativitas ada (3) macam yaitu :
a.
Kefasihan, yaitu kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan beberapa alternatif
jawaban yang benar;
b.
Fleksibilitas, yaitu kemampuan
siswa menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan beberapa cara;
c.
Kebaruan, yaitu kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah terbuka (open ended) dengan beberapa jawaban yang
berbeda tetapi bernilai benar dan satu jawaban yang tidak biasa
dilakukan siswa pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya.
(Hamdani, 2002 : 4)
Menurut Guilford dikutip oleh Ahmad Susanto bahwa ada lima
sifat yang menjadi ciri-ciri berfikir kreatif, yakni :
·
Kelancaran, ialah kemampuan untuk
menghasilkan banyak gagasan;
·
Keluwesan, ialah kemampuan untuk
mengemukakan bermacam-macam pemecahan masalah;
·
Keaslian, ialah kemampuan untuk
memecahkan dengan cara yang asli;
·
Penguraian, ialah kemampuan untuk
menguraikan sesuatu dengan diperinci, secara jelas, dan panjang lebar;
·
Perumusan kembali, ialah
kemampuanuntuk meninjau sesuatu persoalan berdasarkan persfektif yang berbeda
dengan apa yang telah diketahui oleh banyak orang. (Ahmad Susanto, 2011 hal :
117-118)
Menurut Williams yang dikutip oleh Utami Munandar (Utami
Munandar, 1999 : 88) ada dua ciri-ciri kreativitas, yaitu :
a.
Kognitif, yaitu kreativitas
yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif. Ada beberapaciri-ciri
kreativitas ditinjau dari kognitif, yaitu :
·
Kemampuan berpikir secara
lancar (fluency);
·
Kemampuan berpikir
luwes (flexibelity);
·
Kemampuaan
berfikir orisinilitas;
·
Kemampuan menilai;
·
Kemampuan memperinci/mendalam
(elaboration).
b.
Afektif, yaitu ciri-ciri afektif
dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap mental atau
perasaan individu. Ciri-ciri afektif ini saling berhubungan dan saling
mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Ada beberapa ciri-ciri afektif,
yaitu:
·
Rasa ingin tahu;
·
Bersifat imajinatif;
·
Merasa tertantang oleh
kemajemukan;
·
Sifat berani mengambil resiko
(tidak takut membuat kesalahan)
·
Sifat menghargai.
Dalam kaitannya dengan kreativitas pada anak usia dini,
Ihat Hatimah seperti dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa bentuk
kretivitas pada anak usia dini, yaitu :
a.
Gagasan/berpikir kreatif, yang
meliputi :
·
Berfikir luwes;
·
Berfikir orisinal;
·
Berpikir terperinci;
·
Berpikir menghubungkan.
b.
Aspek sikap, yang meliputi :
·
Rasa ingin tahu;
·
Ketersediaan untuk menjawab;
·
Keterbukaan;
·
Percaya diri;
·
Berani mengambil resiko.
c.
Aspek karya, yang meliputi :
·
Permainan;
·
Karangan. (Ahmad Susanto, 2011 :
121-122)
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki
minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan
remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka
lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak
pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting
dasn disukai , mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang
lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan pendapat
mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif
berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi.
Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepat
putus asa dalam mencapai tujuan mereka.
2.4 Faktor Pendukung dan
Penghambat Kreativitas Anak
Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang
dapat dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat faktor-faktor
yang mendudukung dalam menumbuhkan kembangkan kreativitas juga ada
faktor-faktor yang menghambat kreativitas seorang anak.
2.4.1
Faktor Pendukung Kreativitas Anak
Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang
hanya dimiliki individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan
bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan
dari lingkungan Menurut Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa
faktor yang dapat mendorong dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :
·
Waktu, kegiatan anak seharusnya
jangan diatur sedemikian rupa, sehingga hanya sedikit waktu yang bisa mereka
gunakan untuk membuat suatu gagasan atau konsep;
·
Kesempatan menyendiri, hanya
apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi
kreatif;
·
Dorongan terlepas dari seberapa
jauh prestasi anak, maksudnya untuk menjadi anak yang kreatif mereka harus
bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali dilontarkan pada anak yang
tidak kreatif;
·
Sarana, sarana bermain atau sarana
lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan
eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas;
·
Lingkungan yang merangsang,
lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas anak;
·
Hubungan anak dan orang tua yang
tidak posesif, artinya orang tua yang tidak terlalu posesif akan mendorong
kemandirian anak;
·
Cara mendidik anak, mendidik anak
secara demokratis baik dirumah dan disekolah akan meningkatkan kreativitas
anak;
·
Kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Makin banyak pengetahuan
yang dikuasai, maka semakin baik kreativitas anak. (Ahmad Susanto, 2012 : 124)
Utami Munanadar mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mendukung kreativitas adalah :
·
Usia;
·
Tingkat pendidikan orang tua;
·
Tersedianya fasilitas;
·
Penggunaan waktu luang
Selain itu faktor yang mendukung kreativitas menurut Seto,
seorang ahli pendidikan anak mengatakan bahwa upaya mengembangkan kreativitas
anak dapat dilakukan dengan menggunakan strategi 4P, yakni dengan melihat
kreativitas sebagai produk, pribadi, proses, dan pendorong.(Utami Munandar,
1999 : 19)
Selain itu, ada (4) faktor pendukung pengembangan
kreativitas anak, yaitu :
·
Rangsangan mental, dengan
memberikan motivasi, penguatan, dan menerima kekurangan dan kelebihan
anak, anak merasa percaya diri untuk mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu
secara spontan;
·
Iklim dan kondisi lingkungan,
lingkungan yang kondusif akan mengembangkan kreatifitas anak, seperti
pencahayaan yang cukup, warna-warna yang cerah, terdapat hiasan-hiasan dinding,
musik, aroma;
·
Peran guru, guru menjadi orang tua
kedua bagi anak, sudah selayaknya guru memberikan yang terbaik pada anak.
Seperti guru melakukan inovasi-inovasi untuk mengembangkan kreativitas anak;
·
Peran orang tua, orang tua
memiliki peranan yang penting terhadap pengembangan kreativitas anak. Dengan
menghargai setiap hasil karya anak, anak menjadi berani dan percaya diri untuk
belajar terhadap lingkungannya. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)
2.4.2
Faktor Penghambat Kreativitas Anak
Menurut Renzulli dalam Ahmad Susanto mengemukakan tiga
ciri pokok yang saling terkait serta merupakan kriteria atau persyaratan anak
yang berbakat. Yaitu, kemampuan umum, kreativita, dan pengikatan diri terhadap
tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad Susanto, 2011 : 125) Dalam mengembangkan
kreativitas, seorang dapat mengalami berbagai hambatan, kendala atau rintangan
yang dapat merusak dan bahkan dapat mematikan kreativitasnya. Masalahnya ialah
bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan potensinya, sering kita
menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan atau kekerasan
tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan
aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara
berlebih. Ada empat hal yang mematikan kreativitas, yaitu:
Ø
Evaluasi
Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk
memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi,
atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik
berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas
anak.(Utami Munandar, 2004 : 223) Selain itu kritik atau penilaian sepositif
apapun meskipun berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian
itu memusatkan perhatian pada harapan akan dinilai.
Ø
Hadiah
Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau
meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat
merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.
Ø
Persaingan (Kompetisi)
Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara
tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi
apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa
lain da bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.
Ø
Lingkungan yang Membatasi
Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan.
Sebagai anak ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan
pada disiplin dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus
dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya
dengan tepat, pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilangkan
minatnya terhadap ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru
berumur lima tahun ia amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan
kompas kepadanya. Contoh ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar
dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik
dapat dirusak. (Utami Munandar, 2004 : 223-224)
Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa
krakteristik guru yang cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak,
anatara lain :
·
Penekanan bahwa guru selalu benar;
·
Penekanan berlebihan pada hafalan;
·
Penekanan pada belajar secara
mekanis;
·
Penekanan pada evaluasi eksternal; penekanan secara ketat untuk menyelesaikan pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 :
126)
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan
dan tindakan anak dengan berbagai polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi
kreativitas anak kerap menimbulkan efek kurang berkenan bagi orang tua.
Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek kertas karena takut rumah jadi
kotor, atau berteriak saat anak main pasir karena takut anak terkena kuman.
Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat
suka mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan
sebagainya. Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu
contoh dari sekian banyak faktor yang menghambat kreativitas seorang anak.
(Hudiani Jannah, 12,11,2012)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Seperti
yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki
minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan
remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka
lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak
pada umumnya. Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi,
dapat melihat masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk
bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
3.2 Kritik dan Saran
Berdasarkan kenyataan di lapangan, kita dapat menemukan
beberapa pengajar yang masih kurang memperhatikan pengembangan kreativitas anak
didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon pendidik masa depan harus
mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran yang merujuk pada
pengembangan kreativitas anak-anak didik dengan berbagai teori dan
peran-perannya yang telah penulis ungkapkan pada makalah ini demi kemajuan
kreativitas anak-anak bangsa dimasa yang akan datang.
Dari hasil makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Dan segala yang baik
datangnya dari Allah, dan yang buruk datangnya dari diri
saya. Penyusun sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna,
masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harapkan saran dan kritik
nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan karya ilmiah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia
Dini, Jakarta : Kencana, 2011.
Syafaruddin & Herdianto, Pendidikan Pra
Skolah, Medan : Perdana Publishing, 2011.
Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas
Anak Sekolah , Jakarta : Gramedia Pustaka, 1999.
Semiawan, Conny R, Perkembangan dan Belajar Peserta
Didik, Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1999.
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta
: Asdi Mahasatya, 2004
Yuwono, Trisno, Kamus lengkap Bahasa Indonesia,
Surabaya: Arkola, 2003
Hamdani, Asep Saepul, Pengembangan Kreativitas,
Jakarta : Pustaka As-Syifa, 2002.
Lia Hudiani Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat
Kreativitas anak, dikutip dari http://pkaud.blogspot.com/ di akses pada tanggal 12-11-2012
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
ReplyDeleteHarrah's Cherokee Casino & Hotel - Use this simple form to find hotels, 여주 출장마사지 motels, and other 김해 출장샵 lodging near 전라남도 출장마사지 Harrah's Cherokee Casino 여수 출장샵 & Hotel 성남 출장안마 in Cherokee, NC.