BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebanarnya
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar.
Kesadaran manusia itulah dapat disimpulkan dari kemampuannya
untuk berfikir, berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya, manusia
mendapatkan (ilmu) pengetahuan. Dengan kehendaknya, manusia mengarahkan
prilakunya. Dan dengan perasaanya pula, manusia dapat mencapai kesenangan.
Perbedaan mendasar
antara manusia dengan makhluk lain (hewan) ialah, manusia diberikan kelebihan
akal dan pikiran (ide) untuk merenungkan segala bentuk persoalan (keadaan)
dalam hidupnya. Manusia dapat memecahkan dan menjelaskan kehidupan dunia
sekelilingnya, antara dunia subjektif dan dunia objektif. Dalam hubungan antara
pikiran atau ide manusia dan keadaan (materi) atau kenyataan di sekelilingnya itu,
sudah tentu banyak terdapat persoalan. Tetapi di antaranya, yang paling pokok
dan mendasar adalah antara pikiran dan keadaan atau antara ide dan materi, yang
manakah yang lebih dahulu. Ini menjadi masalah yang terpokok dan paling
mendasar, karena setiap sistem filsafat atau pandangan dunia, mau tak mau harus
menjawab hal ini. Dan jawabannya adalah menjadi pangkal tolak pandangan
filsafatnya.
Kata filsafat ini
sebenarnya berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bisa dipikirkan oleh
manusia. Bahkan tidak akan pernah ada habisnya, karena mengandung dua
kemungkinan, yaitu proses berpikir dan hasil berpikir. Filsafat dalam arti
pertama adalah jalan yang ditempuh untuk memecahkan masalah. Sedangkan, pada
pengertian kedua, merupakan rangkaian kesimpulan yang diperoleh dari hasil
pemecahan atau pembahasan masalah. Filsafat dari segi bahasa, pada
hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). Tetapi, tidak semua proses
berpikir disebut filsafat. Manusia yang berpikir, dapat diketahui dalam
kehidupan sehari-hari.
Persoalanya kemudian,
bagaimana ketika pemikiran filsafat ini diarhkan untuk membangun Ilmu-Ilmu
Social. Tentunya akan sanggat mendukung dapat memberi nilai manfaat terhadap
proses berfikir ilmiah, dapat pula terdapat hasil berfikir ilmiah. Pemikian
Filsafat dalam kaitainya dengan ilmu sosial ini, merupakan salah satu cabang
ilmu yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan secara kritis, radikal
dan komprehensif. Peran filsafat sosial dalam ranah kehidupan sosial harus
berpartisipasi dalam melayani manusia. Karena itu para ilmuan sosial harus
menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka melayani. Filsafat sosial harus
menolak pemisahan antara teori dan praktek, dan semua praktek dan teori harus
didiskusikan. Kepentingan praktek bagi ilmuan sosial adalah untuk membebaskan
manusia dari ketertindasan dengan demikian posisi mereka sebagai manusia dapat
berubah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan mendasar dalam
penulisan Makalah ini yaitu:
1.
Apa itu filsafat?
2.
Fungsi dan peranan Filsafat ?
3.
Bagimana Pemikiran Filsafat Dalam Membangun
Ilmu-Ilmu Social?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.
Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan
untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:
1.
Apa itu filsafat?
2.
Fungsi dan peranan Filsafat ?
3.
Pemikiran Filsafat Dalam Membangun Ilmu-Ilmu
Social ?
4.
Memenuhi tugas perdana martikulasi pada
matakuliah Tinjauan Filsafat Dalam Pelaksanaan Penelitian Ilmu-Ilmu Social.
2.
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini
yaitu Sebagai penambah bahan bacan dan pengetahuan terutama bagi penulis
sebagai proses mempelajari filsafat dan kaitanya dengan ilmu-ilmu social. Serta
dapat menamba pengetahuan bagi siapa saja yang hendak mempelajari filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat
Kata Filsafat berasal dari kata-kata Yunani,
yakni Philo dan Sophia. Philo artinya cinta yang dalam mana
luas diartikan sebagai keingitahuan yang mendalam,
sedangkan Sophiaartinya, kebijaksanaan atau kepandaian. Sehingga
disimpulkan bahwa orang yang mempelajari filsafat adalah seseorang pencinta
kebijaksanaan yang tidak pernah puas akan suatu ilmu pengetahuan dan
mengganggap kebenaran itu tidak akan perah final. Ia terus berusaha mencari
kebenaran hingga ke akar-akarnya.
Secara
singkat dan sederhana yang dimaksud filsafat adalah: seluruh pandangan
manusia terhadap dunia keseluruhanya baik alam maupun pikiran. Dengan kata
lain, belajar filsafat berarti belajar tentang dasar atau pangkal pandangan
kita terhadap gejala-gejala alam, masyarakat dan pikiran. Setiap manusia
mempunyai pandangan–pandangan tertentu misalnya, tentang alam.
1. Pengertian Filsafat menurut para Filsuf
Filsafat
dalam perkembangannya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan mempunyai
perbagai penertian. Namun memiliki tujuan yang sama. Sebab dasar filsafat
adalah pikiran (ide) manusia. Karena begitu luasnya kajian filsafat, maka
banyak filosof yang berbeda dalam mengertikan filsafat.
Ada
beberapa catatan sejarah tentang pengertian filsafat menurut para filosofis
terkemuka, diantaranya, Plato (427 SM–348 SM) mengartikan filsafat sebagai ilmu
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles
(382 SM–322 SM) filsafat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu – ilmu metafisika, logika, etika, dan
antropologi. Sehubungan dengan itu, tokoh filsafat muslim Al Farabi (870 M–950
M) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bagaimana hakikat yang sebenarnya. Sementara Descartes (1590 M – 1650 M)
mengemukakan bahwa filsafat merupakan kumpulan dari segala pengetahuan di mana
tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok infestigasi. Teori filsafat tersebut
takjau berbeda dengan teori yang di sampaikan Filsuf Immanuel Kant (1724 M –
1804 M) mendeskripsikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok
dan pangkal ilmu pengetahuan yang mencakup di dalam metafisika, etika, agama,
dan antropologi. Sebenarnya setiap manusia dapat mendeskripsikan sendiri
pengertian dari filsafat. Asalkan, dapat membayangkan luasnya ruang lingkup yang
di kaji dari filsafat tersebut. Begitu juga para filosof yang telah
mengemukakan definisi – definisi di atas, pada hakikatnya sama. Tidak ada
pertentangn, hanya saja cara menyampaikannya yang berbeda. Dan tokoh
filsafat Muslim lain seperti Al-Kindi mengartikan Filsafat adalah tentang
realitas hal-hal yang mungkin bagi manusia, karena tujuan filsof dalam
pengetahuan teoritis adalah untuk memperoleh kebenaran, dan dalam pengetahuan
praktis untuk berprilaku sesuai dengan kebenaran.
Dari
berbagai teori filsafat yang dikemukan diata, maka penulis berkesimpulan bahwa
filsafat adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil berfikir
sesorang untuk menjelaskan keadaan alam sekitaranya. Sebab dasar dari filsafat
itu adalah proses berfikir.
2. Berfikir Filsafat
Berfikir
filsafat menjadi cirri orang yang beradap (madani) adalah orang yang mencoba
mengunakan akal budi untuk memecahkan problem. Itulah sebabnya, dalam
prilaku hidup yang gemar berfikir filsafat selalu penuh dengan rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu termasud tentu didukung oleh sejumlah data yang jelas,
akuntabel, dan valid. Dengan demikian berfilsafat menandai orang yang kritis.
Setiap
detik manusia pasti berfikir, ketika dia sadar diri. Berfikir filsafat tentu
berbeda dengan berfikir yang lain. Berfikir filsafat, kuncinya adalah untuk
meraih ebijaksaan hidup. Memang harus diakui bahwa konsep filsafat masih sering
memunculkan penafsiran bermacam-macam. Namun demikian, inti filsafat memang
bermakna kebijaksanaan. Filsafat merupakan wahana berfikir.
Orang
yang gemar berfilsafat artinya cinta kebijaksanaan. Orang yang berfikir
filsafat, adalah orang yang memiliki pola pikir tertata, jernih dan meyakinkan.
Berfikir filsafat adalah sebuah langkah penjelasan ilmu. Berfikir dengan
filsafat ilmu berarti memikirkan dasar-dasar keilmuan dari objek pemikiran
filsafat yang luas. Objek pemikiran filsafat adalah segala sesuatu yang ada di
alam semesta. Segala yang ada merupakan bahan pemikiran filsafat. Bahwa
berfilsafat adalah berfikir. Hal ini tidak berarti setiap berfikir adalah
berfilsafat, karena berfilsaf itu berfikir dengan ciri-ciri tertentu.
3. Ciri-Ciri Berfikir Filsafat
Ciri-ciri
berfikir filsafat secara singkat dan jelas dapat di ketahui yaitu:
a.
Membangun pemehaman tentang makna dan membimbing
tindakan.
b.
Berfikir secara ketas, tuntas, rinci, dan
habis-habisan.
c.
Berfikir secara seismatik dan sistemik.
d.
Membangun bangang konsepsional (Peta Konsep).
e.
Jawaban-jawaban serial prihal kepilsafatan (5W +
1 H).
f.
Merupakan pemikirian yang kohoren, rutut dan
sismatis
g.
Hasil dari pemikiran laogis dan rasional.
B.
Peranan
Dan Fungsi Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
1. Peranan Filsafat
1)
Peranan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu
manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai
persoalan hidup. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran
dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia
mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses
pencariannya.
Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu
pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya
terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan
filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang
berjudul Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja
Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap
“tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu
berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur
dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu,
ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk
bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan
tentang apa itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh
filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian tentang sumbangan
ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran
ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti)
tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran. Usaha
ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan agar pengetahuan itu sendiri
semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam
usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan
yang berhubungan dengan kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban
yang memadai.
2)
Peranan Filsafat dalam membangun Ilmu-Ilmu
Sosial
Sebelum memaparkan lebih jauh terkait dengan
peranan filsafat dalam membangun ilmu-ilmu social, maka terlebih dahu penulis
akan menguraikan apa saja yang menjadi kajian ilmu-ilmu social. Ilmu
sosial terdiri dari antropologi, ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik, psikologi
sosial, sosiologi, geografi, dan sejarah. Setiap disiplin ilmu tersebut sangat
berbeda, tentunya setiap kajian bidang ilmu tersebut memiliki ruang lingkup
yang berbeda pula. Filsafat sosial sebagai ilmu kritis dalam melihat dan
menganalisis persoalan sosial kemasyarakatan akan terselamatkan dari
bahaya-bahaya legalisme, kemunafikan, dan penglarutan kepribadian di satu
pihak, dan suatu otonomi di lain pihak. Dengan demikian filsafat sosial dalam
hal ini bertitik tolak dari manusia yang dwi tunggal. Individu dan masyarakat.
Peran filsafat dalam membangun ilmu-ilmu sosial
dalam ranah kehidupan sosial harus berpartisipasi dalam melayani manusia. Karena
itu, para ilmuan sosial harus menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka
melayani. Filsafat sosial harus menolak pemisahan antara teori dan praktek, dan
semua praktek dan teori harus didiskusikan. Kepentingan praktek bagi ilmuan
sosial adalah untuk membebaskan manusia dari ketertindasan dengan demikian
posisi mereka sebagai manusia dapat berubah.
Filsafat sosial melihat masyarakat sebagai
kesatuan manusia dalam kebersamaan. Melalui kebersamaan itu kemudian filsafat
sosial melihat struktur, proses dan makna sosial, baik pada masa lalu atau
sekarang, yang di dalamnya mempelajari nilai-nilai, tujuan-tujuan individu,
kelompok dan kelas sosial. Filsafat sosial sebagai ilmu kritis mempunyai
karakter berbeda dari ilmu sosial positif. Karena sifatnya yang kritis, maka
filsafat sosial mengenal apa yang disebut sebagai praxis dimana aksi berperan
sebagai sumber dan pengesahan teori.
Sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya
tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusi. Ketiga peranan yang telah
diperankannya itu adalah sebagai pendobrak, pembebas,dan pembimbing.
a. Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia
tertahan dalam tradisi dan kebiasaan. Dalam hal itu, manusia terlena dalam alam
mistik dan mitos. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan
takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa segala
mitos dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisis nenek
moyang, dan segala tradisi itu tidak boleh diganggu gugat.
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama.
Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu-pintu tradisi yang begitu sakral.
Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, namun pada
akhirnya filsafat telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
b. Pembebas
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu tradisi
dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga
membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohan. Demikian pula
filsafat membantu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis.
Sesungguhnya filsafat berupaya membebaskan
manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan. Filsafat pun membebaskan
manusia dari cara berfikir yang tidak kritis yang membuat manusia mudah
menerima kebenaran-kebenaran semu yang menyesatkan.
Secara riingkas dapat dikatakan bahwa filsafat
membebaskan manusia dari segala bentuk sesuatu yang hendak mempersempit ruang
gerak akal budi manusia.
c. Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir
yang mistis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing
manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secar
universal dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia
dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing
manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis.
2. Kegunaan filsafat
Beberapa
kegunaan filsafat,diantaranya:
a)
Dengan berfilsafat kita lebih menjadi
manusia,lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
b)
Berusaha mempertahankan sikap yang obyektif
mengenai intisari sesuatu
c)
Mengajar dan melatih kita memandang dengan luas
dan menyembuhkan kita dari sifat Akuisme
d)
Agar menjadi orang yang dapat berpikir sendiri
e)
Filsafat memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya
f)
Alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal
yang dapat disaksikan dengan panca indra dandapat
diterangkan serta dinilai secara ilmiah
g)
Memberikan pengertian tentang cara hidup dan
pandangan hidup.
h)
Panduan tentang ajaran moral dan etika.
i)
Sumber ilham dan panduan untuk menjalani
berbagai aspek kehidupan.
j)
filsafat mengajarkan kita hidup lebih sadar dan
bijak.
k)
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala
fenomena yang ada.
l)
Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan
hidup dan pandangan dunia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat berasal dari bahasa Yunani,
yakni Philo dan Sophia. Philo artinya cinta yang dalam mana
luas diartikan sebagai keingitahuan yang mendalam,
sedangkan Sophia artinya, kebijaksanaan atau kepandaian. Jadi,
Filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan. Seseorang pencinta kebijaksanaan
tidak pernah puas akan suatu ilmu pengetahuan dan mengganggap kebenaran itu
tidak akan perah final. Ia terus berusaha mencari kebenaran hingga ke
akar-akarnya.
Berfikir filsafat akan mengantarkan sesorang untuk memahami sebuah
kebenaran. Sebab dengan berfilsafat pula manusia akan senantiasa merenungkan
segala bentuk persoalan (keadaan) dalam hidupnya. Manusia dapat memecahkan dan
menjelaskan kehidupan dunia sekelilingnya, antara dunia subjektif dan dunia
objektif.Peran Pemikiran filsafat dalam membangun teori ilmu pengetahuan dapat
memberi nilai manfaat terhadap proses berfikir ilmiah, dapat pula terdapat
hasil berfikir ilmiah. Nilai manfaat yang dimaksud, sesuai dengan sifat atau
ciri sifat karakteristik, pemikiran filsafat itu sendiri.
Peran filsafat dalam membangun ilmu-ilmu sosial dalam ranah kehidupan
sosial harus berpartisipasi dalam melayani manusia. Karena itu, para ilmuan
sosial harus menentukan keberpihakannya kepada siapa mereka melayani. Filsafat
sosial harus menolak pemisahan antara teori dan praktek, dan semua praktek dan
teori harus didiskusikan. Kepentingan praktek bagi ilmuan sosial adalah untuk
membebaskan manusia dari ketertindasan dengan demikian posisi mereka sebagai
manusia dapat berubah.
B. Saran
Berfikir filsafat itu
sangatlah penting dalam menetungkan langkah hidup dan kehidupan seseorang.
Sebab dengan berfir filsafat ia, akan mengetahui sebuah kebenaran hakiki.
Dengan berfilsafat pula seseorang akan hati-hati dalam menentukan langkah.
jika, sesorang telah memilih dan menetapkan jalan hidupnya, maka hal itu adalah
keputusan yang ia ambil melalui jalan filsafat. Olehnya itu, berfikir filsafat
akan menentukan seseorang dalam meraih kebahagiaan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Soekanto Soerjono, 2007. Sosiologi
Suatu Pengantar, Jakarta : PT Raja Grafindo, hal: 5
·
Materi Dasar Pusat Perjuangan
Mahasiswa Untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN) “Filsafat
Materialisme Dialektika Historis.
·
Bertrand Russell, 2007. Sejarah Filsafat
Barat dan Kaitanya Dengan Kondisi Sosio-Politik Dari Zaman Kuno Hingga
Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal: v
·
Materi Dasar Pusat Perjuangan
Mahasiswa Untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN) “Filsafat Materialisme
Dialektika Historis.
·
Wahyu Murtiningsih, 2012. Para Fulsuf Dari
Plato Sampai Ibnu Bajjah. Jogjakarta: Ircisod. Hal: 5.
·
Materi Dasar Pusat Perjuangan
Mahasiswa Untuk Pembebsan Nasional (PEMBEBASAN) “Filsafat Materialisme
Dialektika Historis.
·
M. Subhi Ibrahim, 2012. Al-Farabi Sang
Pemikir Logika Islam, Jakarta: PT Dian Rakyat.Hal: 5.
·
Suwardi Endraswara, 2012. Filsafat Ilmu,
Konsep, Sejarah, dan Pengembangan Metode Ilmiah. Yogyakarta: Caps.
·
Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatullah,
2013. Filsafat, Teori Dan Ilmu Hukum Pemikiran Menuju Masyarakat Yang
Berkeadilan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal:
·
Ramli Umar. Bahan ajar Filsafat Sosial dan
Metode Ilmu Peneitian, Disampaikan dalam Kuliah Martikulasi Program Studi IPS
Kehususan Sejarah, pertemuan kedua, Selasa 1 Juli 2014.
No comments:
Post a Comment